Saya tidak berpikir untuk menempatkan Karna sebagai tokoh yang memiliki nasib tragis dalam kisah Mahabarata. Pahlawan dengan nasib tragis atau “Tragic Hero" sering dilabelkan untuk memuliakan Karna.
Benar bahwa kehidupan Karna dimulai dengan sebuah tragedi. Masa kecilnya sulit, nasib tidak selalu ada bersamanya. Akan tetapi mengenai hal ini, adakah karakter dalam Mahabharata yang tidak pernah menghadapi tragedi signifikan dalam hidup atau yang sepanjang hidupnya mendapatkan keberuntungan?
Setelah Karna berada di usia remaja, ia mulai mengambil kendali hidupnya. Dia memahami potensinya sebagai prajurit dan berjuang mewujudkannya. Jadi ia membuat pilihan-pilihan, memilih teman-teman dan musuh-musuhnya, bertindak sesuatu yang telah diketahui konsekuensinya. Dia melakukan banyak peristiwa heroik dalam perang maupun Karena kedermawanannya. Pada saat yang sama ia juga terlibat dalam banyak kospirasi jahat.
Karna adalah seorang manusia dengan kualitas, potensi, kepekaan, ambisi dan ego. Seperti semua manusia, dia adalah seorang "abu-abu". Jika Anda setuju dengan pilihan dan keputusannya, maka Anda akan melihatnya dalam warna yang lebih putih dan menyebutnya pahlawan. Jika Anda tidak setuju, maka Anda akan menemukan dia abu-abu gelap atau penjahat. Tapi tidak ada hal yang menjadikannya layak diberi label Karakter Tragis dalam Mahabharata.
Sebagai bahan perbandingan, mari kita lihat nasib tokoh-tokoh lain dalam Mahabharata:
1. Gandari. Dipaksa menikah dengan raja buta, menjadikan dunianya gelap dengan membutakan matanya, dikhianati suaminya yang memiliki anak haram dengan pembantunya, komplikasi kehamilan yang tidak biasa selama 2 tahun, kehilangan 100 putranya dalam perang.
2. Ekalaya. Saat ingin belajar memanah dari Guru Dorna dia ditolak dengan alasan bahwa ia bukan ksatria, dia berasal dari suku hutan. Ia rajin berlatih memanah di depan patung Dorna hingga memiliki kemampuan “melebihi” kemampuan Arjuna. Dorna meminta jempol Ekalaya sebagai imbalannya karena patung dirinya yang dianggap guru oleh Ekalaya.
3. Uttara. Dia adalah istri Abimanyu. Menikah di usia yang sangat muda ketika perang didepan mata. Kehilangan kakaknya pada hari pertama perang, kehilangan suaminya beberapa hari kemudian. Kehilangan ayahnya setelah beberapa hari lagi. Setelah kehilangan hampir semua keluarganya, anaknya ditembak dengan Brahmastra oleh Aswatama. Anak lahir mati meski akhirnya diselamatkan oleh Khrisna. Setelah semua ini, dia tidak akan pernah menjadi ratu. Adakah yang lebih tragis daripada ini?
4. Bhisma. Mengikuti sumpah yang berujung bencana. Menyerahkan hak takhta untuk menyenangkan ayahnya. Menyesali penculikan Amba hingga menjadi penyebab kematiannya. Menyaksikan Drupadi dipermalukan didepan umum oleh cucu-cucunya sendiri. Harus bertarung dengan cucu-cucu kesayanganya.
5. Sadewa. Bagaimana rasanya mengetahui segala sesuatu tentang masa depan, namun tidak dapat berbuat apa-apa? Dia tahu bahwa Lak istananya akan dibakar. Dia tahu Pandawa akan kehilangan semua harta benda mereka dalam permainan dadu. Dia tahu Dropadi akan dihina. Dia tahu anaknya akan dibunuh dalam perang. Dia bahkan tahu Karna adalah saudaranya. Tapi, ia harus tetap tenang dan membiarkan semua terjadi.
6. Kunti. Dia harus meninggalkan anak pertamanya, Karna. Suaminya punya istri kedua dimana beberapa orang mengatakan lebih cantik dari Kunti. Dia harus menemani suaminya menjalani kutukan ke hutan dan meninggalkan semua kenyamanan istana. Setelah suami meninggal, dia harus merawat 5 anak laki-laki. Saat kembali ke Hastinapura, anak-anaknya sering dianiaya. Duryodana pernah mencoba untuk membakar semua lima Pandawa bersama dengan Kunti di Rumah Lak. Menyaksikan putranya saling bunuh di Kurusetra.
7. Srikandi. Dia adalah kelahiran kembali Dewi Amba. Diculik oleh Bisma kemudian ditelantarkan. Amba memohon Bhisma untuk menikahinya, dan memberinya status sosial yang pantas. Meskipun Srikandi lahir sebagai laki-laki dia disebut seorang kasim di masyarakat. Terlepas dari ini, Srikandi akhirnya dipaksa menikah dengan putri dari Darshana. Seumur hidup dipenuhi dendam dan satu-satunya yang dicita-citakannya adalah membunuh Bisma.
8. Abimanyu. Memasuki medan pertempuran saat masih belia, baru menikah, tidak mengetahui istrinya hamil. Saat perang hari ke 13 harus memasuki jebakan formasi cakrawayu, dikeroyok para tokoh senior seperti Dorna, Karna dan Salya. Fakta memilukan hati adalah bahwa pamannya, Krishna tahu tentang pembantaian keponakannya secara brutal namun ia tidak melakukan intervensi.
9. Dorna. Miskin, ketika menagih janji Drupada justru dilecehkan. Menjadi guru, mengajari murid-muridnya, akhirnya harus bertarung dengan murid-murid kesayangannya.
10. Drestarata. Meskipun dia sangat kuat dan putra sulung namun dia tidak bisa menjadi raja karena kebutaannya. Meskipun istrinya hamil lebih dulu dibanding istri saudaranya namun janin yang dikandung istrinya tidak juga lahir sehingga putranya tidak menjadi putra tertua yang berhak atas tahta. Pada perang kurusetra dia harus kehilangan 100 putranya.
11. Drupadi. Dia harus mempermalukan Karna dan mendapatkan murkanya untuk memastikan Arjuna mendapat kesempatan membuktikan kemampuan luar biasanya. Setelah serangkaian panjang drama, Kunti justru memerintahkan untuk menikahi kelima bersaudara. Dipertaruhkan dalam judi, dipermalukan. Arjuna yang diidolakan justru menikahi Subadra. Harus menemani suami di hutan pengasingan. Dalam perang kurusetra semua anak-anaknya tewas.
12. Arjuna. Dipaksa hidup dalam pengasingan di hutan, sering diolok-olok karena gurunya yang meminta jempol Ekalaya, harus berabgi istri dengan 4 saudaranya. Pernah dikutuk menjadi seorang kasim selama satu tahun hanya karena ia menyebut bidadari Urwasi sebagai Ibu. Harus hidup dengan rasa bersalah melakukan pembunuhan saudaranya (Karna) dan juga membunuh keponakannya dengan sadar. Terhina Karena dipertaruhkan Yudistira dalam judi. Putra kesayangannya (Abimanyu) gugur secara brutal dalam perang, cucunya yang dalam kandungan dibunuh Aswatama (meski akhirnya diselamatkan oleh Khrisna). Harus menghadapi guru sendiri (Dronacharya, Kripacharya) dan kakeknya Bisma dalam perang. Kehilangan anak dan keponakan (baca pancawala) yang dibunuh Aswattama.
Bagaimana pula Widura, Subadra dan bahkan Khrisna sendiri?