Senin, 26 Desember 2016

WIDURA : PENGIKUT SUARA HATI

Widura memiliki busur sakti yang bernama Govarthan. Senjata Dewa Wisnu yang pada saat perang tidak bisa dihancurkan oleh senjata apapun, bahkan tidak oleh Gandiva Arjuna.

Widura berbeda dengan tokoh sakti lain yang berada di pihak Kurawa, karena Widura tidak memiliki kutukan seperti Karna atau Bisma atau Dorna dan satu-satunya cara untuk menghentikanya adalah dengan mencegah berpartisipasi dalam perang.


Pejuang sejati akan selalu menjadi orang pertama yang menunjukkan kemampuannya di waktu perang.

Insiden inilah yang membuat Widura tidak untuk berperang di perang...

Ketika Krishna datang ke Hastinapura atas nama Pandawa untuk negosiasi perdamaian, Khrisna menolak permintaannya untuk tinggal di rumah yang telah disediakan. Khrisna lebih memilih untuk tetap tinggal bersama dengan keluarga Widura selama masa kunjungan.

Khrisna sudah tahu bahwa Duryodana telah mengatur beberapa orang untuk memantau aktivitasnya jika Krishna tinggal di istana sehingga lebih memilih tinggal di rumah Widura.

Keesokan harinya selama masa negosiasi perdamaian, Duryodana mengungkapkan kekesalannya terhadap Widura yang telah menyediakan tempat untuk Khrisna. Duryodana menuduh Widura telah memihak Pandawa dan mengungkapkan kata-kata kasar. Duryodana melupakan bahwa Widura adalah pamannya, Dia mengatakan bahwa Widura adalah orang yang tidak tahu berterima kasih dengan pikiran busuk.

Destarasta, Bisma dan semua orang tua hadir ada tertegun. Mereka mencoba untuk menenangkan Duryodana, tapi ia Duryodana begitu kasar dan agresif. Dia menggunakan kata-kata yang paling kasar terhadap Widura, mengungkit masa kelahirannya dan mengatakan bahwa sementara perutnya itu tergantung pada makanan kerajaan Duryodana, hatinya berdebar dengan cinta untuk Pandawa.

Pada puncak kemarahan Widura Karena mendengar Duryodana menghinanya dan juga menghina ibunya juga, dia mengambil busur dan panahnya didepan Duryodana.

Tapi Krishna turun tangan dan berkata kepada Duryodana, "Wahai Duryodana, janganlah engkau memprovokasi Widura seperti ini. Jika Anda melanjutkannya, mungkin Widura akan mematahkan busur dan menyatakan bahwa ia tidak akan bertempur di sisi Anda dan akan menjadi netral".

Duryodana, dalam keadaan masih marah, dengan kesombongannya mengatakan bahwa tidak masalah jika Widura tidak turut serta dalam pertempuran. "Tanpa dia, saya dapat memenangkan perang".

Widura yang marah tidak mampu menerima penghinaan, dia menyatakan, "Krishna, Anda membimbing saya di jalan yang benar, saya tidak akan bertarung lagi".

Setelah berkata demikian, ia menjatuhkan busur dan pecah dengan suara menggelegar disertai kilatan petir. Widura mengucapkan terima kasih kepada Krishna dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Dengan demikian, Krishna membuka jalan bagi kemenangan Pandawa dan Widura membuktikan dirinya telah mengikuti suara hatinya.

Disaat orang-orang besar sekelas Bisma, Dronacharya dan Karna gagal mengikuti doktrin mereka sendiri di kasus-kasus tertentu.


Usia tua menghancurkan keindahan,
Godaan menghancurkan kesabaran,
Keserakahan merusak orang jahat,
Sifat baik seseorang menjadi asam sebagai akibat dari melayani orang fasik,
Nafsu menghancurkan rasa malu dan
EGO menghancurkan SETIAP HAL.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...