Rabu, 27 Februari 2019

KALAHNYA ARYA PENANGSANG

Pangeran Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan Jaka Tingkir dikenal sebagai tokoh yang sakti mandraguna. Namun dalam peristiwa konflik dengan adipati Jipang ternyata dia tidak punya nyali untuk berhadapan duel satu lawan satu. Setidaknya Jaka Tingkir tidaklah se seperkasa sebagamana digambarkan dalam sinetron-sinetron TV.

Senin, 18 Februari 2019

PERCAKAPAN KHRISNA DAN BALARAMA

Balarama : Kau sudah tau semua yang terjadi di Dwaraka?

Khrisna : Iya Kak, ini sudah terjadi beberapa tahun lalu. Aku sudah mencoba untuk menghentikannya. Tapi rakyat Dwaraka selalu mengulangi tindakan tidak bermoral ini. Ketika sungai bertemu dengan air terjun, riaknya terasa lebih bergemuruh. Begitupun ketika masyarakat manapak jalan tidak bermoral, Negara seakan tercemar dengan ketidakadilan.

Balarama : Yudhistira memang pantas disalahkan atas semua ini. Dia telah mempertaruhkan istrinya sendiri dalam permainan dadu itu. Sekarang apakah seluruh bangsa Arya harus mengikuti cara yang tercela seperti itu.

Khrisna : Tidak kak Balarama, tidak. Apakah Yudistira yang harus disalahkan, atau Duryudana yang disalahkan. Tindakanlah yang harus disalahkan. Seseorang yang dipengaruhi kedengkian senantiasa selalu melahirkan bibit kejahatan. Pada dasarnya ini adalah kebutaaan dari tradisi dan tidak seorangpun membenarkan akan hal itu. Ketika seorang manusia memegang teguh sumpah dan janjinya, itu bukan hal yang mudah. Tapi bila berpegang teguh pada prinsipnya sendiri, apakah bijaksana? Hal yang sama terjadi di ruang perjudian itu, Bhisma yang agung, guru Durna, Perdana Menteri Widura, Saudara tertua Pandawa Yudistira, semuanya terikat oleh kata-kata mereka dan tetap buta oleh karena adanya tradisi. Demi untuk memegang teguh sumpah dan janji-janji mereka, demi untuk memegang prinsip mereka. Andai saja ada salah satu dari mereka bersedia melanggar sumpah mereka waktu itu, Drupadi pasti tidak akan menghadapi peristiwa memalukan seperti itu.

Balarama : Apa maksudmu mengatakan itu Khrisna . Apa kita harus melangar sumpah yang kita ikrarkan.

Khrisna : Kebenaran itu seperti pohon Kak. Sumpah dan janji-janji adalah cabangnya dan akar pohon adalah kasih sayangnya. Cabangnya tidak perlu terlalu kuat tetapi akarnya yang harus diperkuat. Bila demi menolong dan membebaskan penderitaan orang lain seseorang rela melanggar sumpahnya, maka itu pilihan yang tepat. Tapi disini, pada saat ini nilai kasih sayang telah hilang di hati bangsa Arya, bahkan diseluruh negeri. Penderitaan lahir karena adanya kasih sayang yang hilang. Dan penderitaan orang-orang tidak bersalah seperti yang kita saksikan tadi adalah satu bentuk pengakuan dari masyarakat kita. Ketika tidak ada lagi kasih sayang di masyarakat, mereka merasa tidak ada ikatan satu sama lain Kak. Mereka hanya akan mementingkan diri mereka sendiri. Penderitaan yang sedang dialamai rakyat Dwaraka, itu sama halnya dengan penderitaan seluruh bangsa Arya. Cabang-cabang pohonnya mulai rapuh, berlobang kering dan menjadi layu. Begitupun halnya dengan kebenaraan saat ini yang telah lunglai tidak bernyawa. Inilah saatnya untuk menghidupkan kembali kebenaran Kakak. Sekali lagi seluruh masyarakat harus dibuat sadar akan kebenaran.

https://www.hotstar.com/

Jumat, 08 Februari 2019

KSATRIA PEMUSNAH ADHARMA DI MEDAN KURUSETRA

Sebelum perang di Kurusetra pecah, Khrisna menanyakan kepada para ksatria berapa hari waktu yang mereka butuhkan untuk memenangkan peperangan jika bertempur sendirian. Jawaban dari
para ksatria beragam, Drona menjawab bahwa dia membutuhkan waktu 25 hari, Karna mengatakan dia butuh waktu 24 hari, Arjuna meyakini dia bisa menyelesaikan perang dalam 28 hari, dan setiap ksatria yang ditanya Khrisna memiliki jawaban yang berbeda-beda.

Namun ada satu ksatria yang memiliki kesaktian luar biasa bernama Barbarika. Dia adalah putra
Gatotkaca, cucu Bhima. Barbarika ketika ditanya oleh Khrisna, berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perang, dia menjawab bahwa dia hanya perlu waktu satu menit untuk menyelesaikan peperangan. Khrisna kagum dengan kesaktian Barbarika, kemudian dia bertanya bagaimana dia bisa menyelesaikan perang dalam satu menit.

Barbarika memiliki senjata panah yang super canggih dengan tiga anak panah, Anak panah pertama
dapat menandai barang atau benda atau wujud apapun yang dituju, anak panah kedua dapat menandai barang atau benda atau wujud apapun yang ingin diselamatkan dan anak panah ketiga dapat menghancurkan barang atau benda atau wujud apapun yang telah ditandai dengan anak panah pertama dan menyelamatkan barang atau benda atau wujud apapun yang telah ditandai dengan anak panah kedua.

Khrisna menantang Barbarika untuk mengumpulkan semua daun pohon yang ada diatasnya dengan anak panahnya dan Barbarika menerima tantangan. Ketika Barbarika berkonsentrasi dengan
panahnya, Krisna memetik sebuah daun dan menginjaknya agar Barbarika gagal mengumpulkan semua daun dengan anak panahnya. Ketika anak panah Barbarika dilepaskan langsung menandai seluruh daun pohon dan kemudian melayang berputar diatas kaki Khrisna yang menginjak daun. Barbarika meminta Khrisna mengangkat kakinya karena jika tidak maka anak panahnya akan menembus kakinya untuk menandai daun yang diinjaknya. Khrisna mengangkat kakinya dan selanjutnya panah ketiga Barbarika mengumpulkan dan mengikat seluruh daun pohon.

Pesan yang diterima Khrisna dari tantangan ini adalah bahwa Khrisna tidak akan dapat menyembunyikan siapapun termasuk Pandawa jika ingin menyelamatkannya dari panah Barbarika.

Khrisna kemudian menanyakan kepada Barbarika kepada siapa dia akan berpihak jika perang terjadi. Barbarika mendapatkan amanat dari ibunya agar dia senantiasa membela pihak yang lemah, dalam hal ini Barbarika menilai bahwa kekuatan perang Pandawa lebih kecil daripada kekuatan perang Kurawa sehingga dia mengatakan akan berpihak kepada Pandawa.

Khrisna memberikan wejangan Bagwad Gita kepada Barbarika sebagaimana yang disampaikan kepada Arjuna dan Sanjaya. Barbarika adalah seorang pengagum Khrisna, dia menganggap Khrisna sebagai gurunya. Khrisna mengatakan bahwa jika dia menganggapnya sebagai gurunya, maka Khrisna meminta gurudaksina (pemberian seorang murid kepada gurunya). Barbarika setuju untuk memberikan apapun kepada Khrisna, dan sesuai perkataan Barbarika maka Khrisna meminta kepala Barbarika.

Barbarika memotong kepalanya dan memberikannya kepada Khrisna. Khrisna sangat kagum akan bakti yang ditunjukkan kepadanya dan menanyakan kepada Barbarika apa yang diinginkan sebagai anugerah. Barbarika meminta agar dia diberikan kesempatan untuk menyaksikan perang yang akan terjadi dan Khrisna mengabulkan keinginan tersebut. Khrisna menempatkan kepala Barbarika diatas bukit menghadap ke medan perang yang akan terjadi.

Setelah perang di Kurusetra berakhir, para ksatria berdebat tentang siapa yang paling berperan dalam kemenangan Pandawa. Karena tidak ada kesepakatan maka Khrisna menyampaikan bahwa ada mata yang menyaksikan peristiwa peperangan dari awal hingga akhir dari atas bukit. Mereka semua pergi keatas bukit dan menemukan Barbarika, kemudian menanyakan tentang ksatria yang paling berperan dalam perang di Kurusetra. Barbarika menjawab bahwa hanya Khrisnalah yang dilihatnya dalam pertempuran. Barbarika hanya melihat cakra berputar-putar menghancurkan pihak yang tidak mendukung dharma. Para Pandawa menyadari bahwa Khrisnalah yang telah mengahncurkan adharma, para Pandawa hanyalah alat.

Minggu, 03 Februari 2019

ARJUNA BERPERANG HANYA KARENA DHARMA

Sebelum perang di Kurusetra terjadi, kedua belah pihak baik Kurawa maupun Pandawa mencari sebanyak mungkin pendukung untuk berperang. Salah satu pihak yang penting karena memiliki kekuatan angkatan perang tangguh adalah Khrisna dengan pasukan Yadawanya.

Kurawa diwakili oleh Duryudana dan Pandawa diwakili Arjuna bersegera untuk menghadap Khrisna. Duryudana dapat hadir mendahuli Arjuna,namun pada saat itu Khrisna sedang tidur, kemudian dia duduk disisi kepala Khrisna. Selanjutnya Arjuna datang dan duduk di kaki Khrisna. Ketika Khrisna bangun, dia pertama kali melihat Arjuna kemudian baru melihat Duryudana sehingga Khrisna memberikan kesempatan pertama kepada Arjuna untuk menyampaikan maksud kedatangannya. Duryudana memprotes keputusan Khrisna karena dia merasa datang terlebih dahulu namun Khrisna berargumen bahwa yang dilihat pertama kali adalah Arjuna.

Seandainya saja Duryudana yang duduk dikaki Khrisna dan Arjuna duduk didekat kepala Khrisna pastinya Khrisna juga akan berguling kepalanya sehingga yang dilihat pertama kali adalah Arjuna (sok kenal Khrisna, angan-angan kosong dan khayalan sia-sia

Khrisna memberikan dua pilihan, pilihan pertama adalah seluruh kekuatan perang Yadawa dan pilihan kedua adalah dirinya sendiri yang akan menjadi kusir kereta perang yang tidak akan mengangkat senjata. Karena Arjuna yang dilihat pertama kali oleh Khrisna maka dia yang diberi kesempatan untuk memilih. Arjuna memilih Khrisna untuk menjadi kusir kereta perang dalam pasukan Pandawa. Pilihan Arjuna membuat Duryudana gembira karena dia memang menghendaki pasukan Yadawa bergabung dalam pasukan perangnya.

Dalam perang di medan Kurusetra akhirnya Khrisna menjadi kusir kereta perang Arjuna. Mengapa Arjuna,bukan Yudhistira, Bhima, Nakula atau Sadewa. Arjuna adalah prajurit yang paling tangguh meskipun dalam sinetron Karna ditampilkan seolah lebih tangguh. Arjuna sendirian pernah pernah mengalahkan pasukan Kurawa dimana didalamnya terdapat Durna, Karna dan yang lainnya dalam perang Wirata.

Meskipun Arjuna merupakan prajurit paling tangguh, namun dia juga satu-satunya prajurit Pandawa yang tidak memiliki alasan lain kecuali melaksanakan dharma internalnya. Yudhistira berjuang  untuk kerajaan,Bhima ingin membalas dendam memenuhi sumpahnya menghancurkan paha Duryudana, Nakula dan Sadewa dendam terhadap Sengkuni, namun Arjuna tidak ada motif lain selain melaksanakan dharmanya.

MELANGGAR SUMPAH

Dalam pertempuran di Kurusetra, Bhisma mengamuk membabibuta menghancurkan pasukan Pandawa. Tidak ada yang bisa menghentikannya, Arjuna sekalipun. Khrisna yang menjadi kusir kereta perang Arjuna terus menyemangati Arjuna untuk melawan Bhisma, namun Arjuna nampak setengah hati melawan Bhisma yang merupakan kakeknya sendiri.

Khrisna kecewa dengan Arjuna yang tidak menggunakan kekuatan penuh, hanya karena kasih sayangnya kepada kakeknya sehingga mengakibatkan pasukannya hancur. Khrisna memegang
senjata Cakranya dan mengatakan kepada Arjuna bahwa dia akan melanggar sumpahnya untuk tidak menggunakan senjata dalam perang ini, jika Arjuna tidak mau bertarung sepenuhnya dengan Bhisma. Sikap Khrisna seperti ini sering terjadi dan sesungguhnya hanya sandiwara belaka.

Sebelum peristiwa itu terjadi, pada hari-hari sebelumnya, Duryudana terus menerus menghina Bhisma. Duryudana menilai Bhisma setengah hati dalam perang, Bhisma berpihak pada Pandawa, Bhisma menginginkan kemenangan justru untuk Pandawa meskipun dia berperang di pihak Kurawa. Begitu banyaknya hinaan diterima Bhisma hingga akhirnya Bhisma marah dan bersumpah bahwa besok akan membunuh seluruh Pandawa dan menjadikan Dropadi janda. Duryudana sangat
berbahagia degan sumpah Bhisma ini.

Khrisna mengetahui sumpah Bhisma dan seperti biasanya dia memainkan drama dengan menyuruh Drupadi untuk menyentuh kaki Bhisma saat dia masih tertidur di pagi hari sehingga dia tidak menyadarinya. Bhisma memiliki kebiasaan jika ada wanita yang menyentuh kakinya untuk meminta berkah, dia selalu mengatakan “hidup langgeng bersama suamimu”.

Dropadi melakukan apa yang diperintah Khrisna, dan Bhisma yang saat itu baru terbangun tidak menyadari siapa wanita yang menyentuh kakinya, langsung mengatakan, “hidup langgeng bersama suamimu”. Ketika Bhisma sadar bahwa wanita didepannya adalah Drupadi, dia begitu marah karena sumpahnya untuk membunuh Pandawa bertentangan dengan berkah yang diberikan kepada
Drupadi.

Bhisma sadar bahwa hal ini pastilah permainan Khrisna. Dia bertanya kepada Khrisna, mengapa dia mempermainkannya, apa yang harus dilakukan,apakah harus menarik sumpah ataukah menarik berkah yang diberikan. Khrisna menjawab, “sumpahmu untuk adharma sedangkan berkahmu adalah
dharma, aku memahami betapa sulitnya untuk menarik sumpah bagi orang seperti dirimu, namun aku juga akan melanggar sumpahku dalam perang ini, aku akan menggunakan senjataku untuk membunuhmu”.

Sabtu, 02 Februari 2019

KEKASIH MEMBERI LEBIH DARI YANG DIMINTA

Setelah perang antara Pandawa dan Kurawa di Kurusetra berakhir, Khrisna kembali ke negerinya Dwaraka. Dalam perjalanan, Khrisna bertemu dengan seorang sahabat lamanya yang seorang
Brahmana bernama Utanga.

Pada saat bertegur sapa dan berbasa basi saling menanyakan kabar, Astanga menanyakan kabar Pandawa dan Kurawa yang masih keluarga Khrisna. Astanga sebelumnya tidak tahu sama sekali
perihal perselisihan Pandawa dan Kurawa.

Khrisna agak terkejut namun kemudian dengan lembut menceritakan semua perselisihan Pandawa dan Kurawa hingga terjadi pertumpahan darah dalam perang besar yang akhirnya hampir memusnahkan seluruh keluarga Kurawa.

Mendengar cerita Khrisna, Astanga sangat marah dan mengecam Khrisna, menyatakan dia gagal menjalankan misi pembawa kedamaian dan hendak mengutuk Khrisna.

Khrisna dengan lembut mengatakan agar Utanga tidak menyia-nyiakan hasil pertapaannya bertahun-tahun hanya untuk mengutuknya. Khrisna menunjukkan kepada Astanga Visparupanya dan juga menceritakan semua Gita sebagaimana diceritakan kepada Arjuna sebelum perang Kurusetra.

Mendengar penjelasan Khrisna akhirnya Utanga menjadi tenang, kemarahannya reda dan dia berterima kasih banyak kepada Khrisna.

Khrisna sangat senang hingga dia bermaksud untuk memberikan kepada Astanga sebuah anugerah. Khrisna meminta agar Astanga mengatakan sendiri anugerah yang diinginkan namun Astanga menolak anugerah karena baginya dapat melihat wujud Visparupa Khrisna sudah merupakan
anugerah terbesar. Khrisna memaksa agar Astanga meminta anugerah hingga akhirnya Astanga meminta agar dia selalu mendapatkan air segar ketika sedang kehausan, dan Khrisnapun memberikan anugerah tersebut. Astanga mendapatkan anugerah dari Khrisna bahwa dia akan selalu mendapatkan air segar tatkala sedang kehausan.

Setelah mendapatkan anugerah, akhirnya mereka berpisah. Astanga melanjutkan perjalanan hingga
melewati sebuah gurun. Astanga kehabisan perbekalan air dan merasa kehausan. Teringat akan anugerah yang dimilikinya, dia bermaksud memanfaatkan anugerahnya. Tiba-tiba datang seorang sudra berpakaian lusuh dan membawa lima ekor anjing. Sudra yang berpakaian lusuh menawarkan air yang dibawanya dibambu yang diikat dibahunya, namun Astanga memandang sang sudra dengan jijik.

Sudra tersebut berkali-kali menawarkan air yang dibawanya dan Astanga selalu menolaknya hingga
merasa lebih jijik karena sang sudra seakan memaksa agar dia menerima air yang ditawarkannya. Astanga mengatakan bahwa dia tidak haus dan meminta sang sudra untuk segera pergi meninggalkannya.

Utanga mencela Khrisna dengan anugerah yang telah diberikan kepadanya. Dia semakin haus, tubuhnya butuh air untuk menghilangkan dahaganya. Rasa dahaga yang kian mencekik leher
semakin membuatnya marah dan mencela anugerahnya, hingga dia menyadari sang sudra telah menghilang.

Udanga mulai berpikir bahwa sang sudra yang hadir merupakan ujian baginya. Dia merasa gagal, penolakannya hanya membuktikan bahwa dia seorang yang sombong. Dia merasa sangat sedih hingga kemudian dilihatnya Khrisna dihadapannya.

“Wahai Khrisna, benarkah engkau telah mengirimkan air yang kotor kepadaku, kepada seorang Brahmana, air apakah itu?” Tanya Utanga dengan nada getir.

“Demi dirimu, aku telah meminta Indra untuk mengambil air keabadian dan memberikannya kepadamu untuk menghilangkan dahagamu, namun Indra mengatakan bahwa air keabadian bukan untuk manusia dan dia tidak akan memberikan kepada manusia. Aku telah berhasil membujuknya namun dia meminta syarat bahwa dia akan menguji dirimu dengan cara memberikan air tersebut melalui seorang sudra. Aku menerima tantangan itu karena meyakini bahwa engkau telah mencapai tahap pemahaman itu. Kau telah kalah dan kau telah membuat aku kalah dengan Indra”.

Jumat, 01 Februari 2019

KESETIAAN SEJATI : DIALOG KHRISNA DAN ARJUNA

Khrisna : Aku bukan siapa-siapa tapi aku adalah segalanya. Itu sudah terjadi dalam setiap masa dan itu akan terus sampai selamanya. Ketika kau merenungkan keberadaanmu, kau akan menemukan dirimu sendiri terhubung denganku. Dan kemudian sepertiku juga kau akan menemukan dirimu dalam bentuk Yang Maha Kuasa. Tetapi untuk bisa mencapai posisi itu sangat penting agar kau mendedikasikan dirimu sepenuhnya padaku.

Arjuna: Apa yang kau maksud dedikasi Wadawa.

Khrisna : Itu adalah keadaan dimana pikiran manusia menyerah pada semua keinginan hingga tidak membuat dedikasi untuk diri sendiri. Dan tidak juga mengambil sumpah orang dengan cara kerja yang diberikan kepadanya. Pada kenyataannya kalau kau mulai mendedikasikan dirimu untuk seseorang, dan kau melakukannya sendiri. Pikiranmu, akalmu, pengetahuanmu, keinginanmu, emosimu dan segala sesuatu yang kau miliki kepada seseorang, maka komitmen tersebut disebut sebagai sebuah pengabdian.

Arjuna : Seorang istri berkomitmen untuk suaminya, prajurit berkomitmen pada panglima pasukannya, sementara murid berbakti pada gurunya. Semua bentuk pengabdian itu apakah sama, bukankah semua itu untuk mencapai Yang Maha Kuasa.

Khrisna: Tidak Partha, ketika seseorang berbakti untuk sesuatu ataupun untuk seseorang, itu tergantung acuannya.

Dia tidak meninggalkan ruang untuk keraguan. Atau pertanyaan pengabdian terhadap seseorang yang jahat bisa membuat orang menjadi memfitnah. Raja Angga Karna meskipun tahu apa yang benar tapi dia berkata salah kepada Pancali di permainan dadu. Dan alasan untuk itu adalah pengabdian Raja Angga terhadap saudara Duryudana. Hukumannya adalah dengan mendapatkan perang ini, apakah begitu menurutmu. Itu semua adalah karena kesetiannya kepada orang yang jahat. Karena itulah perlu untuk mendedikasikan diri pada apa yang benar, yang membuat manusia menjadi benar. Hanya penjahat yang dibelenggu dengan rantai yang terbuat dari besi. Rantai candi diikat oleh rantai yang terbuat dari kuningan. Kemudian juga ada rantai emas yang melingkar dileher kita sebagai sebuah hiasan. Kesetiaan terhadap suami, terhadap guru dan teman itu hanya beberapa bentuk kesetiaan, Partha. Tapi yang disebut kesetiaan sejati adalah kesetiaanmu tehadap Yang Kuasa.

-Dialog
Khrisna dan Arjuna dalam serial Mahabharata, www.startv.in

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...