Setelah perang antara Pandawa dan Kurawa di Kurusetra berakhir, Khrisna kembali ke negerinya Dwaraka. Dalam perjalanan, Khrisna bertemu dengan seorang sahabat lamanya yang seorang
Brahmana bernama Utanga.
Pada saat bertegur sapa dan berbasa basi saling menanyakan kabar, Astanga menanyakan kabar Pandawa dan Kurawa yang masih keluarga Khrisna. Astanga sebelumnya tidak tahu sama sekali
perihal perselisihan Pandawa dan Kurawa.
Mendengar cerita Khrisna, Astanga sangat marah dan mengecam Khrisna, menyatakan dia gagal menjalankan misi pembawa kedamaian dan hendak mengutuk Khrisna.
Khrisna dengan lembut mengatakan agar Utanga tidak menyia-nyiakan hasil pertapaannya bertahun-tahun hanya untuk mengutuknya. Khrisna menunjukkan kepada Astanga Visparupanya dan juga menceritakan semua Gita sebagaimana diceritakan kepada Arjuna sebelum perang Kurusetra.
Mendengar penjelasan Khrisna akhirnya Utanga menjadi tenang, kemarahannya reda dan dia berterima kasih banyak kepada Khrisna.
Khrisna sangat senang hingga dia bermaksud untuk memberikan kepada Astanga sebuah anugerah. Khrisna meminta agar Astanga mengatakan sendiri anugerah yang diinginkan namun Astanga menolak anugerah karena baginya dapat melihat wujud Visparupa Khrisna sudah merupakan
anugerah terbesar. Khrisna memaksa agar Astanga meminta anugerah hingga akhirnya Astanga meminta agar dia selalu mendapatkan air segar ketika sedang kehausan, dan Khrisnapun memberikan anugerah tersebut. Astanga mendapatkan anugerah dari Khrisna bahwa dia akan selalu mendapatkan air segar tatkala sedang kehausan.
Setelah mendapatkan anugerah, akhirnya mereka berpisah. Astanga melanjutkan perjalanan hingga
melewati sebuah gurun. Astanga kehabisan perbekalan air dan merasa kehausan. Teringat akan anugerah yang dimilikinya, dia bermaksud memanfaatkan anugerahnya. Tiba-tiba datang seorang sudra berpakaian lusuh dan membawa lima ekor anjing. Sudra yang berpakaian lusuh menawarkan air yang dibawanya dibambu yang diikat dibahunya, namun Astanga memandang sang sudra dengan jijik.
Sudra tersebut berkali-kali menawarkan air yang dibawanya dan Astanga selalu menolaknya hingga
merasa lebih jijik karena sang sudra seakan memaksa agar dia menerima air yang ditawarkannya. Astanga mengatakan bahwa dia tidak haus dan meminta sang sudra untuk segera pergi meninggalkannya.
Utanga mencela Khrisna dengan anugerah yang telah diberikan kepadanya. Dia semakin haus, tubuhnya butuh air untuk menghilangkan dahaganya. Rasa dahaga yang kian mencekik leher
semakin membuatnya marah dan mencela anugerahnya, hingga dia menyadari sang sudra telah menghilang.
Udanga mulai berpikir bahwa sang sudra yang hadir merupakan ujian baginya. Dia merasa gagal, penolakannya hanya membuktikan bahwa dia seorang yang sombong. Dia merasa sangat sedih hingga kemudian dilihatnya Khrisna dihadapannya.
“Wahai Khrisna, benarkah engkau telah mengirimkan air yang kotor kepadaku, kepada seorang Brahmana, air apakah itu?” Tanya Utanga dengan nada getir.
“Demi dirimu, aku telah meminta Indra untuk mengambil air keabadian dan memberikannya kepadamu untuk menghilangkan dahagamu, namun Indra mengatakan bahwa air keabadian bukan untuk manusia dan dia tidak akan memberikan kepada manusia. Aku telah berhasil membujuknya namun dia meminta syarat bahwa dia akan menguji dirimu dengan cara memberikan air tersebut melalui seorang sudra. Aku menerima tantangan itu karena meyakini bahwa engkau telah mencapai tahap pemahaman itu. Kau telah kalah dan kau telah membuat aku kalah dengan Indra”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar