Balarama : Kau sudah tau semua yang terjadi di Dwaraka?
Khrisna : Iya Kak, ini sudah terjadi beberapa tahun lalu. Aku sudah mencoba untuk menghentikannya. Tapi rakyat Dwaraka selalu mengulangi tindakan tidak bermoral ini. Ketika sungai bertemu dengan air terjun, riaknya terasa lebih bergemuruh. Begitupun ketika masyarakat manapak jalan tidak bermoral, Negara seakan tercemar dengan ketidakadilan.
Balarama : Yudhistira memang pantas disalahkan atas semua ini. Dia telah mempertaruhkan istrinya sendiri dalam permainan dadu itu. Sekarang apakah seluruh bangsa Arya harus mengikuti cara yang tercela seperti itu.
Balarama : Apa maksudmu mengatakan itu Khrisna . Apa kita harus melangar sumpah yang kita ikrarkan.
Khrisna : Kebenaran itu seperti pohon Kak. Sumpah dan janji-janji adalah cabangnya dan akar pohon adalah kasih sayangnya. Cabangnya tidak perlu terlalu kuat tetapi akarnya yang harus diperkuat. Bila demi menolong dan membebaskan penderitaan orang lain seseorang rela melanggar sumpahnya, maka itu pilihan yang tepat. Tapi disini, pada saat ini nilai kasih sayang telah hilang di hati bangsa Arya, bahkan diseluruh negeri. Penderitaan lahir karena adanya kasih sayang yang hilang. Dan penderitaan orang-orang tidak bersalah seperti yang kita saksikan tadi adalah satu bentuk pengakuan dari masyarakat kita. Ketika tidak ada lagi kasih sayang di masyarakat, mereka merasa tidak ada ikatan satu sama lain Kak. Mereka hanya akan mementingkan diri mereka sendiri. Penderitaan yang sedang dialamai rakyat Dwaraka, itu sama halnya dengan penderitaan seluruh bangsa Arya. Cabang-cabang pohonnya mulai rapuh, berlobang kering dan menjadi layu. Begitupun halnya dengan kebenaraan saat ini yang telah lunglai tidak bernyawa. Inilah saatnya untuk menghidupkan kembali kebenaran Kakak. Sekali lagi seluruh masyarakat harus dibuat sadar akan kebenaran.
https://www.hotstar.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar