Rabu, 07 Agustus 2019

PERBEDAAN ANGAN-ANGAN DAN RAHSA

Setelah burung perkutut selesai bicara, burung Derkuku berpikir-pikir, namun sebenarnya belum begitu bisa menerima apa yang telah disampaikan oleh burung Perkutut. Burung Perkutut memahaminya, sehingga kemudian berkata lagi, seperti uraian berikut :

Wahai Saudara, semua orang bisa merasakan perbedaan angan-angan dan Rahsa, hanya saja tidak bisa menyatakan, bagaimana bedanya. Juga tidak mengerti bahwa dirinya itu sesungguhnya bisa merasakan. Jangankan orang tua, walau anak kecil yang sangat bodohpun bisa merasakan bedanya.

Penyebab tidak bisa menjelaskan dan tidak bisa mengetahui bahwa dirinya bisa merasakan, sebab alat untuk menyatakan serta untuk mengetahui itu adalah angan-angan (pikiran), sedangkan angan-angan itu tidak terang.

Makanya, anak yang sangat bodoh, bisa merasakan perbedaannya karena semua manusia baik yang bodoh atau yang pintar, semua ketempatan rasa, rasa itu sangatlah halus.

Untuk membedakan Budi dan Rahsa itu bagaikan membedakan sinar dan warna. Saudaraku, tentulah bisa membedakan, sinar dan warna. Yang disebut sinar itu penerang (cahaya matahari, artinya terangnya matahari). Kembali yang bernama warna bukan penerang. Warna adalah yang diterangi sinar. Artinya seperti ini, yang bernama merah, hijau, kuning dan sebagainya itu bisa terlihat bila merah, hijau, kuning itu jika disinari cahaya. (Jika tidak ada cahaya tentulah tidak terlihat hijau, merah, walaupun ada warnanya).

Demikian juga sinar, tidak bisa merah, hijau, atau kuning jika tidak didampingi warna. (Jika tidak ada warna, tidak ada merah, hijau, walaupun ada sinar). Dua yang telah menjadi satu menyatu, tidak bisa dipisah. Namun walaupun tidak bisa dipisah, Kamu kan tau sendiri, bahwa sinar itu bukan warna, dan warna itu bukan sinar, keduanya tidak bisa disamakan, justru perbedaannya sangatlah besar.

Tentang perbedaan sinar dan warna, dan juga tentang tidak bisa dipisahkannya, itu sama persis dengan perbedaannya Badan dengan Rahsa. Juga tentang tidak bisa dipisahnya. (Sehingga perbedaan Budi dan Rahsa sama persis dengan perbedaan Sinar dan Warna, sebab budi itu penerang, penerang hidup). Rahsa itu warna, warnanya hidup.

Rinciannya begini: Budi itu Yang ingat, Yang Paham terhadap kebenaran dan kesalahan, Yang menerangi seluruh nyawa, tanpa warna, hanya terang, yang kebeningannya tidak terkira.

Sedangkan yang bernama RAHSA itu yang merasakan enak dan nikmat serta yang merasakan susah atau tidak enak.

Manusia bisanya mengerti yang bernama senang susah dan sebagainya karena memiliki Budi, (jika tidak ada budi tidak akan mengerti apa-apa, walaupun ada rahsa). Sedangkan yang dipahami: rasa senang susah, menyukai, benci, sakit, nikmat dan sebagainya, itu daya dari rahsa (jika tidak ada rahsa tidak akan senang susah, sakit nyaman dan sebagainya, walaupun ada Budi). Nyawa dua jenis telah menjadi satu bercampur, tidak bisa dipisah. Namun walau tidak bisa dipisah masih bisa dirinci, tidak tepat jika budi disamakan dengan rahsa. Perbedaannya sangatlah besar.

Burung Derkuku masih kebingungan. Dalam batinnya belum bisa mengerti yang mana yang bernama Rahsa, sehingga burung Perkutut kemudian menjelaskan lagi, sebagai berikut: Saya terangkan sekali lagi dengan pelan, Saudaraku, rasakanlah dengan tenang.

Seumpama orang duduk, kemudian teringat sesuatu perkara. Karena disebabkan teringat itu tadi, hatinya kemudian merasa senang atau susah. Walaupun penyebab senang atau susah berasal dari ingatan, namun alat yang dipergunakan untuk senang atau susah itu bukan alat yang digunakan untuk mengingat. Saudaraku, sebab yang digunakan untuk mengingat bernama BUDI, Yang dipergunakan untuk senang atau susah bernama RAHSA. Budi dan rahsa saling hidup sendiri-sendiri (juga memiliki alam sendiri-sendiri). Sebagai buktinya, bahwa budi dan rahsa hidup sendiri-sendiri, sebab ada juga manusia yang teringat sesuatu itu tidak senang, ada juga orang ketika teringat sesuatu kemudian susah. Ada yang dari ingatan menimbulkan keinginan. Ada dari ingatan menyebabkan merana, ada dari ingatan yang menyebabkan marah. Ada yang dari ingatan menyebabkan sedih dan sebagainya. Ada lagi, dari ingatan yang tidak menyebabkan apa-apa.

Ada juga seseorang ketika melihat sesuatu kemudian timbul rasa senang, ingin memiliki, ingin, pegal, marah, kecewa dan sebagainya. Namun ada juga orang lain yang melihat sesuatu yang sama yang dilihat oleh orang pertama tidak menyebabkan rasa apa-apa, sebab hatinya tenang, tidak mudah terpengaruh keinginan dan rasa ingin memiliki.

Barangkali sekarang engkau bisa membayangkan sendiri bahwa manusia itu untuk bisa membedakan budi dan rahsa, dengan jalan membanding-bandingkan, tidak hanya dicari, yang mana yang untuk mengingat dan yang mana yang digunakan senang susah. Jika dengan sikap seperti itu, sama saja seperti orang yang ingin memisah sinar dan warna yang telah bercampur menjadi satu. Umpamanya: Ada nyala api yang hijau cahayanya, akan dipisah yang mana sinarnya, yang mana warnanaya, apakah bisa? Untuk bisa membedakan sinar dan warna tentulah dengan jalan membandingkan sinar hijau dengan sinar yang bukan hijau, contohnya: dibandingkan dengan sinar merah, kemudian dibandingkan lagi dengan sinar kuning, kemudian dibandingkan lagi sinar biru, dan seterusnya, sampai berhasil bisa mengetahui dengan jelas tentang yang bernama warna. Setelah paham warna, kemudian sinar yang berwarna tersebut dibandingkan dengan sinar yang tidak memiliki warna. Seperti, sinar merah atau hijau dibandingkan dengan sinar matahari, sinar jamrut dan mirah dibandingkan dengan dengan berlian. Jika telah demikian, itulah baru bisa jelas perbedaan antara sinar dan warna. Setelah begitu kemudian sinar terang dibandingkan dengan sinar yang tidak terang, seperti: matahari dibandingkan dengan bulan, kemudian dibandingkan lagi dengan kegelapan. Saudaraku, dalam berusaha memahami kehalusan rasa, itu dengan jalan harus dengan tekun dan rajin mengingat-ingat dan membanding-bandingkan rasa, tidak hanya berpikir dan bertanya mana yag disebut sesuatu, mana yang bernama sesuatu, yang bersikap menganggap sebagai suatu benda yang terpisah. Jika tidak rajin memperhatikan serta malas membanding-bandingkan, tentulah selalu dalam kegelapan. Dan juga yang terpenting adalah merasakan bukan berpikir. Jika rasa itu dipikir, justru semakin mendapatkan kegelapan. Sebab tidak merasa telah tertipu oleh getaran pikiran. Oleh sebab itu pesanku: Jika engkau mencari tentang kehalusan, ketika hendak membedakan dan mendalami rasa, janganlah sekali-kali kau pikir seperti sikap orang berpikir tentang pikiran, sebab semakin dipikir semakin buntu dan semakin gelap. Justru bagi orang yang sedang gelap pikirannya atau sedang bingung, agar hilang gelap dan kebingungannya, dengan jalan menenangkan rahsa-nya, mengendalikan kerak angan-angannya, dan juga mengatur jalan pernapasannya. Untuk bisa melakukan hal demikian, wahai saudaraku, jika orang itu membiasakan mengatur pernapasannya dengan dilandasi selalu ingat kepada Sang Pemberi Hidup (rutin serta tetap dalam menyembahnya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...