Minggu, 21 Juni 2020

INTI AJARAN OSHO

Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajaran lain). Akan tetapi yang sudah kamu alami mesti dipercaya. Segala sesuatu mesti diragukan. Seperti agama agama lain memiliki kepercayaan sebagai pondasi, saya memiliki keraguan sebagai pondasi. Pondasi saya sama persis dengan pondasi sain, ragukan hingga kamu menemukan sesuatu yang tidak bisa diragukan lagi. Sain bergerak keluar, saya bergerak kedalam. Gerakan kedalam ini yang saya sebut meditasi.

Untuk bergerak kedalam kamu mesti melewati tiga langkah ini, dan langkah keempat akan terjadi dengan sendirinya. Langkah pertama adalah menghamati aktivitasmu, yalah semua jenis kegiatan dari tubuh: berjalan, membelah kayu, mengambil air dari sumur. Tetaplah menjadi pengamat. Jangan melakukan aktivitas itu bagai robot.

Kedua, ketika kamu sudah mampu menonton dan mengamati tubuhmu dan aktivitasnya maka kamu bisa memasuki Langkah yang kedua, amatilah aktivitas kalbumu: pikiran, mimpi, imajinasi. Tetaplah menjadi pengamat, seakan kamu berdiri di pinggir suatu jalan dan barisan pikiran melewati jalan itu. Kamu tidak menjadi bagian dari barisan itu. Kamu hanya sebagai kaca yang memantulkan tanpa menilai, karena kaca itu tidak menilai. Kaca hanya memantulkan apa saja yang lewat didepannya. Seseorang harus menjadi pengamat yang murni tanpa menilai, memberikan evaluasi, baik atau buruk. Kemudian pengalaman yang kuat akan muncul. Ketika pengamatanmu tumbuh, pikiran mulai berkurang dalam proporsi yang sama. Kalau kamu memiliki pengamatan sepuluh persen maka ada sembilan puluh persen pikiran di kalbu. Kalau kamu memiliki sembilan puluh persen kesadaran, maka akan hanya ada sepuluh persen pikiran di kalbu. Seratus persen pengamatan, maka hanya akan ada ketiadaan yang murni. Keadaan ini disebut sebagai tanpa-pikiran. Ini adalah pintu untuk masuk ke langkah ketiga, langkah terakhir. Sekarang amatilah emosi emosi yang halus, suasana hati (mood) yang halus. Pikiran itu tidak begitu halus seperti suasan hati, suatu bayangan dari kesedihan, suatu keceriaan.

Langkah pertama menyangkut tubuh, kedua menyangkut kalbu, ketiga dengan hati. Dan apabila kamu menjadi mampu untuk mengamati yang ketiga, yang keempat akan terjadi dengan sendirinya. Tiba tiba muncul merupakan suatu lompatan dan tepatnya kamu berdiri benar benar di pusat dari keberaadaanmu, dimana tidak ada lagi yang perlu disadari. Kesadaran menyadari dirinya sendiri. Dan inilah merupakan momen ekstasi puncak, samadi, pencerahan atau nama apapun seserang ingin memberikannya. Akan tetapi inilah yang paling tinggi. Tidak ada cara untuk melampauinya. Karena kalaupun kamu melampauinya kamu tetap seorang pengamat. Kalau kamu mengamati seorang pengamat, kamu tidak bisa melampauinya, kamu tetap seorang pengamat. Jadi, pengamat itu merupakan ujung dari perjalanan. Kamu telah sampai di rumah.

Dan ini adalah ajaran keseluruhan saya. Ia sangat ilmiah, ia tidak membutuhkan kepercayaan. Ia hanya membutuhkan untuk mencoba. Dan saya tidak minta siapapun untuk mempercayaiku. Saya hanya minta untuk mencoba dan mengalami sendiri. Saya tahu bahwa menjadi pengamat akan terjadi kepadamu karena ia telah terjadi kepadaku. Dan saya adalah manusia biasa seperti kamu. Saya tidak menyebut diri saya sebagai nabi, atau penyelamat, atau inkarnasi dari Tuhan. Saya tidak minta disebut sebagai suatu yang special. Saya persis sama dengan kamu. Perbedaannya hanyalah bahwa kamu masih tidur dan saya terjaga. Hanyalah menjadi suatu pertanyaan saja. Cepat atau lambat kamu akan terjaga juga. Jadi tidak ada kebutuhan untuk memuja saya. Nadaikan kamu benar benar mencintaiku sudah cukup apabila kamu mulai masuk kedalam percobaan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...