Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, yaitu tentang perbedaan yang kau ibaratkan belian dengan kaca benggala. Untuk lebih jelasnya, segala warna dari segala wujud sebagai ibarat Rahsa manusia, sinar segala wujud menjadi ibarat budi, itu saya sudah sedikit bisa merasakannya, selanjutnya: Rupa yang jelas warnanya kurang sinarnya itu menjadi ibarat Rahsa yang sinarnya hanya sekedarnya. Rupa yang warna dan sinarnya sama, menjadi ibarat terangnya budi yang masih dikuasai rahsa. Rupa yang tinggi sinarnya tanpa warna, menjadi ibarat budi terang serta tidak memiliki watak (tidak dikuasai rahsa). Hal demikian, oleh karena berlian dan kaca benggala kedua-duanya unggul dalam sinar dan sama-sama tidak memiliki warna, yang manakah yang menjadi sebab perbedaannya?
Jawaban burung Perkutut: O, Saudaraku kau belum jelas pehamannya tentang masalah itu, hal itu tidak mengherankan. Sebab, satu perkara itu memang tidak mudah. Lebih baiknya saya terangkan sekali lagi. Perhatikanlah!
Saudaraku, bahwa batin manusia yang saya ibaratkan berlian, yaitu yang jernih serta bisa menguasai dan mengendalikan pancaindra. Ketika bisa mengendalikan pancaindra seperti halnya berlian ketika berwarna merah, biru, hijau, kuning dan sebagainya. Ketika bisa mengendalikan pancaindra adalah ketika berlian bisa menguasai pancaindra itu ketika bisa menghilangkan warnanya, yang ada tinggal jernihnya tanpa warna. Sedangkan perbedaan dengan yang saya ibaratkan kaca benggala itu begini: Yang saya ibaratkan berlian itu masih terpengaruh dirinya, sedangkan yang saya ibaratkan kaca benggala itu yang sudah lupa kepada dirinya, hal itu apakah engkau sudah bisa menerima kata-kata terpengaruh kepada dirinya ?
Terpengaruh diri itu maksudnya: Masih memiliki rasa yang mengajak mengakui atas wujud mugkin, artinya adalah: Merasa bahwa dirinya itu berwujud jirim, yang memiliki perbandingan, yang memiliki sebutan jelek dan baik.
Kata mumkin artinya adanya hanyalah wenang (bisa ada bisa tidak), dan adanya ada masanya, jadi, itu bukan yang nyata adanya. Sesungguhnya mugkin itu hanya bayangan saja, yang nampak didalam cermin Dzat Yang Wajib Adanya.
Sedangkan yang saya ibaratkan kaca benggala itu, yang sudah menguasai rasa sudah tidak merasa sebagai aku (tidak mengakui) kepada wujud mugkin. Yang diakui dan diyakini adalah Yang Tanpa Warna, Yang Tanpa Rupa, Yang Menguasai jirim, Yang Tidak jelek, yang tidak bagus, Yang Kekal, Yang Nyata Adanya, Yang Tanpa Masa, Yang tidak Berawal, Yang tidak ada Akhirnya, itu adalah Yang Nyata Adanya, itulah yang sebenar-benarnya ADA.
Segala yang berwujud jirim (Jirim adalah Kata Arab, semua yang bisa diukur dengan ukuran kibik itu Jirim. Semua jirim menempati tempat secukupnya). Atau yang memiliki berat, atau sesuatu (yaitu yang bagus atau jelek), semua itu bukan Yang Nyata Adanya. Artinya: Kata bukan Yang Nyata Adanya: Yang tidak nyata ketika adanya.
Segala yang ada, sesungguhnya hanyalah gambar (bayangan = Wayang), yang terlihat didalam cermin gaib, adanya hanya wenang, bisa ada bisa tidak, serta adanya hanya sementara waktu, bisa kembali tidak ada lagi.
Sedangkan yang disebut tidak mengakui wujud mugkin (diri) itu rasa dipuncak keluhuran. Rasa yang dipergunakan untuk membedakan dua jenis warna tersebut, itu adalah sehalus-halusnya rasa.
Yang diibaratkan berlian itu, adalah rasa yang bisa memuat segala watak, namun belum memuat wujud mugkin yang ada pembandingnya, sehinga masih merasa mempunyai pembanding, sehingga masih merasa memiliki perbandingan, merasa masih menjadi isi alam. (Tempat yang bisa memuat perwatakan itu ibaratnya: Berlian bisa memerah. Membiru seperti warna mirah yang berbeda-beda. Sedangkan ketika merasa memiliki pembanding, sepeti berlian ketika membedakan rupa dirinya dengan rupa mirah, kupu, arang dan batu).
O, Saudaraku, jika hanya mengatakan seperti yang kukatakan itu sangat mudah. Demikian juga mencari yang bsia menerangkan, mencari untuk bisa mengerti, mencari untuk bisa menjalankan keyakinan, dan juga orang mencari hakikat: semua bisa dianggap mudah, sedang bagi manusia yang mencari untuk bisa menguasai rasa, sangatlah tidak gampang. Saya ini hanyalah sekedar menyatakan pendapat saja mempergunakan pedoman akal. Yang saya bisa hanya sebatas mengucapkan saja. Kenyataan diriku bisa diumpamakan sayap kupu yang paling buruk atau rupa batu, kotoranku masih seperti lembaran besi, sama sekali belum bisa seperti mirah yang paling jelek, apalagi seperti berlian.
Tentang wujud kaca benggala besar sebagai ibarat Sifat Dzat yang tidak ada bandingannya.
Kaca Benggala tidak ada bandingannya, artinya: Tidak pernah dibandingkan dengan barang lain, sebab kaca benggala tidak memiliki rupa, tidak memiliki warna, tidak bagus melebihi berlian atau mirah, serta tidak hitam melebihi arang, tidak keruh seperti batu, tidak bersinar seperti mirah, tidak berkelip seperti berlian, jadi, hampa tidak ada apa-apanya, tidak ada bentuknya, tidak ada rupanya, tidak ada warnanya, tidak ada cahayanya, tidak berbentuk.
Wahai Saudara, barangkali ada seseorang manusia yang salah sehingga tidak percaya terhadap Sang Penguasa Alam. Sehingga keberadaan dirinya dan adanya yang tergelar semuanya, dianggap bergantung kepada yang kosong. Yang demikian itu umpamakanlah menganggap kosong terhadap warna wujud dari kaca benggala, sehingga kaca benggala disamakan dengan Kekosongan yang hampa. Apakah itu benar?
Wahai saudara, di lain waktu marilah kita bertemu lagi di tempat bertengger yang nyaman, untuk bermusyawarah dengan tenang, membahas tentang sikap membandingkan dan merasakan. Sekarang marilah beristirahat di sarang.
Kedua burung kemudian terbang, pulang menuju sarangnya masing-masing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
-
Ketika seseorang memutuskan untuk berjalan kesebuah tempat, dia memiliki pikiran rasional, misalnya, “Apabila aku pergi kesana, kepergianku ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar