Rabu, 07 Agustus 2019

RAHSA DAN BUDI

Burung Derkuku berkata kepada Burung Perkutut, sebagai berikut :

Saya akan bertanya empat hal, jawablah dengan jelas, agar terang pemahamanku.

1. Jelaskanlah bahwa sesuatu yang mengandung sinar dan warna engkau umpakan sebagai sifat manusia, karena manusia memuat sinar dan warna milik Dzat Yang Sejati, tunjukkan padaku, mana wujud yang disebut sinar, mana wujud yang disebut warna?

2. Yang kau umpamakan sebagai sinar kau sebut Budi, yang kau umpamakan warna yaitu : Rahsa. Tunjukkanlah. Yang disebut budi itu yang mana, dan yang disebut rahsa itu yang mana?

3. Bagaimana caranya agar manusia bisa terang cahayanya, serta hilang asapnya? Bagaimana caranya menghilangkan asap dan juga warna merah, hitam, dan sebagainya ?

4. Yang disebut Pramana yang kau gambarkan cermin itu yang mana wujudnya, dan yang bercermin itu yang mana wujudnya?

Burung Perkutut menjelaskan, sebagai berikut :

1. BAB RAHSA

Wahai saudara, mata manusia yang masih kasar tidak akan bisa melihat wujud dari rahsa, namun setiap harinya manusia itu merasakan daya kekuatannya, artinya sebagai berikut :

Manusia itu kadang merasa panas, dingin, sakit, nikmat, pedih, pegal, bosan, risih dan lain sebagainya, itu adalah daya dari Rahsa.

Rasa panas itu ada dua, panasnya badan dan panasnya hati (panas badan bisa diobati dengan disiram air, namun panasnya hati obatnya bukan disiram air).

Hati lebih halus dibanding badan. Seolah-olah badan atau raga itu menyatu menjadi satu, namun sesungguhnya beda alam, beda jaman. Demikian juga dingin, sakit, nikmat, pedih, bosan, capek dan sebagainya. Masing-masing jenis ada yang untuk badan ada yang untuk hati.

Ada juga rasa hati yang tidak sama namanya dengan rasa badan, seperti senang, susah, suka, heran, menyesal, terheran-heran, malu, kasmaran, gugup, takut, kawatir dan sebagainya, itu semua hanya untuk hati. Tumbuh dan terasa berasal dari dalam dada.

Yang untuk badan dan yang untuk hati sebagaimana tersebut diatas agar lebih ringkas, menurut pendapatku, hanya saya sebut Rahsa saja.

Rahsa itu sebenarnya berupa getaran (gerakan) kadang juga bisa diam (bersatu menjadi satu). Jika bersatu atau diam, akan kembali kepada RASA. RASA itu selalu diam, sebagai tempat RAHSA, Jika rasa diam maka Rahsa bergetar atau menyebar. Demikian juga setiat RAHSA pasti beserta RASA. Sehingga RASA bisa diumpamakan sebagai badan, sedangkan RAHSA sebagai tangannya. Rasa diumpamakan BATANG, RAHSA diumpamakan sebagai cabang-cabangnya (Batang dan cabangnya menjadi satu nama : POHON. Batang tidak pernah bergerak, hanya sering dikira bergerak, karena terbawa oleh gerak dari cabangnya ketika tertiup angin. Contoh, kata : Gelap budinya, jahat hatinya, itu sebenarnya yang gelap adalah angan-angannya, yang jahat adalah nafsunya (salah namun telah menjadi biasa. Seharunya Budi tidak pernah gelap, hati tidak pernah jahat).

2. BAB BUDI

Budi itu penerang yang menerangi daya ingat manusia, artinya cahaya Budi menyinari ruh manusia, selanjutnya menjadi penerang bertingkat, berada diangan-angan (pikir). Terangnya pikiran bisa diumpamakan terangnya rembulan, terangnya budi sebagai mataharinya (cahaya bulan sesungguhnya adalah cahaya matahari).

Mata manusia tidak bisa melihat wujud dari Budi, namun manusia merasakan dayanya, yaitu terangnya.

Sedangkan yang sudah di tingkat waskita akan bisa melihat cahaya budi yang berada di orang lain, yaitu yang terlihat menyala tanpa bayangan, sebagai tanda bahwa seseorang memiliki budi yang terang.

Manusia yang terang budinya, serta tenang (rahsanya telah mengendap) jika diperhatikan bagaikan berlian, manusia yang terang budinya namun masih tebal rahsanya, terlihat bagaikan mirah. Manusia yang gelap pikirannya serta tebal nafsunya, cahayanya buram, hanya terlihat warnanya saja. Itu yang saya ibaratakan sebagai sayap kupu.

Sedangkan perbedaan rahsa dan budi adalah Rahsa itu untuk merasakan enak dan tidak enak (mengalami dan merasakan nikmat), namun budi itu hanya INGAT, Waskita, Pranawa, mengerti. Budi tidak ikut bahagia, sedih, senang, benci, dan sebagainya. Hanya menunjukan kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...