Selasa, 16 Juli 2019

SUKMA DAN ROH ITU KEKAL

1. Dirimu itu menangisi takdir para prajurit yang akan gugur di medan laga. Walaupun yang dirimu sampaikan itu sudah benar, namun hal itu tidak perlu membuat hatimu bersedih. Sesuatu yang ketempatan atau ditinggalkan oleh nafas yang selalu keluar masuk, itu tidak membuat sedih para pencari hakikat.

2. Belum pernah diriku itu tidak ada, demikian juga dirimu, dan semua para raja di dunia ini. Dan besok hari juga tidak akan ada lagi ketika tiba waktunya diri ini berhenti dari adanya.

3. Jika yang bertempat tinggal didalam raga ini sudah mengalami masa kanak-kanak, masa muda, masa tua, dia kemudian mengalami berganti raga. Oleh karena itu, bagi para pencari hakekat hidup dan mati itu tidak menjadikannya bersedih hati.

4. Wahai Putra Kunthi!. Saling bersinggungan antara dunia kecil (raga) dan Dunia besar (alam dunia) itu bisa menimbulkan hawa panas, dingin, senang, susah. Ada waktunya datang, ada waktunya pergi. Adanya hal itu harus dijalani dengan penuh kesabaran.

5. Yang tidak terpengaruh oleh berganti-gantinya keadaan, merasa puas, ikhlas, bisa menerima senang dan susah (menganggap senang dan susah itu sama saja), wahai benteng manusia, itulah yang bisa masuk kedalam alam kekekalan.

6. Yang tidak ada itu tidak bisa menjadi ada. Dan yang ada itu tidak bisa menjadi tidak ada. Perbedaan antara yang ada dan yang tidak ada, yang bisa mengetahui itu hanya yang sudah bisa memandang keadaan batin yaitu keadaan yang sebenarnya.

7. Ketahuilah bahwa Sukma, Roh atau Zat yang menjadi awal mula semua yang tergelar ini, itu tidak terkena oleh kerusakan, adanya tanpa ada batasan. Maka, majulah ke medan laga,

8. Ketahuilah bahwa DIA yang menjadi awal mula yang tergelar ini, itu tidak terkena rusak. Siapa yang bisa menghilangkan DIA yang bersifat Kekal?.

9. Yang mengira bahwa DIA pembunuhnya, atau berkali-kali dibunuh, keduanya sama-sama salah. DIA itu tidak membunuh dan tidak bisa dibunuh.

10. Dzat Sukma itu tidak dilahirkan, sehingga tidak mengalami kematian. Oleh karena tidak melalui kelahiran, Adanya itu tidak ada akhirnya. Tidak dengan cara dilahirkan. Dzat Sukma itu sejak dari dahulunya itu sama saja. Dia tidak ikut mati, ketika raga ini mengalami kehancuran.

11. Barangsiapa yang sudah memahami bahwa Dzat Sukma mempunyai sifat seperti itu, bagaimanakah bisa menyebutkan, bahwa Dzat Sukma itu pernah membunuh atau pernah dibunuh?

12. Jika pakaian sudah rusak maka tidak dipakai lagi. Sebagai gantinya maka seseorang akan memakai baju yang baru. Seperti itulah raga ini. Jika raga ini sudah rusak, yang sebelumnya bertempat disitu, kemudian mencari dan menempati raga yang baru.

13. Tidak ada senjata yang bisa membunuh Sukma, tidak ada api yang bisa membakar sukma, tidak air yang bisa membasahinya, tidak ada angin yang bisa mengeringkan dirinya.

14. Tidak bisa dilukai, tidak bisa dibakar, tidak bisa dibasahi, tidak bisa dikeringkan, tetap ada selamanya serta di semua tempat. Meski begitu, tetap tidak pernah berubah.

15. Tidak bisa dibayangkan, tidak bisa diindra menggunakan pancaindra, tidak terkena perubahan. Yang telah memahami bahwa Sukma itu memiliki sifat yang demikian, tentulah tidak usah bersedih hati.

16. Jika dirimu berpendapat, jika sukma itu berkali-kali terlahir, dan berkali-kali meninggal dunia itu, wahai pahlawan yang gagah perkasa, juga tidak usah menjadikan dirimu bersedih.

17. Apapun yang dilahirkan, pasti akan mengalami mati, yang mati hidup lagi. Keadaan yang terus berganti dan tidak bisa dihindari, hal itu tidak boleh untuk disedihkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...