1. Hancurnya Kurawa Astina, tidak akan menambah harum nama kita. Apakah para Kurawa Astina itu bukan kerabat kita sendiri? Dan barangsiapa yang telah membunuh kerabatnya sendiri, bagaimanakah bisa orang tersebut akan bisa mendapatkan kemuliaan?
2. Walau pun lawan kita tidak merasa berdosa, membunuh sahabat, kerabat dan saudara, karena terdorong angkara dan murka, apakah bagi kita tidak lebih bijaksana, apabila kita menghindari perbuatan tercela ini?
3. Wahai Sang raja!! Kesengsaraan apa saja yang akan muncul karena adanya pembunuhan besar-besaran ini?
4. Apabila keutamaan kebaikan yang menjadi pedoman sifat kasatria itu sirna, tata susila yang sudah menjadi naluri suci tentu akan musnah, tentunya di masyarakat tidak ada lagi tatanan aturan.
5. Apabila masyarakat sudah kehilangan tata aturannya, wanita juga akan kehilangan tata susilanya. Apabila wanita sudah kehilangan susilanya, tentulah masyarakat akan menjadi rusak dan akan kesulitan untuk kembali menjadi baik. Karena, apabila para wanita sudah tidak mengetahui kesusilaan, hal itu tentulah akan menyebabkan bercampurnya kasta.
6. Oleh karena bercampurnya kasta, bangsa dan yang membuat kerusakan bangsa, keduanya akan bersama-sama menuju ke neraka. Arwah para leluhur yang tidak dibantu oleh do’a dari keturunannya, tentu akan menemui kesengsaraan dan tidak mempunyai kuasa untuk memberi berkah kepada keturunannya yang masih hidup di dunia.
7. Disebabkan karena kesalahan orang-orang yang melakukan pembunuhan para Satria Agung, maka tatanan kehidupan masyarakat menjadi rusak. Apabila keluarga sudah kehilangan keyakinannya tentang keutamaan hidup, maka musnah pula keluhuran budi pekerti.
8. Bila Hukum-hukum keutamaan dan sifat kasatria telah musnah didalam dunia manusia, kita ini seolah hidup di dalam neraka. Seperti itulah ajaran para sesepuh.
9. Wahai sang raja penghapus kejahatan manusia! Tentulah kesalahan sangat besar yang akan kita lakukan, apabila hanya karena menginginkan keluhuran menjadi raja, kita tega membunuh sanak saudara!.
10. Wahai sang raja! Semoga saja para Kurawa Astina nantinya, apabila saya maju perang di arena peperangan tidak akan membawa hasil dan saya tidak ingin melawan, serta mereka mau membunuh saya.
11. Hamba lebih memilih makan dari hasil minta-minta, daripada harus membunuh para Guru Besar yang kemudian berpesta pora menikmati hidangan yang telah terkotori oleh tumpahan darah para Guru Besar.
12. Bagaimanakah caranya diri ini bisa mengetahui bahwa apda akhirnya itu lebih baik bagi diri ini? Manakah yang lebih utama, kita yang unggul perangnya atau Kurawa Astina yang unggul perangnya? Sesungguhnya, hidup ini tidak ada manfaat dan gunanya, apabila Keturunan Drestharata sudah hilang semua?
13. Wahai Sri Kresna, seseorang yang merasa khawatir, kecil hatinya, karena terkuasai rasa hati yang penuh cinta kasih yang menyebabkan keraguan dalam hatinya, seseorang yang sedang mengalami goncangan iman, memohon kepada paduka. Apakah sebenarnya kewajiban itu, bagaimanakah yang seharusnya melakukan yang terbaik? Wahai Sri Kresna! Semoga berkenan memberi petunjuk kepada siswa paduka, yang selalu mematuhi paduka.
14. Sungguh, saya tidak tahu bagaimana caranya menghilangkan rasa sedih hingga melumpuhkan jiwa hamba. Seluruh perasaan tetap membantah untuk maju ke medan laga, walaupun saya akan diperi kekuasaan tanpa batas diatas bumi ini ataupun akan dijadikan Raja para Dewa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajara...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar