1. Sri Kresna berkata : Wahai Arjuna! Yang sudah bisa membuang semua keinginannya, dan sudah bisa menenangkan pikirannya, dan sudah yakin kepada Tuhan karena Tuhan, yang pribadinya penuh ketenangan selalu mengingat Tuhan, itulah manusia yang kuat budinya.
2. Yang ciptanya sudah tidak terpengaruh oleh senang dan susah, karena sudah tidak bersentuhan dan bersinggungan dengan yang menjadi penyebabnya, yang telah hilang hawa nafsunya, tidak mempunyai rasa kuatir, marah, dendam, jengkel, dan sebagainya, itu yang disebut ahli budi.
3. Yang sudah bisa memutuskan ikatan karma, tidak membedakan menang dan kalah, untung dan rugi, sudah hampa dari rasa benci, tidak senang, mendongkol dan jengkel, itulah manusia yang teguh jiwanya dan sudah seimbang.
4. Siapa saja yang bagaikan kura-kura hingga bisa memasukan kakinya dan kepalanya kedalam tempurungnya, bisa mengendalikan pancaindranya dan merobah arahnya, tertuju kepada awal mula dari pribadinya, itulah manusia yang sudah teguh jiwanya dan sudah seimbang.
5. Kekuatan daya pikat atas semua yang tergelar terhadap pancaindra, itu akan musnah, jika manusia selalu menahannya. Namun Sir tetap ada. Sir juga bisa hilang jika manusia sudah kuat keyakinannya kepada Yang Maha Luhur.
6. Wahai Putra Kunthi! Meskipun bagi yang sudah ahli, yang benar-benar pencari kebenaran dan keluhuran, jika indranya sampai bangkit, bisa menyesatkan keinginan diri dan pikirannya.
7. Namun jika indranya selalu bisa dikendalikan, dan jiwanya hanya ingat kepada Tuhan saja, dan jika dirinya benar-benar bisa mengendalikan indranya, itu jiwanya sudah jiwa yang tenang dan seimbang.
8. Manusia yang indranya selalu berenang dalam dunia kesenangan yang bisa menyenangkan hasrat dan keinginannya, maka hasrat dan keinginannya akan tumbuh menjadi kuat. Itu, yang menjadi penyebab terbukanya angkara murka. Angkara tumbuh menjadi murka.
9. Murka itu menumbuhkan salah dalam tindakan yang kemudian akan merusak kewaspadaan dalam membedakan baik dan buruk. Seseorang yang sudah seperti itu, pasti kehilangan budi. Seseorang yang telah ditingkalkan oleh budinya, pasti akan sampai pada celaka. Akan tetapi, seseorang yang masih hidup di dunia indra, namun sudah tidak memiliki rasa senang dan benci, yang pribadinya sudah bisa menguasai angkaranya, itu yang akan sampai kepada kemuliaan yang luhur.
10. Didalam kemuliaan yang seperti itu, terhapuslah semua kesusahan dan kesedihan. Yang cipta dalam diri telah tenang dan hening. Maka budi didalam diri diam dan tenang.
11. Budi didalam diri manusia itu akan bangkit, jika manusianya sendiri tidak berusaha untuk mencapai penyatuan dengan Dia. Dia itu tidak mengenal perenungan, tafakur, samadhi, menyatukan rasa dengan rasa Tuhannya. Yang tidak lulus dari samadhi, tafakur, perenungan itu tidak akan bisa menggapai ketenteraman. Dan tak mendapakatkan ketentaraman tidak mungkin untuk bisa mencapai kemuliaan.
12. Berada didalam kemuliaan yang seperti itu, akan hilang semua kesusahan dan kesedihan. Yang ciptanya selalu tenang dan hening. Maka budi miliknya kan bisa tenang dan tenteram.
13. Apapun adanya didunia tempat bermainnya indra, yang selalu memenuhi hasrat manusia dalam kesenangannya, setelah mendapat persatuan oleh nalarnya, pastilah akan menangkapnya dan menyeretnya kedalam kesesatan, bagaikan badai laut yang menyambar dan membawa pergi perahu yang sedang berlayar di luasnya samudra.
14. Oleh karena itu, ketahuilah wahai Arjuna! Hanya untuk manusia yang bisa menguasai dan bisa memilah-milah indranya dari wilayah tempat bermainnya, yang bisa disebut orang yang berjiwa teguh dan seimbang dalam hidupnya.
15. Alam yang terang, bagi seseorang yang sudah terbuka hatinya, yang selalu waspada terhadap gerak cipta dan hasrat hatinya, itu teramat sangat gelap bagi orang bodoh. Dan sebaliknya, alam tempat bermainnya semua keinginan diri, yang merupakan alam yang terang bagi kebodohan, itu gelap bagi orang suci.
16. Wahai Arjuna! Selagi dirimu hidup di dunia ini, yaitu tempat bermainnya pancaindra, agar bisalah dirimu bagaikan samudra, yang palungnya tidak tergerak dan selalu dalam keadaan tenang, walaupun selalu terisi air dari banyak sungai besar, dan walaupun diatasnya berupa ombak yang besar, yang bergulug-gulung karena tertampar oleh badai dan angin besar.
17. Yang sidah menghindarkan diri dari semua keinginan dan hasrat diri, itu telah hilang kekuatan daya tariknya, hampa dari pengharapan dan hampa dari angkara, tentulah orang yang seperti itu, akan mendapatkan kenteraman, walaupun masih hidup di keramaian dunia ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajara...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar