Rabu, 24 Juli 2019

BERIBADAH YANG BENAR-BENAR IBADAH

1. Diantara Para Maha Resi, Aku Ketuanya (Bregu). Aku, ucapan suci semua yang bisa berkata-kata, Semua mantra dalam semua upacara kurban, diantara gunung-gunung, Aku adalah Gunung Himalaya.

2. Jika menurut pepohonan, Aku adalah Pohon Aswata (Pohon Kehidupan) bagi para Dewaresi, Aku adalah Bathara Narada. Aku adalah Citaratane para gandarwa, dan Kapila diantara para ahli Ilmu.

3. Diantara kuda, Aku adalah Ucahisrawa, kuda ketika para Dewa sedang mengguncang samudra untuk mencari Air Kehidupan, Diantara gajah, Aku adalah Gajah Ajwarata dan Maharaja, dan diantara Para Raja bagi manusia.

4. Bagi semua senjata, Aku adalah petir. Bagi hewan ternak, Aku adalah Kamandanu (sapi yang susunya bisa memenuhi segala permintaan manusia), Kandharpa bagi yang berkembang biak. Wasuki bagi rajanya ular.

5. Bagi para Naga, Aku adalah Ananta. Bagi semua yang hidup di samudra, Aku adalah Baruna. Jika diantara para luhurnya manusia, Aku adalah Aryama. Untuk yang mempunyai kuasa, Aku adalh Kematian.

6. Aku adalah pemimpinnya para raksasa. Kala, itulah Aku di antara hitungan waktu. Singa bagi hewan hutan. Garuda bagi yang mempunyai sayap. Bagi semua yang bisa membersihkan, Aku adalah angin.

7. Diantara para raja dan para satria yang memiliki pusaka ampuh, Aku adalah Rama. Diantara ikan, Aku adalh Makara. Bagawan Silu Gangga diantara semua sungai dan aliran air.

8. Aku adalah awal dan akhir dari semua yang tergelar. Dan juga di tengah-tengahnya, wahai Arjuna! Jika Ilmu, Aku adalah ilmunya diri pribadi (Zelkennis), dan nalar para yang ahli dan pintar bicara.

9. Bagi Hanacaraka (Abjad Jawa), Aku adalah Ha. Yaitu daya penarik diantara yang sedang saling cinta. Aku adalah jaman yang tanpa awal dan tanpa akhir dan yang menguasai semua alam ini. Yang mengetahui semua gerak dari semua yang ada, adalah Aku.

10. AKu adalah Siwah, Dewa penghancur semua yang tergelar. Aku juga penguasa dari semua barang yang baru. Kemashuran, kemakmuran, kesentausaan, kesarjanaan, ingatan, perkataan dan pengampunan.

11. Diantara nyanyian-nyanyian Kitab Weha, Aku adalah Tembang Gedhe (Lagu besar). Jika Guru lagu, Aku adalah Gayatri. Bagi empat musim, Aku adalah Margasirsa yaitu Musim Semi.

12. Bagi yang suka berjudi, Aku adalah Harapan bahwa pasti menang. Aku adalah cahaya atas semua yang bersinar atau yang bercahaya. Kesaktian, kekuatan hasrat yang tidak terkena perubahan, kenyataan dan yang Nyata Adanaya, itu bagi yang telah terbuka hatinya.

13. Wasudewa bagi keturunan Wresni dan Dananjaya (Arjuna) bagi para Pandhawa. Jika bagi para Muni, Aku adalah Wiyasa. Bagi para Pujangga besar, Aku adalah Usiyana.

14. Kekuasaan para pemilik kekuasaan. Aku adalah berjalannya ketatanegaraan dan politik bagi para pejuang untuk keunggulan bangsanya. Aku adalah rahasia didalam batin semua yang membisu, dan ilmu para sarjana.

15. Biji dari segala yang ada, itulan Aku, Wahai Parta!. Tidak ada sesuatupun yang ada, akan menjadi ada tanpa Aku, wahai Arjuna!

16. Sebenarnya, tidak akan ada habisnya rupa dalam menggambarkan diriKu, AKu hanya menyebutkan sebagian saja diantara wujud yang ada, sebagai penggambaran saja.

17. Apapun yang utama, baik, mengandung cahaya, mengandung kewibawaan dan kekuasaan, adanya pastilah berasal dari DzatKu, pastilah bagian dari kemuliaanKu.

18. Namun, apakah artinya bagi dirimu, wahai Arjuna? Karena sesungguhnya, semua itu, dirimu sudah memahami. Aku adalah yang memberi hidup dunia yang tergelar ini, menggunakan bagian dari daya hidupKu. Namun Aku adalah, tetap utuh!.

19. Dengan mulut dan mata yang tidak terhitung jumlahnya dan bentuk gambaran yang sangat ajaib dan sangat banyak, dihias busana kebesaran, serta memegang pusaka-pusaka bermacam bentuk dan semuanya sangatlah ampuh.

20. Menggunakan Mahkota, Hiasan telinga dari bunga-bunga yang dironce, serta hiasan-hiasan yang lainnya, dilulur dan dibalur keharuman, dan lain sebagainya yang berasal dari surga, bagaikan Dewa yang sangat mengagumkan, suatu wujud yang tidak ada awal dan akhirnya, penglihatannya mengarah ke segala arah.

21. Ketika sedang bersama dalam pembicaraan, di kala suka atau ketika sedang makan bersama, ketika bersama-sama berisitirahat, atau ketika sedang sendirian bedua dengan Paduka, Wahai Pengeran, mohon Paduka memberikan ampunan kepada hamba.

22. Wahai Gusti, awal dari segala dunia, Sumber dari segala yang tidak bergerak dan dari semua yang bergerak, yang harus diagung-agungkan oleh semua makhluk dibanding Hyang Guru. Wahai Gusti yang tidak ada yang menyamainya! Siapakah yang bisa melebihi Paduka? Sungguh!! Didalam tiga dunia, tidak ada penguasa yang menyamai kekuasaan paduka.

23. Dengan bersujud dihadapan Paduka, hamba mohon pengampunan Paduka, Wahai Gusti Yang Maha Terpuji yang Maha Luhur!! Bagaikan seorang ayah yang senang memberikan ampunan kepada putranya, atau sahabat kepada sahabatnya, bagaikan yang penuh rasa pengampunan kepada yang sangat mengharapkan ampunan, hamba mohon seluas samudra pengampunan kepada hamba.

24. Tak ada ilmu yang terkandung didalam Kitab-kitab Wedha, Tidak ada jenis tapa, tidak ada jenis kurban, tidak ada yang menjalankan sedekah, yang bisa menyebabkan menusia mendapat Anugerah-Nya, seperti apa yang baru saja kamu lihat itu.

25. Hanya, dengan cara mengabdi dengan ikhlas hingga ke dasar batin, wahai Parantapa (Ahli Tapa, nama lain Arjuna), itupun barangkali saja manusia bisa melihat DzatKu yang kemudian bisa menyatu denganKu.

26. Dengan cara menjalankan amal, berserah diri sepenuhnya kepada kehendakKu dan mengagung-agungkan diriKu sebagai akhir tujuan dari pencarian, dengan cara berbakti hanya kepadaKu tanpa memberatkan kepada apapun juga atas yang ada di dunia ini, dengan cara mencintai semua makhluk ciptaanKu, barulah manusia itu bisa menyatu denganKu.

27. Yang menjaga ketenteraman dunia berkata, “Barangsiapa yang pikirannya hanya tertuju kepadaKu, serta mengabdi kepadaKu dengan memasrahkan segala buah pekerjaanya kepadaKu sebagai tanda bukti atas kebesaran pengabdiannya kepadaKu, yang diserta keyakinan yang tinggi, yoga dari orang yang seperti itu adalah yang paling baik.

28. Namun, tidak mudah untuk selalu bisa mengingat atas yang bersifat gaib itu, sebab jalan yang menuju kesitu, adalah sulit teramat sulit untuk ditempuhnya bagi orang yang masih berada di tingkatan aturan di kehidupan dunia ini.

29. Namun, siapa yang menyerahkan semua buah dari semua pekerjaanya kepadaKu, yang menganggap Aku sebagai puncak tujuan cita-cita hidupnya, didalam melakukan olah yoga yang selalu mencari penyatuan denganKu, yang selalu mengingatKu, yang disertai kewaspadaan batin.

30. Maka satukanlah rasa diri dengan rasaKu, agar budimu bisa masuk kedalam diriKu, jika sudah demikian, hidupmu tidak akan terpisah denganKu, hingga sampai akhir jaman.

31. Namun sebenarnya, jiwa dan perasaanmu tidak akan bisa selalu satu rasa denganKu, maka dari itu, berusahalah untuk bisa mendekat kepadaKu dengan cara rutin melakukan Yoga.

32. Jika dirimu tidak punya kemampuan untuk selalu melakukan yoga, maka lakukanlah saja semua yang menjadi kewajibanmu yang suci, yaitu menjalankan perintahKu. Jika semua kewajibanmu kamu kerjakan sebagai kepatuhanmu kepadaKu, untuk sarana pengabdianmu kepadaKu, kamu pastilah akan sampai pada kesempurnaan.

33. Dan jika dirimu tidak mampu melakukan yang seperti itu, maka ketika melakukan yoga, berlindunglah saja kepadaKu. Jika dirimu menyerahkan buah atas segala ibadahmu kepadaKu, maka lakukanlah pengabdianmu itu dengan kebeningan hati dan penuh kewaspadaan.

34. Ilmu itu lebih tinggi derajatnya dibanding tindakan, namun samadi yoga tapa itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan ilmu. Dan yang lebih tinggi dari Samadi, Yoga, Tapa yaitu mengikhlaskan dan mengorbankan semua buah pekerjaanya.

35. Manusia yang tidak mempunyai rasa benci kepada semua makhluk, yang selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain dengan penuh rasa cinta, tidak mempunyai murka, angkara, dan selalu dalam keadaan ketenangan diri ketika mengalami kesenangan dan kesedihan.

36. Manusia yang sudah mencapai yang demikian itu, yang selalu bahagia dalam hatinya, yang selalu bisa mengendalikan pribadinya dan tetap teguh dalam pencariannya untuk menyatu denganKu, yang keadaan batinnya selalu tersambung denganKu, manusia yang sudah seperti itu adalah Yogi yang benar-benar berbakti. Yogi dan bakti yang demikian itulah sebenar-benarnya kekasihKu.

37. Manusia yang tidak membuat kerusakan dunia, yang sudah tidak terpengaruh oleh ramainya cerita dunia, itulah yang tidak bisa tersentuh oleh rasa kuatir, rasa tidak adanya ketenangan diri. Manusia yang sudah seperti itu, itulah kekasihKu.

38. Yang sudah tidak mempunyai keinginan diri, suci, menguasai, tidak terpengaruh gerak dunia, telah bisa mengendalikan keruwetan batin, yang sudah tidak menghendaki hasrat lagi, manusia yang seperti itulah kekasihKu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...