Rabu, 19 Juni 2019

CINTAILAH SETIAP ORANG DAN HIDUPLAH DI TAMAN PENUH KEDAMAIAN

Seseorang berkata, “Qadi Izzuddin mengirim salamnya dan selalu berbicara memujimu”.

Semoga ingatan yang baik dari setiap orang yang berbicara baik tentang kita bertahan lama di dunia.

Apabila berbicara baik kepada yang lain, kebaikan akan kembali kepadamu. Kebaikan dan pujian dari yang lain yang engkau katakan, pada hakikatnya adalah untuk dirimu sendiri. Kesejajaran akan terjadi ketika seseorang menanami taman dan tanaman obat disekitar rumahnya. Setiap saat memperhatikan, dia melihat bunga dan tanaman obat. Apabila membiasakan diri berbicara baik kepada orang lain, engkau selalu berada didalam “surga”. Ketika melakukan kebaikan untuk orang lain, engkau akan menjadi temannya. Dan kapanpun berpikir tentang engkau, dia akan memikirkan dirimu sebagai teman dan pikiran seorang teman, terasa mendamaikan sebagaimana bunga di taman. Ketika engkau berbicara buruk kepada orang lain, engkau bisa menjadi buruk didalam pandangannya sehingga kapanpun memikirkanmu dia akan membayangkan ular atau kalajengking atau duri dan tanaman liar berduri. Sekarang, apabila dapat melihat pada bunga di taman siang dan malam, kenapa engkau mesti mengelana didalam potongan kayu atau lubang ular? Cintailah setiap orang hingga engkau, selalu berada didalam bunga-bunga taman. Apabila membenci setiap orang dan membayangkan musuh dimanapun, itu seperti mengembara siang dan malam didalam potongan kayu keras dan lubang ular.

Orang suci mencintai semua orang sebagai kebaikan, tidak atas nama orang lain tetapi atas namanya sendiri, kalau-kalau bayangan kebencian, kejijikan muncul didalam pandangan mereka. Karena tidak ada pilihan didunia ini selain memikirkan orang-orang. Orang suci telah berusaha keras untuk memikirkan orang lain sebagai sahabat hingga kebencian tidak merusak jalan mereka.

Maka, segala sesuatu yang engkau lakukan dengan hormat kepada orang dan setiap sebutan yang engkau buat tentang mereka, baik atau buruk, semuanya akan kembali kepadamu. Maka Tuhan mengatakan, “Dia yang berbuat kebenaran, melakukan manfaat untuk jiwanya sendiri dan dia yang melakukan kejahatan, melakukannya untuk hal yang sama (QS. 41:46), dan “Siapapun pernah berbuat kejahatan seberat semut sekalipun, akan mengalami hal yang sama” (QS.99:8).

Pertanyaan ini pernah diutarakan, ketika Tuhan berkata, “Aku akan menempatkan khalifah dimuka bumi”, malaikat berkata, “Akankah Engkau menempatkan orang yang akan melakukan kejahatan disana dan menumpahkan darah? Tetapi malaikat tetap merayakan pujian kepada-Mu dan menyucikan Engkau.” (QS> s:30). Adam belum lagi diciptakan, bagaimana mungkin malaikat mampu menilai bahwa manusia akan melakukan kejahatan dan menumpahkan darah?

Ada dua hal yang dilakukan malaikat, pertama adalah “menerima” dan kedua “menalar”. Yang dimaksud dengan “menerima” adalah, malaikat telah membaca Lembaran Takdir bahwa disana akan ada bangsa dengan diri khas seperti itu. Malaikat sekedar menghubungkan dengan yang pernah mereka baca.

Dan yang dimaksudkan dengan “menalar” adalah malaikat telah menyimpulkan dengan penalaran logis bahwa bangsa itu akan berada dimuka bumi. Mereka pasti binatang dan perbuatan seperti itu tentu hanya akan dilakukan oleh binatang. Meskipun manusia memiliki makna hakiki dan memiliki kekuatan ucapan rasional tapi karena kebinatangannya, manusia akan berbuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah.

Ada sebagian orang yang mengajukan penalaran berbeda. Mereka berkata bahwa malaikat karena adalah intelek murni dan benda yang tidak tercampur, tidak memiliki kehendk bebas dalam hal apapun. Sebagai contoh, ketika melakukan sesuatu didalam mimpi, engkau bukanlah manusia yang memiliki kebebasan berbuat. Dengan demikian tidak ada tuduhan balasan dapat digunakan untuk melawanmu dalam mimpi, tidak peduli apakah engkau mengatakan kekafiran atau ketauhidan, juga seandainya engkau melakukan perzinahan dalam mimpi. Malaikat dalam keadaan sadar, keadaanya seperti itu. Dan manusia adalah kebalikannya, mereka memiliki kehendak bebas seperti hasrat dan keserakahan. Manusia menginginkan segala sesuatu untuk mereka sendiri dan rela mati untuk memperolehnya. Dan ini adalah ciri khas binatang. Maka keadaan malakut adalah sebaliknya dari keadaan manusia.

Maka kemudian memungkinkan untuk menghubungkan bahwa malaikat berbicara seperti itu, meskipun tidak secara lisan dan dikatakan. Dapat diduga bahwa kedua hal diatas adalah untuk mengungkapkan dan menceritakan diri mereka. Seperti seorang penyair yang berkata, “Kolam berkata, aku penuh”. Kolam tidak dapat berbicara, lalu apa maksudnya jika kolam bisa berbicara, apa yang akan dikatakannya dalam keadaan seperti itu.

Setiap malaikat memiliki lembaran didalam dirinya, dari sana, sesuai dengan proporsi jajarannya, mampu membaca keadaan dunia dan apa yang akan terjadi. Ketika apa yang telah dibaca dan diyakini terjadi, keimanannya, cinta, dan “mabuknya” untuk Sang Pencipta meningkat. Mereka merasa takjub pada keagungan Tuhan dan kemampuan-Nya melihat yang tidak terlihat. Peningkatan cinta, iman, yang tidak diverbalkan, ketakjuban yang tak terungkapkan, semua merupakan pengagungan-Nya. Seperti guru bangunan yang mengatakan kepada pembantunya bahwa bangunan yang akan mereka bangun membutuhkan demikian banyak kayu, bata, batu dan banyak jerami. Ketika bangunan selesai, bahan-bahan habis tepat seperti yang dibutuhkan itu, tidak kurang dan tidak lebih, kepercayaan tukang semakin meningkat. Dalam hal malaikat juga seperti itu.

Seseorang bertanya pada guru, “Meskipun Nabi memiliki keagungan seperti itu hingga Tuhan berkata kepadanya, ‘Jika bukan untukmu, Aku tak akan menciptakan surga’”. Meski demikian, Nabi Muhammad mengatakan, “Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Itu akan menjadi jelas dengan analogi. Biarkan aku menjelaskan hingga engkau dapat memahaminya. Didalam sebuah kampung ada seorang lelaki yang jatuh cinta kepada seorang perempuan. Keduanya memiliki rumah dan pekarangan yang berdekatan satu sama lain. Mereka hidup bahagia dalam pertemuan satu sama lain, tumbuh sehat dan berkembang satu sama lain. Kehidupan mereka tidak mungkin dapat dipisahkan dari keterlibatan, bagaikan ikan dan air. Dan ini berlanjut selama bertahun-tahun tanpa henti. Tiba-tiba Tuhan membuat mereka kaya dan memberi mereka banyak domba, binatang ternak, kuda, harta benda, uang, budak dan pelayan. Sekarang mereka sangat kaya dan makmur hingga pindah ke kota dan masing-masing membeli rumah indah besar dan megah. Mereka membuat rumah kediaman dengan memperlihatkan kemegahan dan keadaan diri mereka kepada orang lain. Orang yang satu berada di ujung kota dan yang lain berada di ujung lain.

Ketika telah mencapai titik ini, mereka tidak mampu lagi menikmati persatuan seperti pertama kali. Perlahan-lahan, dengan penuh rasa sedih, meratap diam-diam, tidak mampu menyesakkan jeritan batin. Ketika kesedihannya tak tertahankan, mereka benar-benar terbungkus didalam api perpisahan. Ketika kebakaran besar ini mencapai puncaknya, tangisan mereka didengar Tuhan. Domba dan kuda mereka mulai berkurang, dan sedikit demi sedikit mereka kembali pada keadaan semula. Setelah sekian lama, akhirnya disatukan kembali didalam kampung tua mereka dan sekali lagi dipeluk oleh kenikmatan dalam persatuan. Ketika mereka mengingat pedihnya perpisahan, tangisannya terdengar, “Mungkinkah Tuhan Muhammad belum menciptakan Muhammad!”

Sejauh jiwa Muhammad adalah ruh di dunia kesatuan dan menikmati persatuan dengan Tuhan, ia berenang seperti ikan didalam lautan kasih. Meskipun didalam dunia ini ia melakoni tugas kenabian, kepemimpinan serta ia menikmati keagungan, kejayaan, kemasyhuran dan persahabatan, ketika ia kembali pada kenikmatan semula, dia berkata, “Akankah bila aku bukan nabi dan tidak muncul di dunia ini, karena hubunganku dengan penyatuan mutlak ini sungguh memberatkan, menyakitkan dan menyiksakan”.

Didalam hubungannya dengan kebaikan dan kekuasaan Pencipta seluruh pengetahuan, usaha keras dan perbudakan ini bagaikan orang yang membungkukkan kepalanya, melakukan pelayanan, lalu pergi. Apabila engkau membungkukkan diri kepada seluruh bumi untuk melayani Tuhan, itu seperti menyentuhkan kepalamu sekali pada tanah, karena kebaikan dan rahmat Tuhan mendahului keberadaan dan pelayananmu. Darimanakah Dia membawamu ke dunia kehidupan, hingga memungkinkan engkau untuk melayani, lalu engkau membanggakan dirimu sebagai pelayan? Peerilaku pembudakan ini dan pengetahuan ini seperti apabila engkau membuat manekin dari kayu lalu jatuh dan kemudian berkata didalam kehadiran Tuhan, “Aku menyukai manekin ini. Aku membuat mereka, tetapi memberikan kehidupan adalah tugas-Mu. Apabila Engkau ingin memberikan kehidupan untuk mereka, engkau akan mempercepat pekerjaanku. Apabila engkau tidak berminat, itu terserah kepada-Mu.”

Ibrahim berkata, “Tuhan adalah Dia yang memberi hidup dan yang membunuh”.

Namrud menjawab, “Aku memberikan kehidupan dan aku membunuh” (Qs. 2: 258). (Karena Tuhan telah memberi dia kekuasaan, dia memperkirakan dirinya mahakuasa dan tidak menisbatkan apapun kepada Tuhan). Dia berkata bahwa diapun menyebabkan kematian dan kehidupan. Dan bahwa yang dihasratkan dari kekuasaannya adalah pengetahuan. Karena Tuhan telah membekalkan pengetahuan pada manusia, kepintaran dan ketrampilan, manusia menisbatkan hal-hal ini kepada dirinya dan mengatakan, “Melalui perbuatan dan perilaku ini aku memberikan kehidupan kepada perbuatan dan memperoleh kenikmatan darinya”. Ibrahim mengatakan, “Tidak, Dia yang memberikan kehidupan dan membunuh”.

Seseorang mengemukakan hal berikut ini kepada guru agung kita, “Ibrahim berkata kepada Namrud bahwa Tuhan-Nya adalah Dia yang membawa matahari keatas dari timur dan mengirimnya kebawah menuju barat, sesuai dengan ayat Al-Qur’an. Sungguh Tuhan membawa matahari dari timur (QS. 2 : 258). ‘Sekarang engkau’, Ibrahim melanjutkan, ‘akuilah ketuhanan dan engkau kalah’. Jika mengikuti argumen logis, Namrud telah memaksa Ibrahim untuk menyerah pada alasan pertama dan Ibrahim, karena tidak mampu menjawab, mengalihkan persoalan dengan baris penalaran lain”.

Sebagaimana yang lain telah mengatakan omong kosong, sekarang engkau berkata omong kosong juga. Apa yang diungkapkan Ibrahim adalah satu argumen yang diungkapkan dengan dua cara berbeda. Engkau salah demikian juga yang lainnya. Ada begitu banyak makna disini, salah satunya adalah bahwa Tuhan membentukmu dari pengasingan non-keberadaan didalam rahim ibumu, “timur”mu adalah rahim ibumu, dari sana engkau “terbit” dan engkau pergi kebawah menuju “barat” kuburan. Ini adalah argumen pertama yang diungkapkan dengan cara lain, yakni Dia memberikan kehidupan dan membunuh (QS. 2:258).

Apabila engkau mahakuasa, bawa kehadapanku sesuatu dari “barat” kuburan dan letakkan kembali kedalam “timur” rahim. Makna lain akan dikatakan bahwa sejak para irfan (gnostik) menemukan pencahayaan, pemabukan, tumpuan dan ketenangan melalui perbuatan ketaatan, ikhtiar, perbuatan istimewa dan karena nikmatnya “terbenam” seperti matahari ketika dia membuang amal ketaatan dan usaha keras itu, maka dua keadaan ketaatan dan ketidaktaatan adalah “timur” dan “barat” dia. Apabila engkau mampu memberikan hidup selama keadaan terbenam, yang adalah kekotoran, ketidaktuhanan, ketidaktaatan dan sekarang, didalam keadaan terbenam membawa kedepan pencahayaan dan ketenangan yang muncul dari ketaatan. Ini bukanlah perbuatan untuk dilakukan manusia, manusia tidak akan pernah melakukan itu. Hanya Tuhan yang mampu melakukan hal seperti itu karena apabila berkehendak Dia mampu membuat matahari muncul dari barat dan apabila Dia berkehendak, Dia mampu membuatnya terbenam di timur. Karena Dia yang memberikan kehidupan dan menyebabkan kematian (QS. 40:68).

Baik orang yang tidak beriman dan orang yang beriman, sama-sama mengagungkan Tuhan. Tuhan pernah berfirman bahwa siapapun mengikuti jalan yang benar, melakukan kepatuhan dan setia pada hukum Ilahi, mengikuti jalan Nabi dan orang suci, dia akan mendapatkan kenikmatan, pencahayaan dan kehidupan agung. Dia juga berfirman bahwa siapapun yang melakukan hal sebaliknya akan menemukan kegelapan, ketakuran dan lubang neraka serta kesengsaraan. Karena, baik orang beriman dan tidak beriman melakukan sesuai dengan itu dan karena janji Tuhan bernar-benar muncul, tidak lebih dan tidak kurang, maka keduanya mengagungkan Tuhan, satu pihak dengan “bahasa” yang satu dan yang lain dengan bahasa yang lainnya. Tetapi betapa berbedanya antara pengagung yang satu dengan lainnya! Sebagai contoh, seorang pencuri mencuri dan digantung atas kejahatannya. Dia adalah “pendeta” bagi orang-orang Muslim yakni dia “berkata”, “Siapapun yang mencuri akan diselesaikan seperti ini”. Orang lain dihadiahi raja karena keadilan dan keamanahannya. Dia juga adalah “pendeta” bagi kaum Muslim. Ceramah pencuri dengan satu “bahasa” dan orang yang amanah dengan bahasa yang lain. Tetapi lihatlah betapa berbeda antara keduanya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...