Mendengar sesuatu terus-menerus sama baiknya dengan melihatnya. Sebagai contoh, ibu atau bapakmu mengatakan padamu bahwa mereka telah melahirkan engkau. Meskipun engkau bukan saksi mata atas peristiwa yang terjadi, karena engkau terus mendengar peristiwa itu berkali-kali dari ibu atau bapakmu, engkau seakan melihat peristiwa itu, ia menjadi kenyataan bagimu. Bahkan seseorang mengatakan bahwa mereka tidak melahirkanmu, engkau tidak akan mendengarkan ucapannya. Contoh yang lainnya, engkau sering mendengar orang menceritakan tentang keberadaan Bhagdad dan Makkah, karena seringnya mendengar cerita itu, engkau seakan telah melihatnya. Bahkan jika mereka bersumpah bahwa kedua kota itu tidak ada, engkau tidak akan mempercayainya. Maka kami tahu ketika telinga mendengar sesuatu terus-menerus, ia akan menyerap pengalaman sebagaimana dia melihat suatu kenyataan.
Seperti halnya mengatakan sesuatu dengan terus menerus, secara eksternal, hal itu sama dengan melihat. Dan apa yang dikatakan orang tertentu akan sama persis dengan melihat. Jika hal itu dikatakan tidak hanya sekali tapi ribuan kali. Mengapa hal itu semacam itu mesti terlihat aneh? Seorang raja yang baik akan menyamai nilai seribu orang biasa. Ribuan orang mungkin saja tampak dari depan, tapi mereka tak berarti apa-apa. Mereka tak berarti apa-apa hingga raja memerintahkannya untuk maju. Apabila dalam dunia material, hal seperti ini bisa terjadi, apalagi di dunia spiritual.
Meskipun engkau melintasi bumi, tetapi jika engkau tidak melakukannya untuk Tuhan, engkau harus melintasinya sekali lagi. Pergilah menembus bumi dan pehatikan bagaimana akhir bagi mereka yang menuduh Nabi Kami menyamar dan menipu (QS. 6. 11), makna dari ayat itu, Tuhan berfirman bahwa “Orang yang melintasi bumi itu tidak menemukan Aku, melainkan hanya menemukan bawang putih dan bawang Bombay”. Apabila engkau tidak melintasinya untuk Dia, itu tentu engkau lakukan untuk sejumlah maksud lain dan maksud lain itu menjadi hijab yang menjaga dirimu dari melihat-Nya.
Sama halnya, ketika melihat dengan sungguh-sungguh pada seseorang di pasar, engkau tidak akan melihat orang lain, yang lainnya mungkin engkau lihat sebagai hantu. Ketika engkau mencari sesuatu perkara tertentu didalam buku dengan mata, telinga dan perhatianmu dicurahkan kepada perkara itu, maka ketika engkau membalik-balikkan halaman buku, tak ada lagi yang engkau lihat selain perkara yang engkau cari. Maka, kapanpun memiliki satu maksud tertentu atau suatu tujuan didalam pikiran melebihi pikiran yang lain, tidak peduli kemanapun pergi, engkau selalu dipenuhi oleh maksud itu dan tak akan sampai untuk melihat hal lain.
Di zaman Umar, ada seorang lelaki yang sangat tua hingga anak perempuannya harus memberinya makan susu dan suka mempelakukannya seperti pada seorang anak kecil. Umar mengatakan kepada gadis itu, “Di zaman begini, tidak ada anak yang demikian berbakti pada orang tuanya seperti engkau”.
“Engkau benar”, si gadis menjawab, “tetapi ada perbedaan antara aku dan ayahku. Sekalipun saat ini aku terus menerus melayani dirinya, tapi dulu, ketika dia masih sehat dan melahirkanku, dia sering gemetar merasa ketakutan kalau-kalau ada bahaya yang akan menimpa diriku. Sekarang aku melayani dia dan berdoa siang dan malam semoga Tuhan membiarkannya mati hingga terlepaslah beban dariku. Aku terus melayani ayahku, tetapi bagaimana bisa aku gemetar untuknya sebagaimana dia gemetar untukku?”
“Dia telah memahaminya dibanding aku”, kata Umar. Dia melihat peristiwa itu dari sisi luar, sedangkan si gadis mengatakan inti permasalahannya.
Orang yang memahami adalah dia yang mengetahui inti sesuatu, menemukan kenyataan sesuatu. Tidak, Demi Tuhan! Bukannya Umar tidak menyadari kenyataan suatu misteri. Tetapi cara para sahabat dalam memandang suatu perkara adalah dengan memprotes diri mereka sendiri dan memuji orang lain.
Hanya sedikit saja orang yang mampu mentolerir keberadaan Tuhan. Bagi sebagian besar orang yang lain, Tuhan lebih baik tidak ada. Kecerahan hari muncul dari matahari. Tetapi apabila ada seseorang yang menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk melihat bola matahari, dia tak akan mendapatkan manfaat, bahkan matanya akan merasa silau. Lebih baik baginya untuk menyibukkan dirinya dengan sesuatu bisa disebut “mangkir” (absence), yakni, tidak melihat matahari. Sama halnya, jika menyebutkan makanan yang baik pada orang sakit, mungkin akan merangsang nafsu makannya dan membuatnya menjadi lebih sehat. Tetapi mungkin akan membahayakan dirinya jika memperoleh makanan yang sama saat kehadirannya. Maka, memang nyata bahwa “getaran” dan desakan untuk mencari adalah suatu keniscayaan yang harus dimiliki seseorang dalam pencarian Tuhan. Siapapun yang tidak memiliki “getaran” ini, mesti melayani orang-orang yang telah merasa bergetar. Buah-buahan tumbuh, sebagian besar bukan pada batang pohon yang tidak bergetar, tetapi pada cabang pohon yang bergetar. Meski demikian, batang memberikan kekuatan pada cabang dan mengamankannya beserta buah-buahan dari bahaya kampak. Karena batang pohon yang bergetar akan bergoyang dan memudahkan kampak untuk menyerangnya, akan lebih baik baginya untuk tidak bergetar. Tugas yang lebih baik untuk batang pohon adalah tetap tegak tanpa bergoyang dan hanya melayani cabang pohon yang lebih layak untuk bergetar.
Apabila seseorang bernama Mu’inuddin (Penolong Agama), dia tidak bisa menjadi Ainuddin (inti Agama) dengan menambahkan huruf m. Menambahkan dengan maksud untuk menyempurnakan, pada kasus ini menjadi pengurangan”. Penambahan huruf m adalah pengurangan. Meskipun enam jemai melebihi jumlah normal, penambahan itu berarti pengurangan. “Satu” (ahad) adalah kesempurnaan, “nabi” (Ahmad) masih belum mencapai kesempurnaan sepenuhnya (Ahad). Yakni, Tuhan mencakup segala sesuatu. Penambahan apapun yang engkau buat untuk Dia adalah pengurangan. Satu berada di seluruh nomor. Tanpa itu, tiada nomor yang mungkin.
Pada suatu saat, Sayid Burhanuddin sedang memberikan suatu pelajaran, seorang murid yang bodoh menyela ceramahnya dan berkata, “Kami membutuhkan kata-kata tanpa kiasan”.
“Engkau yang tanpa kiasan,” kata Sayid, “datang mendengarkan kata-kata tanpa kiasan”.
Meski demikian, engkau adalah kiasan bagi dirimu sendiri. Engkau bukanlah dirimu yang sebenarnya. Dirimu hanyalah bayangan bagi ‘dirimu’. Ketika seseorang meninggal, orang-orang berkata bahwa dia telah berpisah. Apabila dia adalah dirinya, lalu kemana dia pergi? Memang nyata kemudian bahwa bentuk luar adalah kiasan bagi bentuk dalam. Sesuatu yang darinya, bentuk dalam dapat disimpulkan. Segala sesuatu yang dapat terlihat mengandung berat jenis, persis seperti nafasmu yang dapat terlihat ketika musim dingin. Adalah kewajiban Nabi untuk mengejawantahkan kekuasaan Tuhan dan memperingatkan manusia melalui nasihat. Bukanlah kewajiban baginya untuk membawa manusia pada jenjang dimana manusia siap untuk menerima kebenaran Tuhan, karena itu, adalah pekerjaan Tuhan.
Tuhan memiliki dua sifat, Kemurkaan dan Kemurahhatian. Para Nabi mengejawantahkan keduanya, orang beriman mengejawantahkan kemurahhatian dan orang tidak beriman kemurkaan. Mereka yang mengetahui Tuhan melihat diri mereka didalam diri para Nabi, mendengar suara mereka pada suara pada suara para Nabi dan menyerap aroma mereka pada aroma para Nabi.
Tidak seorangpun yang mengingkari dirinya sendiri, yang karena alasan ini para nabi berkata pada kaumnya, “Kami adalah engkau dan engkau adalah kami. Tidak ada kerenggangan diantara kita”. Ketika seorang berkata, “Ini adalah tanganku”, tidak seorangpun meminta bukti karena tangan adalah bagian yang tak terpisahkan. Meskipun begitu, ketika seseorang berkata, “Ini adalah anakku”, bukti bisa jadi dibutuhkan karena anak adalah bagian yang terpisah dari diri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajara...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar