Kamis, 20 Juni 2019

KEBAIKAN ILAHI ADALAH CINTA ILAHI

Abu Bakar tidak dijadikan rujukan Kaum Muslim karena banyaknya shalat, puasa dan sedekah. Dia dijadikan rujukan dan dihormati karena apa yang ada dalam hatinya.

Yang dimaksudkan dengan hal itu adalah bahwa, keunggulan Abu Bakar dibandingkan orang lain tidak berhubungan dengan shalat dan puasanya, melainkan berhubungan dengan kebaikan Ilahi yang dia nikmati. Dan kebaikan itulah cinta Tuhan.

Shalat, puasa dan bersedekah akan dibawa pada Hari Kebangkitan dan ditempatkan pada mizan. Tetapi ketika cinta dibawa, ia tidak akan bisa ditimbang dan timbangan (mizan) tak akan muat. Maka, hal yang paling utama adalah cinta. Sekarang, ketika melihat cinta didalam dirimu sendiri, buatlah ia meningkat dan tumbuh lebih besar. Ketika engkau lihat didalam dirimu “modal”, yang mendesak untuk dicari, tingkatkan modal itu dengan mengatakan “Rahmat berada didalam kerja”. Apabila tidak meningkatkannya, engkau akan kehilangan modalmu.

Engkau tidak kurang dari bumi yang berubah dengan mempekerjakannya dan memutarnya dengan sekop hingga ia akan menghasilkan panen, tetapi apabila diinggalkan sendiri, bumi akan berubah menjadi keras. Maka ketika engkau menyadari adanya desakan untuk mencari didalam dirimu, sibukkanlah dan jangan tanya manfaat dari kedatangan dan kepergian ini. Teruslah berjalan saja, manfaat dari kepergian manusia ke toko adalah, dia akan mengatakan apa yang dia inginkan. Tuhan memberikan roti keperluan sehari-hari. Tetapi apabila seseorang tidak membutuhkan apa-apa, dalam kasus ini, makanan yang dia butuhkan tidak akan datang. Amat menakjubkan bahwa seorang anak kecil dapat menangis dan ibunya akan memberikannya susu. Apabila si anak berkeinginan untuk mengetahui guna tangisan dan kenapa tangisan menyebabkan ibu memberinya susu, keheranannya akan menghalangi susu sama sekali. Kita dapat melihat sekarang dia memperoleh susu karena tangisannya.

Apakah setiap orang mengherankan apa kegunaan berlutut dan bersujud didalam shalat atau kenapa melakukan itu? Engkau membungkuk, mengais-ngais dan mengingsut-ingsut didepan pangeran atau kepala suku dan hasilnya pangeran jadi jatuh iba kepada dirimu dan memberikan potongan roti. Yang menyebabkan rasa iba didalam diri pangeran bukan darah dan dagingnya. Darah dan dagingnya tak berarti apa-apa. Dia akan tetap demikian ketika dia mati, tertidur atau tak sadarkan diri. Tetapi pada setiap waktu, sujud dan ingsutanmu tidak berguna. Maka kami sadar rasa kasihan didalam diri pangeran tidak terlihat. Karena memang mungkin bagi kami untuk menyediakan sesuatu didalam daging yang tidak terlihat. Dan memungkinkan juga bagi kami untuk menyediakan sesuatu diluar daging. Apabila hal yang didalam daging tidak dirahasiakan, Abu Jahal dan Muhammad akan sama saja, tidak ada hal yang membedakan yang membuat derajat keduanya berbeda. Dari luar, telinga yang dapat mendengar dan telinga tuli terlihat sama. Keduanya memiliki bentuk yang sama, tetapi yang satu tidak dapat mendengar. Perbuatan mendengar, kemudian merupakan perbuatan yang tersembunyi didalam telinga dan tidak dapat diketahui.

Hal paling utama, kemudian, adalah Kebaikan Ilahi. Katakanlah engkau seorang pangeran dan memiliki dua budak. Satu diantara mereka bekerja keras dan melayani engkau dengan baik. Dia mengerjakan suruhan sedangkan budak yang lainnya malas. Maka kami bisa menyaksikan bahwa engkau lebih sayang kepada yang malas daripada yang giat, meskipun engkau tidak akan membiarkan bakat yang giat pergi sia-sia. Karena kejadiannya seperti itu, maka manusia tidak boleh menghakimi Kebaikan Ilahi. Mata kanan dan mata kiri melihat hal yang sama dari luar. Layanan apa yang dilakukan mata kanan yang tidak dapat dilakukan oleh mata kiri? Layanan apa yang dilakukan kaki atau tangan kanan dan tidak dilakukan oleh yang sebelah kiri? Meski demikian, kebaikan telah jatuh pada mata kanan. Maka demikian juga Jumat dipertimbangkan lebih unggul daripada hari lain dalam bilangan satu minggu. “Tuhan telah menganugerahkan selain yang sudah ditetapkan dalam Lembaran Takdir dan biarkan pada hari Jumat”. Sekarang, layanan apa yang dilakukan hari Jumat dan tidak dilakukan oleh hari lainnya? Meski demikian, kebaikan menjadi milik hari Jumat. Ia disendirikan untuk dimuliakan. Apabila lelaki buta berkata, “Aku terlahir buta, aku tidak menyalahkan”, ucapannnya tidak menolongnya untuk mengatakan bahwa dia tidak menyalahkan seseorang atas kebutaannya. Ucapannya tidak akan mengurangi penderitaannya.

Orang tidak beriman akan tersungkur kedalam kekafiran dengan menderita luka akibat ketidak-imanannya. Jika lebih dekat, kami melihat bahwa penderitaan mereka sebenarnya merupakan hakikat Kebaikan Ilahi. Apabila ditinggalkan didalam kedamaian, orang tak beriman akan melupakan Pencipta, tetapi penderitaannya menjaga dia untuk tetap ingat. Neraka, kemudian, adalah tempat pemujaan, masjid untuk orang tidak beriman tempat mereka mengingat Tuhan, persis yang mereka lakukan didalam penjara, waktu penyiksaan atau ketika mengalami sakit gigi. Ketika orang tengah sakit, tirai ketidakpedulian terkoyak berkeping-keping, orang mengakui kehadiran Tuhan dengan berteriak, “Ya Tuhan! Ya, Maha Pengasih! Ya Tuhan!” padahal ketika orang sehat, tirai ketidakpedulian jatuh lagi dan seseorang berkata, dimanakah Tuhan? Aku tidak melihat-Nya? Kebapa aku harus mencari-Nya?” Bagaimana halnya ketika sakit engkau melihat-Nya cukup jelas, tetapi sekarang engkau tidak dapat melihat-Nya? Karena engkau melihat-Nya selama sakit, sakit memberikan pengawasan kepadamu, ia menjaga dirimu agar tetap memperhatikan Tuhan. Penghuni neraka tidak peduli dan tidak ingat pada Tuhan ketika mereka sedang senang. Sekarang, didalam neraka, mereka mengingat Tuhan siang dan malam. Tuhan menciptakan alam semesta, surga dan neraka, matahari bulan, planet, sebaik kebaikan dan kejahatan mengingat-Nya, melayani Dia dan mengagungkan-Nya. Karena satu-satunya nalar penciptaan segala hal ini adalah mengingat Dia dan karena orang tidak beriman tidak melakukan itu ketika mereka sedang senang, mereka pergi ke neraka untuk melakukan pengingatan. Orang beriman tidak memerlukan luka, mereka peduli pada penderitaan ketika senang, tetapi selalu merasakan penderitaan itu sebelum waktunya. Sama halnya, seorang anak pintar hanya membutuhkan sekali penderitaan, sekali pukulan tongkat agar tidak melupakan pelajaran. Sedangkan seorang anak bodoh terus melupakan pelajaran dan dia akan mengalami penderitaan. Kuda pintar merasakan pecutan sekali saja dan tidak pernah memerlukannya diwaktu yang lain. Pecutan akan membawa manusia bermil-mil. Meski demikian, seekor kuda yang bodoh perlu dicambuk berkali-kali setiap menit, dia tidak layak membawa manusia, maka dia menyeret kotorannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...