Selasa, 18 Juni 2019

ENGKAU HANYA GAGASAN, SELEBIHNYA HANYALAH TULANG DAN DAGING

Sebuah pertanyaan telah diajukan berkenaan dengan makna bait puisi ini:

Ah, saudara, sebenarnya engkau hanyalah gagasan,

Selainnya, hanyalah tulang dan daging!

Pertimbangkan makna ini, kata “gagasan” merujuk pada gagasan khusus yang telah kita ungkapkan dengan perkataan gagasan pada maknanya yang paling luas, tetapi didalam kenyataanya itu bukanlah gagasan. Apabila demikian, berarti yang dimaksudkan bukanlah istilah yang dipahami secara umum oleh manusia. Apa yang kita maksudkan dengan kata gagasan adalah pada makna hakikinya. Apabila seseorang ingin penafsiran lebih rendah yang bisa dilakukan orang umum, biarkan dia berkata, “Manusia adalah binatang yang memiliki ucapan rasional”. Kekuatan ucapan rasional adalah “gagasan”, baik tersirat maupun tersurat. Yang tidak memiliki itu, adalah binatang. Maka, memang benar untuk mengatakan bahwa manusia terdiri dari “gagasan” dan selain itu hanyalah tulang dan daging.

Perkataan ini bagaikan matahari. Seluruh manusia memperoleh kehangatan dan kehidupan darinya. Matahari juga selalu hadir dan ada, setiap orang selalu terhangati olehnya. Meskipun begitu, karena matahari tak selamanya terlihat, manusia tidak mengetahui bahwa kehangatan itu dan kehidupan berasal darinya. Ketika gagasan ini diungkapkan secara lisan melalui sejumlah perantara, baik melalui rasa syukur, keluhan, baik atau buruk, matahari selalu muncul kedalam pandangan. Meskipun amtahari di langit terus menerus bersinar, dia tidak akan terlihat hingga cahayanya menyinari dinding. Sama halnya, kecuali ada perantara kata dan bunyi, matahari pengucapan tidak dapat terlihat. Meskipun selalu ada karena matahari berwujud lembut (latif) dan Dia Maha Pengasih (latif) (QS. 6:103) harus ada perantara keburukan untuknya hingga dia bisa terlihat. Seseorang mengatakan bahwa kata “Tuhan” tidak memiliki makna nyata baginya dan dia dibiarkan tersesat dan murung oleh kata-kata. Tetapi ketika manusia mengatakan bahwa Tuhan melakukan ini dan itu, memerintah ini dan itu, dan melarang ini dan itu, manusia juga memperoleh kehangatan dan mampu melihat. Maka, meskipun kelembutan Tuhan ada dan “bersinar” padanya, dia tidak mampu melihatnya sampai mereka menjelaskan kepadanya melalui perantara perintah dan larangan atau penciptaan dan kemahakuasaan.

Ada sejumlah orang yang terlampau lemah untuk memaklumi madu. Meski demikian, mereka bisa memakannya, melalui perantara misalnya puding beras atau halva, hingga tumbuh cukup kuat memakannya tanpa perantara. Kita kemudian sadar meskipun ucapan rasional adalah matahari lembut yang bersinar tanpa henti, engkau membutuhkan sedikit perantara kasar agar bisa melihat sinar matahari dan menikmatinya. Ketika telah tumbuh membiasakan diri melihat cahaya tanpa perantara kasar, engkau akan tumbuh semakin berani untuk melihatnya dan memperoleh kekuatan. Didalam hakikat laut kelembutannya, engkau akan melihat warna-warna yang menakjubkan. Kenapa hal itu mesti aneh, melihat kekuatan ucapan rasional yang selalu berada didalam dirimu, apakah engkau sedang berbicara atau tidak? Meskipun tidak pernah berpikir untuk berbicara, kami katakan bahwa ia selalu berada di sana sebagaimana dikatakan, “Manusia adalah binatang dengan ucapan rasional”. Kebinatangan ini ada dalam dirimu sejauh engkau hidup, maka ia mengikuti kekuatan ucapan rasional yang juga selalu berada dalam dirimu. Mengunyah adalah alat untuk mengejawantahkan kebinatangan, bukan prasyarat. Demikian pula kekuatan ucapan rasional adalah alat berbicara dan mengobrol, bukan sebagai prasarat.

Manusia memiliki tiga keadaan. Pertama, tidak memusat pada Tuhan tetapi menghormati dan melayani siapapun dan apapun perempuan, lelaki, kemakmuran, anak-anak, batu, tanah. Kedua, ketika mencapai pengetahuan dan kesadaran tertentu, dia tidak melayani yang lain kecuali Tuhan. Ketiga, ketika dia telah mencapai keadaan ini, dia jatuh terdiam, dia tidak berkata, “Aku tidak melayani Tuhan,” tidak pula, “Aku melayani Tuhan”, dia meninggalkan kedua-duanya. Di dunia mereka, tidak ada suara yang muncul dari orang seperti itu.

Meskipun Tuhan tidak hadir ataupun mangkir, Dia adalah Pencipta, baik kehadiran maupun ketiadaan. Kemudian Dia harus menjadi yang lain dari kedua kategori itu. Karena apabila Dia hadir, pasti tidak ada hal mangkir. Tetapi kemangkiran memang ada. Tidak juga hadir, meskipun memang ada pada setiap kehadiran. Maka, Dia tidak bisa disifati dengan kehadiran atau kemangkiran, karena kategorisasi semacam itu akan diikuti bahwa, lawan (opposite) berasal dari lawannya. Dalam kemangkiran Tuhan, Dia adalah Pencipta kehadiran dan kehadiran adalah lawan dari kemangkiran. Demikian juga didalam keadaan mangkir. Lawan tidak dapat dikatakan berasal dari lawan dan Tuhan tidak dapat dikatakan menciptakan sesuatu yang mirip dengan-Nya”. Apabila mungkin yang mirip menciptakan kemiripan, keadaan akan ada tanpa jadi sebab dan satu hal akan menciptakan dirinya sendiri. Kedua pernyataan itu tidak dapat dipertahankan.

Ketika engkau telah sampai sejauh ini, berhenti dan jangan lagi memasang dirimu. Nalar tidak lagi memiliki pengaruh ketika telah mencapai ujung laut, biarkan dia tertahan.

Seluruh kata, pengetahuan, ketrampilan dan segala profesi memiliki rasa dan aroma dari ucapan ini. Apabila tidak demikian, tidak ada pekerjaan atau profesi yang memiliki kesenangan. “Akhir bab” belum diketahui, tetapi mengetahui bukanlah prasarat untuk membaca. Seperti manusia yang mencari tangan perempuan kaya, pemilik sekumpulan domba dan kuda dan sebagainya. Orang itu menjaga domba, kuda dan menyirami bunga-bunga. Meskipun dia menyibukkan dirinya melakukan hal-hal itu, kesenangan melakukan ini berasal dari keberadaan si perempuan. Apabila tidak ada lagi didalam gambar, lelaki itu tidak akan memperoleh kebahagiaan dalam pekerjaannya. Mereka akan terlihat tidak berasa dan bodoh. Demikian halnya dengan pekerjaan dunia, ilmu dan sebagainya, kehidupan, kenikmatan dan kesenangan muncul dari pantulan kebahagiaan mistik. Apabila bukan untuk kebahagiaannya, tentu orang tidak akan memperoleh kenikmatan atau kesenangan didalam keberadaanya, segala sesuatu akan tampak kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...