Ketika pertama kali mulai menggubah puisi, muncul dorongan yang menyebabkan aku untuk menggubahnya. Pada saat itu terasa sangat efektif. Bahkan sekarang, ketika dorongan telah lesu dan “tenggelam” ia masih efektif. Itu adalah cara Tuhan memelihara sesuatu ketika dia “terbit”, ketika banyak akibat, banyak hikmah dilahirkan. Bahkan ketika tenggelam, pemeliharaan itu tetap bertahan. Julukan Tuhan dari barat dan timur (QS. 26 : 28) berarti bahwa Tuhan memelihara baik motivasi yang terbit dan yang tenggelam.
Kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa manusia adalah pencipta perbuatannya sendiri, bahwa manusia “mencipta” setiap perbuatan yang keluar dari dirinya. Tidak dapat begitu karena setiap perbuatan yang keluar dari manusia berasal baik karena instrumen yang dia miliki, misalnya kecerdasan, ruh, kekuatan atau tubuh, atau tanpa perantaraan sesuatupun. Memang tidak benar mengatakan bahwa manusia adalah pencipta perbuatannya dengan perantaraaan hal–hal semacam itu karena manusia sepenuhnya tidak berada dalam penegndalian hal-hal itu. Maka, karena peralatan tidak tunduk padanya, dia bukan pencipta perbuatannya tanpa anggota karena memang mustahil untuk membayangkan suatu perbuatan muncul darinya tanpa peralatan. Maka, kami sadar sepenuhnya pencipta perbuatan adalah Tuhan, bukan manusia. Setiap perbuatan, apakah itu baik atau jahat, yang keluar dari manusia dilakukan untuk tujuan tertentu, tetapi hikmah dibelakang perbuatan bisa jadi tidak dapat diserap manusia. Makna, hikmah dan manfaat yang dilihat manusia dari suatu perbuatan berada dalam proporsi instrumentalitas dirinya dalam penciptaan perbuatan, hanya Tuhan yang mengetahui apa manfaat sepenuhnya dari perbuatan yang diberikan. Sebagai contoh, engkau shalat dengan kesungguhan mencapai pahala didalam kehidupan selanjutnya dan nama baik serta keselamatan didunia ini, maka manfaat shalatmu tidaklah terbatas pada hal-hal itu. Shalat akan menghasilkan ribuan manfaat yang tidak dapat engkau bayangkan. Tuhan, yang menjaga manusia pada perbuatannya, mengetahui segala manfaat itu.
Manusia bagaikan busur didalam genggaman Mahakuasa Tuhan dan Tuhan menggunakannya untuk melakukan apapun. Pada hakikatnya, yang menjadi penyebab adalah Tuhan. Bukan busur. Busur hanyalah alat, sebuah cara, tetapi demi kestabilan dunia, dia tidak sadar atas pengaruh Tuhan. Ah, betapa besar busur itu yang mengetahui ditangan siapa ia berada! Apa yang mesti aku katakan tentang dunia yang yang penopang dan pendukung utamanya berada dalam ketidakpedulian? Tidakkah, engkau sadar ketika seseorang terbangun dari “tidur ketidakpedulian” dia tidak tertarik dan dingin pada dunia? Dia merana merindukan ketiadaan. Dari kanak-kanak, ketika mulai tumbuh, manusia ada didalam ketidakpedulian, kalau tidak, dia tidak akan tumbuh sama sekali. Maka ketika mencapai kedewasaan penuh dalam ketidakpedulian, Tuhan mengenakan luka dan serangan kepadanya dengan ketetapan dan kehendak bebas untuk menghapus bersih ketidakpedulian dan membuatnya murni. Setelah itu, dia dapat berhubungan dengan dunia lain.
Diri manusia bagaikan timbunan sampah atau tumpukan ampas karena raja telah menutup rapat tumpukan itu.
Diri manusia bagaikan karung biji padi. Raja memanggil, “Kemana engkau akan pergi dengan karung itu? Cangkirku ada didalamnya”. Manusia, jadi benar-benar terserap didalam biji dan tidak menyadari adanya cangkir. Apabila mengetahui cangkir ada disana, apa ketertarikan yang dimilikinya pada butir padi? Sekarang, setiap “gagasan” yang menarikmu kedalam dunia tertinggi dan membuat engkau dingin dan tidak acuh pada dunia rendah adalah pantulan yang dilemparkan oleh “cangkir” itu. Manusia cenderung pada dunia lain. Ketika dia condong pada jalan sebaliknya, pada dunia yang lebih rendah, itu adalah tanda bahwa “cangkir” telah hilang, dibalik hijab.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
KATA PENGANTAR Petunjuk latihan ini dibuat dengan tujuan memberikan kesempatan pada orang-orang yang berminat untuk menguasai bioenergi (qi/...
-
KATA PENGANTAR Ini adalah buku kedua dari seri buku “Kundalini” yang saya tulis. Buku ini dimaksudkan sebagai buku petunjuk bagi orang-orang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar