Senin, 03 Juni 2019

INTELEK PERSIAL SEBAGAI BAGIAN DARI INTELEK UNIVERSAL

Orang yang baru saja datang itu adalah kekasih yang memiliki kerendahan hati. Sifatnya memang demikian. Dia seperti cabang yang memiliki demikian banyak bebuahan hingga menyebabkan cabangnya turun, sementara cabang yang tidak memiliki buah-buahan bagaikan pohon yang menyangga kepalanya tinggi-tinggi. Apabila terlalu banyak bebuahan, cabang akan merunduk karena berat.

Nabi Muhammad memang demikian luar biasa rendah hati karena seluruh “buah-buahan” dunia, dari awal hingga akhir, telh terkumpul di dalam dirinya. Dia niscaya orang yang paling rendah hati dari seluruh manusia. “Didalam keselamatan, tidak ada seorangpun mampu mendahuli pesuruh Tuhan”. Yakni tidak seoranpun mampu mengucapkan salam keselamatan sebelum Nabi Muhammad melakukannya karena dia, sedemikian rendah hati, selalu menyalami yang lain pertama kali. Apabila dia memberi kesempatan untuk tidak mengucapkan salam pertama kali, dia masih rendah hati dan akan berbicara lebih dahulu karena perilaku salam telah terdengar dan dipelajari dari beliau. Segala sesuatu milik masa lalu dan masa kini adalah pantulannya, mereka semua bayang-bayangnya.

Apabila bayang-bayang masuk rumah mendahului manusianya sendiri, pada kenyataannya dia lebih dahulu bahkan apabila bayangannya terlihat lebih dahulu secara fisikal. Tidak peduli betapapun banyaknya bayangan mendahului, bayangan itu muncul dari manusia. Ciri khas itu tidak dimiliki kehadiran yang muncul, tetapi pada awal sesuatu. Mereka telah berada didalam atom dan bagian manusia, sebagian cerah, sebagian setengah bercahaya, sebagian gelap. Mereka mampu mewujudkan diri mereka didalam kehadiran, tetapi kecerahan dan kecahayaan dimiliki oleh waktu awal. Atom manusia lebih jernih dan cerah didalam diri Adam dan dia semakin rendah hati.

Sejumlah orang telah disalami pada awal dan sebagian lagi diakhir. Mereka yang mencari pada akhir sangat berdaya dan agung karena pandangan mereka berada diakhir. Mereka yang mencari pada awal bahkan lebih terpilih. Mereka mengatakan, “Apa gunanya mencari pada akhir? Ketika gandum disebar pada awal, gerst tidak akan tumbuh pada akhirnya. Ketika Gerst disebar, gandum tidak juga tumbuh”. Pandangan mereka berada dipermulaan sesuatu.

Ada kelompk lain yang lebih terpilih yang tetap mencari tidak pada permulaan maupun pada akhir sesuatu. Mereka tentu tidak berpikir tentang awal dan akhir, mereka terserap didalam Tuhan. Sekelompok lain terserap didalam dunia dan tidak mencari pada akhir ataupun awal keluar dari ketidakpedulian ekstrim, mereka adalah calon penghuni neraka.

Memang nyata bahwa Muhammad adalah asal mula, karena Tuhan berfirman kepadanya, “Apabila tidak untukmu, Aku tidak akan menciptakan surga”. Apapun keberadaan, misalnya keagungan, kerendahan hati, kewenangan dan keadaan tinggi, semuanya adalah hadiah dari dia, bayang-bayang dia, karena mereka mengejawantah melalui dia. Apapun tangan ini berbuat, dia berlaku sebagai “bayang-bayang” dari pikiran karena “bayang-bayang” pikiran berada diatas perbuatan tangan. Tidak peduli apakah pikiran itu tidak memiliki bayang-bayang,; dia memiliki “bayang-bayang yang tidak berbayang”, sangat mirip dengan anggitan “ada” hadir tanpa menjadi hadir. Apabila tidak ada bayang-bayang pikiran diatas manusia, tidak satupun anggota tubuhnya akan bekerja, tangan tidak akan meraih dengan benar, kaki tidak akan mampu berjalan dengan benar, mata tidak akan melihat, telinga tidak akan mendengar. Anggota tubuh dan organ kemudian akan berlaku dengan benar sebagaimana seharusnya karena bayang-bayang pikiran. Didalam kenyataan, seluruh fungsi ini datang dari pikiran. Anggota tubuh dan organ sekedar alat. Sama halnya, ada manusia agung disana, wali zamannya, yang bagaimana Intelek Universal. Pikiran manusia bagaikan anggota tubuhnya. Segala yang dia lakukan berasal dari bayang-bayangnya. Apabila mereka melakukan tidak dengan baik, itu karena intelek Universal menahan bayang-bayangnya. Sama halnya, ketika manusia mulai gila dan tidak lagi melemparkan bayangan terhadapnya, itu berarti dia terlepas dari bayang-bayang dan perlindungan pikiran.

Pikiran adalah satu jenis yang sama dengan malaikat, meskipun malaikat memilki sayap sedang pikiran tidak memilikinya. Pada hakikatnya kedua hal itu memiliki sifat yang serupa. Jika ada dua hal memiliki fungsi yang sama, maka seseorang harus mempertimbangkan bentuk malaikat, mereka hanya akan menjadi intelek sejati, yang tidak memiliki sayap. Kami sadar kemudian bahwa malaikat merupakan intelek sejati yang telah diwujudkan. Pada hakikatnya, mereka dinamakan “intelek yang terejawantah”. Sama halnya, apabila engkau membuat burung dari lilin, lengkap dengan bulu dan sayapnya dia akan tetap sebagai lilin. Tidakkah engkau lihat ketika bulu, sayap, kepala dan kaki burung itu dilelehkan, ia akan kembali menjadi lilin? Tak ada lagi bentuk yang tersisa, seluruhnya menjadi lilin. Kami menyadari kemudian bahwa itu adalah lilin selamanya dan burung yang terbuat darinya hanyalah lilin. Sama saja, es adalah air, bukan apa-apa. Ketika engkau melelehkannya, tak ada sesuatupun selain air. Sebelum berubah kebentuk asalnya, ia adalah air yang tak tergenggam oleh tangan. Saat ia membeku, tangan dapat menggenggamnya. Maka, dua hal yang berbeda sebenarnya intinya merupakan satu hal yang sama. Es adalah juga air. Keduanya serupa.

Beginilah keadaan manusia, mereka membawa bulu malaikat dan mengikatnya pada ekor keledai. Dengan bulu keledai itu manusia berharap dapat berbincang dengan malaikat dan memperoleh ciri khas malaikat:

Isa menumbuhkan sayap kecerdasan

Dan terbang mengatas ufuk langit

Andai keledainya bersayap sebelah

Itu tentu bukan lagi seekor keledai.

Lebih mengagumkan lagi jika keledai itu bisa menjadi manusia? Tuhan berkuasa atas segala sesuatu.

Bukankah ketika masih bocah, manusia persis malah lebih buruk daripada keledai. Bocah seringkali memegang kotoran, lalu memasukkan tangan itu kemulut dan diisapnya. Sang Ibu memukul bocah, agar tak lagi melakukan perbuatan itu. Keledai merupakan analog yang tepat dalam persoalan ini. Ketika kencing, bocah sebagaimana juga keledai melebarkan kaki untuk menghindari tetesan air seni. Jika Tuhan mampu mengembalikan bayi, yang lebih buruk daripada keledai, kedalam diri manusia, apakah hal mengagumkan jika Tuhan mengembalikan keledai kedalam manusia. Bagi Tuhan, Tidak ada sesuatupun yang mustahil.

Pada Hari Kebangkitan seluruh anggota tubuh (tangan, kaki dan seterusnya) akan berbicara satu demi satu. Para filosof menjelaskan bahwa yang dimaksud berbicara ialah bukan berarti mengucapkan sesuatu, tapi mengisyaratkan sesuatu lewat sejumlah tanda atau lainnya. Tanda yang sama seperti bekas luka hingga orang lain mampu mendengarkan “suara” bahwa ia terbakar. Jika terasa perih, itu berarti tangan “mengatakan” dan “menceritakan” bahwa dirinya tergores pisau. “Perkataan” tangan dan anggota tubuh lainnya, bagi para filosof, akan mirip dengan analog tersebut.

Orang Sunni pada hari itu, tangan benar-benar berbicara secara gamblang sebagaimana yang dilakukan lidah. Pada Hari Kebangkitan seorang manusia bisa saja mengingkari pencurian yang telah dilakukannya, tetapi tangan akan berkata dengan jujur. “Ya, engkau memang mencuri, karena akulah yang telah mengambilnya”. Pada saat itu, manusia akan terheran-heran dan berkata pada tangan dan kakinya, “Engkau sebelumnya tak pernah berkata-kata. Bagaimana mungkin sekarang engkau mampu berbicara?” Mereka akan menjawab, “Tuhan telah membuat kami berbicara, Dialah yang memberikan pengucapan kepada segala hal (QS. 41 : 21). Dia membuat aku berbicara, sebagaimana juga yang lain, yang menyebabkan pintu, dinding dan tanah liat semuanya berbicara. Pencipta yang mampu membekali segala sesuatu dengan kemampuan berucap memberiku kemampuan itu, sebagaimana Dia memberi kekuatan pada lidah untuk bicara”. “Lidahmu yang memiliki kemampuan berbicara adalah seonggok daging, seperti juga tanganmu. Betulkah lidah berbicara karena kemampuannya? Dari banyak hal tersebut diatas, maka bukan hal mustahil jika tangan berbicara. Lidah sekedar suruhan Tuhan. Ketika Dia memerintahkannya, dia akan berbicara dan dia akan berbicara apapun yang mesti dikatakan-Nya.

Kata-kata mengalir dari lidah manusia sesuai dengan kapasitas dan kemampuan manusia. Kata-kata bagaikan air yang dialirkan oleh penjaga pengairan. Air akan mengalir sesuai dengan keinginan sang penjaga. Air tidak mengetahui ke ladang mana atau ke tempat mana ia akan dialirkan? Mungkin dia akan mengalir ke ladang mentimun atau ke petak ladang kol, ladang bawang atau mungkin juga ke taman mawar. Aku tahu bahwa ketika begitu banyak air yang mengalir, tentu ada banyak ladang kering disuatu tempat disana. Ketika hanya sedikit air yang mengalir, lantas aku tahu bahwa petak yang perlu diairi kecil, hanya taman dapur atau taman kecil berdinding. “Dia akan memperhitungkan dan mengukur kebajikan melalui lidah penceramah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan para pendengarnya”. Katakan andaikan aku pembuat sepatu, ada banyak kulit yang tersedia, tetapi aku akan memotong dan menjahit hanya sebagian saja yang pas untuk kaki.

Aku adalah bayang-bayang manusia, aku adalah ukurannya

Seberapa tinggi bayangan? Setinggi itulah aku”.

Didalam ladang di bumi terdapat binatang kecil yang hidup didalam kegelapan sepenuhnya. Dia tidak memiliki mata atau telinga karena tempat yang dijadikan rumahnya tidak memerlukannya. Karena dia tidak membutuhkannya, kenapa harus diberi mata? Tuhan tidak memberi mata bukan karena Tuhan tidak memiliki persediaan mata dan telinga atau karena Dia pilih kasih, tetapi karena Tuhan memberikan pada makhluknya sesuai dengan kebutuhannya. Apa-apa yang tidak dibutuhkan akan memberatkan. Hikmah dari rahmat Tuhan adalah untuk menghapuskan beban. Kenapa mereka mesti menjatuhkan beban kepada seseorang? Sebagai contoh, apabila engkau memberi penjahit peralatan pertukangan seperti kapak, gergaji dan kikir lalu mengatakan kepadanya untuk mengambil peralatan itu, mereka akan merasa terbebani karena tidak mampu untuk menggunakannya. Tuhan akan memberikan pada makhluknya sesuai dengan kebutuhan. Mirip dengan cacing yang hidup dibawah bumi didalam kegelapan, terdapat orang merasa berbahagi berada dalam kegelapan dunia ini. Dan mereka tidak membutuhkan dunia lain atau hasrat apapun untuk melihat itu. Apa yang akan mereka lakukan dengan “mata pandangan” atau “telinga pemahaman”? Mereka bergaul didunia ini dengan penginderaan mata yang mereka punya. Dan karena mereka tidak memiliki perhatian untuk beranjak kesisi lain, kenapa mereka mesti diberi kekuatan pandangan yang tidak akan mereka gunakan?

Jangan berpikir bahwa tidak ada pengembara di jalan itu

Atau berpikir bahwa sifat sempurna itu pergi tanpa meninggalkan jejak.

Hanya karena engkau tak mengetahui rahasia

Engkau pikir tidak ada orang lain disana. Pada saat ini dunia mendapatkan nafkahnya dari keacuhan manusia. Seandainya saja tak ada keacuhan, niscaya kehidupan dunia ini akan berhenti. Hasrat pada Tuhan, ingatan pada dunia lain, “pemabukan” dan kebahagiaan adalah arsitek dunia lain. Apabila setiap orang tidak terbiasa dengan dunia itu, kita semua akan mencampakkan dunia ini dan pergi kesana. Meski demikian, Tuhan menginginkan kita berada disini hingga terdapat dua dunia. Pada Akhir Dunia ini, Dia telah menempatkan dua penghulu, ketidakpedulian dan kepedulian dan kedua dunia itu akan terus berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...