Jika dilihat dari luar, sepertinya aku mengabaikan untuk berterima kasih atau mengungkapkan rasa syukur atas kesopnan, kebaikan dan dukungan yang engkau berikan baik secara langsung atau tidak langsung. Hal itu kulakukan bukan karena rasa bangga atau sombong, tidak pula karena tidak tahu membalas kedermawanan orang lain dengan perkataan atau perbuatan. Tetapi karena aku sadar bahwa engkau melakukan hal ini karena iman sejati, ikhlas atas nama Tuhan. Dan kemudian aku membiarkan agar Tuhanlah yang mengungkapkan syukur atas apa-apa yang telah engkau lakukan atas nama-Nya. Apabila aku berterimakasih dan mengetahui rasa kagumku dengan memujimu. Dengan begitu, engkau telah menerima sejumlah ganjaran yang akan diberikan Tuhan kepadamu. Merendahkan hati sendiri, mengungkapkan syukur dan mengagumi orang lain memang kesenangan duniawi. Karena engkau telah mengambil luka di dunia ini untuk menanggung beban atas pengeluaran keuangan dan kedudukan sosial, maka akan lebih baik jika ganjaran tersebut seluruhnya berasal dari Tuhan. Untuk alasan ini aku tidak akan mengungkapkan rasa syukur.
Uang tidak dapat dimakan. Uang dicari selain untuk dirinya sendiri. Orang membeli kuda, melayani gadis dan budak lelaki. Setiap orang mencari kedudukan tinggi dengan uang hingga mereka akan dipuji dan dituruti. Memang seperti itulah dunia, tempat untuk mengagungkan, menghormati, dipuji dan dihargai orang.
Syeh Nassaj dari Bukhara adalah tokoh besar spiritual. Beberapa tokoh besar dan terpelajar pernah datang kepadanya dan duduk menghormatinya. Syeh itu buta huruf. Apabila mereka ingin mendengarkan penafsirannya terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits, dia akan berkata, “Aku tidak tahu bahasa Arab. Terjemahkanlah dahulu ayat atau hadits untukku dan akan aku katakan kepadamu maknanya”. Maka mereka akan menerjemahkan sebuah ayat Al-Qur’an dan dia mulai menafsirkan dan menyatakan maknanya. Sebagai contoh, katakanlah, Nabi Muhammad berada didalam keadaan demikian dan demikian ketika dia membicarakan ayat ini dan keadaan persitiwa itu tengah begini atau begitu. Dan dia akan menguraikan secara rinci setiap tahap peristiwa itu, cara untuk itu dan puncaknya. Suatu hari keturunan Ali memuji berbagai keputusan yang diambil Imam Ali ketika dia masih hidup dan berkata, “Tidak ada penghakiman seperti itu diseluruh dunia. Dia tidak mengambil suap. Dia mengeluarkan hukum secara adil diantara manusia dengan penuh keikhlasan dan pengorbanan kepada Tuhan”.
“Apa yang engkau katakan bahwa dia tidak mengambil suap”. Kata Syeh Nassaj, “itu tentu tidak benar. Engkau, orang Ali dari keturunan Nabi, menghormati dan memuji orang ini dengan mengatakan dia tidak mengambil suap. Apakah ini bukan penyuapan? Penyuapan apa yang lebih baik disana daripada kalian membicarakan dia seperti itu dihadapannya?”
Syeh Islam dari Termez suatu ketika mengatakan bahwa penyebab Sayid Burhanuddin mampu menguraikan tentang kebenaran mistik dengan sangat baik karena dia membaca buku para guru dan mempelajari risalah dan praktik esoterik mereka.
Seseorang bertanya pada Syeh itu, mengapa Sayid Burhanuddin bisa seperti itu, padahal diapun membaca dan mempelajari buku yang sama, tetapi dia tidak dapat berbicara seperti Sayid Burhanuddin.
“Dia mengalami kesukaran dan penderitaan. Dia juga berusaha keras dan berbuat”, Syeh Islam menjawab.
“Kenapa engkau tidak berbicara hal-hal seperti itu?” dia bertanya, “Engkau baru saja mengatakan yang telah engkau baca”.
Disanalah akar permasalahannya. Itulah yang tengah kita perbincangkan. Engkaupun mesti berbicara mengenai hal itu. Mereka tidak memiliki penderitaan terhadap dunia lain. Hati mereka telah benar-benar ditempatkan di dunia ini. Sebagian muncul untuk makan roti dan yang lain hanya untuk melihatnya. Mereka ingin mempelajari kata itu untuk mengajaknya. Kata-kata bagi mereka bagai Pengantin Perempuan Cantik. Cinta atau kasih sayang apakah yang dimiliki perempuan cantik untuk seseorang yang membeli dia demi menjualnya kembali? Karena satu-satunya kenikmatan milik pedagang adalah menjual gadis, dia akan serupa dengan seorang impoten. Apabila pedang India sejati jatuh ketangan lelaki banci, dia hanya akan mengambil untuk menjualnya. Apabila sempat menemukan busur sang juara, dia hanya akan menjual busur itu karena tidak memiliki lengan yang kuat untuk menariknya. Dia menginginkan busur itu hanya karena talinya dan bahkan tidak memiliki pengetahuan sedikitpun mengenai busur itu. Dia jatuh cinta pada tali dan ketika menjualnya, dia akan membeli bedak dan perona mata. Apa lagi yang dapat dia lakukan?”
Kata-kata ini sama halnya dengan Syriac, bagi kalian yang dapat memahami mereka. Berhati-hatilah kalau-kalau kalian berkata paham! Semakin engkau berpikir bahwa dirimu mengerti, semakin jauh engkau dari pemahaman. Memahami berarti tidak paham. Seluruh kesulitan dan masalahmu muncul dari pemahaman itu. Pemahaman itu belenggu, engkau mesti melarikan diri dari itu untuk jadi sesuatu.
Akan jadi absurd bagimu untuk, “Aku mengisi kulitku dari laut dan laut termuat didalam kulitku”. Yang semestinya engkau katakan adalah, “Kulitku hilang didalam laut”. Rasio memang baik dan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk dapat membawamu berjalan kearah gerbang raja, tetapi ketika berada disana, engkau mesti melepaskan dirimu dari rasio. Ketika telah tiba disana, nalar rasiomu hanya akan menjadi kerugian untukmu dan akan merintangi kemajuanmu. Ketika telah mencapai raja, serahkan dirimu kepadanya. Jika telah begitu, engkau tidak akan lagi mempertanyakan apapun dengan kenapa dan mengapa. Sebagai contoh, engkau memiliki kain belum terpotong yang ingin dijadikan mantel atau jubah, maka nalar akan membawamu ke penjahit. Saat itu, apa yang dilakukan nalar sudah baik dengan membawamu ketempat penjahit. Tetapi jika telah sampai ditempat penjahit, engkau harus melepaskan nalarmu dan menyerahkan kepentinganmu pada penjahit. Sama halnya, apa yang dilakukan nalar dengan membawa seorang yang sakit ke dokter, tetapi ketika telah berhadapan dengan dokter nalar tidak lagi memiliki kepentingan lebih jauh, orang mesti menyerahkan dirinya kepada dokter.
Orang yang telah mengetahui hal itu harus mengungkapkannya dan dia memiliki telinga yang digunakan untuk mendengar ungkapan batinmu. Adalah suatu yang pasti dan nyata bahwa setiap orang memiliki substansi dan empati. Diseluruh barisan unta, jika ada seekor unta mabuk akan terlihat nyata dilihat matanya, cara berjalan, busa yang keluar dari mulutnya dan lain-lain. Nampak tanda didahinya, tanda-tanda kerapnya bersujud (QS.48 : 29). Apapun yang “dimakan” akar pohon, akan tampak terlihat dari cabang, daun dan buah yang berada diatas pohon. Apabila pohon itu tidak makan dan layu, bagaimanapun hasilnya tak akan terlihat. Rahasia dari kerasnya sorak-sorai yang dimunculkan ini adalah mereka memahami banyak kata dari satu kata dan memahami banyak kiasan dari satu kata. Ketika seorang lelaki yang membaca wasit dan buku besar lain mendengar satu kata dari tanbih, yang tafsirnya telah dibaca, dia akan memahami banyak prinsip dan masalah dari satu topik. Dia mampu menulis banyak tanbih dari satu kata itu. Dia mampu mengatakan, “saya memahami yang pokok dari hal itu. Aku paham karena telah menderita dan tetap terjaga pada malam hari dan menemukan harta yang tersembunyi”. Bukanlah telah kami lapangkan dadamu? (QS. 94 : 1).” Pelapangan” (sharh) dada sungguh sangat luas. Ketika seseorang telah membaca tafsir (sharh) itu, dia akan memahami banyak perlambang. Orang baru akan memahami kata yang diberikan hanya dari makna satu kata itu. Apa yang dapat dia ketahui? Sorak-sorai apa yang akan mengepungnya? Ucapan muncul sesuai dengan kemampuan pendengar. Hikmah tidak muncul dari dirinya sendiri apabila orang tidak menariknya keluar. Hikmah muncul pada suatu bagian sesuai dengan kekuatan yang menarik hikmah itu keluar dan memberinya makanan. Apabila orang tidak melakukan hal itu dan bertanya kenapa ucapan tidak muncul, jawabannya ialah, “Kenapa engkau tidak menariknya keluar?” Orang yang tidak menggunakan kelengkapan pendengaran tidak akan mengundang pembicara agar dapat berbicara.
Pada jaman Nabi Muhammad ada orang kafir yang memiliki budak, budaknya seorang Muslim dan tulus. Suatu pagi sang tuan berkata kepada budaknya agar membawa sejumlah ember untuk mandi dirinya. Sepanjang perjalanan mereka melewati masjid tempat Rasulullah dan sahabatnya tengah beribadah. “Tuan,” kata budak, “tolonglah pegang ember ini sebentar agar saya dapat mendirikan Shalat Zuhur. Saya akan segera kembali setelahnya”. Demikianlah, budak itu kemudian masuk masjid. Nabi Muhammad keluar, sahabat Nabipun keluar, tetapi budak itu tetap sendirian didalam masjid. Sang Tuan menunggu hingga saat makan siang dan kemudian berteriak,” Budak! Keluarlah dari Masjid!”
“Dia tidak mau membiarkan saya keluar,” jawab budak itu.
Ketika keadaan ini terus berlangsung lebih lama, tuan memasukan kepalanya kedalam masjid melihat siapakah orang yang tidak membiarkan budaknya pergi. Karena melihat sepasang sepatu dan bayang-bayang seseorang tetapi tanpa gerakan, dia bertanya pada budaknya, “Siapakah yang menahanmu untuk pergi keluar?”
“Orang yang sama yang tidak mengijinkan engkau masuk,” jawabnya. “Orang yang tidak dapat engkau lihat”.
Orang selalu mencintai yang tidak pernah mereka lihat atau dengar atau pahami. Siang dan malam dia mencarinya. Aku menyerahkan diri kepada yang tidak dapat aku lihat. Orang jadi bosan dan membuang yang telah dilihat dan dipahami. Untuk alasan inilah filosof menolak gagasan pandangan. Mereka berkata ketika melihat, sangat mungkin bagimu jadi bosan. Tetapi yang ini tidak demikian. Kaum Sunni mengatakan pandangan adalah waktu Dia muncul pada satu cara, tetapi Dia hadir pada ribuan cara berbeda setiap saat. Setiap hari Dia menciptakan sejumlah ciptaan baru (QS. 56 : 29). Meskipun Dia mungkin mengejawantahkan dirinya pada ribuan cara, tidak akan ada cara yang sama. Sekejap ini engkau lihat Tuhan pada berbagai jejak dan perbuatan. Setiap saat engkau melihatnya mengejawantah pada berbagai cara dan tiada dua dari perbuatan-Nya yang mirip satu sama lain. Pada saat kebahagiaan ada satu pengejawantahan, diwaktu duka cita pengejawantahan lainnya, juga disaat takut, serta lain pula disaat harap. Sedemikian banyak perbuatan Tuhan dan pengejawantahan perbuatan-Nya. Engkau pun, yang adalah bagian dari daya Tuhan, muncul ribuan cara berbeda setiap saat dan tidak pernah tetap bercampur pada satu cara apapun.
Ada beberapa hamba Tuhan yang mendekati Tuhan melalui Al-Qur’an. Ada lagi yang lain, lebih terpilih, datang dari Tuhan hanya untuk menemukan Al-Qur’an disini dan menyadari memang Tuhan-lah yang mengirimnya. Kami telah sungguh-sungguh mengirimkannya dan Kami akan bersungguh-sungguh memeliharanya agar tetap sama (QS. Al-Hijr 15 : 9). Penafsir mengatakan hal tersebut mengenai Al-Qur’an. Ini seluruhnya baik dan benar, tetapi ada makna lain disini, katakanlah, “Kami telah menempatkan engkau didalam hakikat, hasrat untuk mencari, merindukan, sementara Kami adalah penjaga. Kami tidak akan membiarkan semua itu menjadi sia-sia dan akan membuatnya berbuah”.
Katakan “Tuhan” sekali dan teguhkanlah hatimu, karena bencana akan tercurah kepada dirimu.
Seseorang pernah datang kepada Nabi Muhammad dan berkata, “Saya mencintai Engkau”.
“Berhati-hatilah atas perkataanmu,” jawab Nabi.
Sekali lagi lelaki itu mengulang, “Saya mencintai Engkau”.
“Berhati-hatilah atas perkataanmu,” Nabi memperingatkan kembali.
Tetapi ketiga kali dia mengatakan, “Saya mencintai Engkau”.
“Sekarang diam dan teguhkanlah,” Jawab Rasul, “karena aku akan membunuhmu dengan tanganmu sendiri. Sengsaralah engkau!”
Pada jaman Rasul seseorang berkata, “Saya tidak menginginkan agama ini. Atas Nama Tuhan saya tidak menginginkannya. Ambillah agama ini kembali! Bahkan sejak masuk kedalam agamamu ini saya belum pernah memiliki satu haripun yang dipenuhi kedamaian. Saya kehilangan kemakmuran, kehilangan istri, tidak memiliki anakyang masih hidup, tidak memiliki kehormatan, kekuatan atau hasrat yang masih tertinggal.
Dia mendapat jawaban, “Kemanapun agama Kami pergi, dia tidak akan kembali hingga menarik seseorang keluar dari akarnya dan menyapu bersih rumahnya”. Tidak satupun akan menyentuhnya, kecuali mereka yang bersih (QS. 56 : 79).
Selama masih memiliki setitik cinta diri yang tertinggal dalam dirimu, tidak ada kekasih yang akan memperlihatkan perhatian kepadamu. Tidak pula engkau akan layak atas penyatuan, tidak pula kekasih man pun memberi hak masuk. Sekarang, agama kami tidak akan berputus asa hingga memiliki keajegan sampai dia membawa itu kepada Tuhan dan menceraikan itu dari apapun yang tidak sesuai.
Nabi Muhammad mengatakan alasan engkau tidak menemukan kedamaian dan terus menerus berduka cita karena duka-cita bagaikan muntahan. Selama masih ada kenikmatan asal tetap perutmu engkau tidak akan diberi apapun untuk dimakan. Sementara orang yang muntah tidak akan mampu makan apapun. Ketika selesai muntah, lantas dia mampu makan. Engkaupun mesti menunggu dan menderita duka-cita, karena duka-cita adalah muntahan. Setelah masa pemuntahan selesai, kebahagiaan akan muncul tanpa duka-cita, mawar yang tidak memiliki duri, anggur yang tidak menyebabkan pening.
Siang dan malam didunia ini engkau mencari ketentraman dan kedamaian, tetapi memang tidak mungkin mencapai mereka didunia ini. Meski demikian, engkau bukannya tanpa pencarian sekalipun hanya sekejap. Kedamaian apapun yang engkau temukan didunia ini tidak ajeg seperti cahaya kilat yang menyambar. Kilat seperti apa? Kilat penuh guntur, hujan, salju dan godaan. Sebagai contoh, katakanlah seseorang ingin pergi ke Anatolia tetapi mengambil jalan ke Caesarea. Meski dia tidak pernah membuang harapan mencapai Anatolia, mustahil mencapai kesana dengan jalan yang baru diambilnya. Pada sisi lain, apabila mengambil jalan ke Anatolia, meskipun lemah dan pincang, akhirnya dia akan sampai disana setelah jalan itu berakhir. Karena baik kejadian dunia ini maupun dunia selanjutnya tidak terselesaikan tanpa penderitaan, maka menderitalah untuk dunia selanjutnya, sebab kalau tidak, penderitaanmu akan menjadi sia-sia.
Engkau berkata, “Ya Muhammad, cabutlah agamaku, karena aku tidak menemukan kedamaian!”
“Bagaimana mungkin agama kami membiarkan seseorang lepas sebelum membawanya sampai ketujuan?” demikian Rasulullah akan menjawab.
Kisah ini menceritakan seorang guru yang demikian papa bahkan selama musim dingin dia tidak memiliki apa-apa selain secarik kain linen. Secara kebetulan banjir pernah menjebak seekor beruang di pegunungan dan menyapunya kebawah dan kepalanya berada dibawah air. Sejumlah anak melihat punggung beruang dan berteriak, “Guru, ini ada mantel bulu jatuh dari parit. Karena engkau kedinginan ambillah untukmu”. Sang guru memang demikian membutuhkan dan kedinginan, sampai dia meloncat kedalam parit untuk meraih mantel bulu. Beruang menggesekkan cakarnya ke guru itu dan menggenggamnya didalam air. Anak-anak berteriak, “Guru, kalau tidak dapat mengambil bulu itu keluar atau jika engkau tidak mampu, pergilah dan keluarlah dari air!”
“Aku telah membiarkan bulu itu pergi,” guru berkata, “tetapi dia tidak mengijinkan aku pergi! Apa yang mesti aku lakukan?”
Bagaimana mungkin kerinduan pada Tuhan akan membiarkanmu pergi? Ini merupakan sebab dan kita bersyukur atas sebab itu bahwa kita tidak berada ditangan-tangan kita sendiri, melainkan ditangan Tuhan. Bayi hanya mengetahui susu dan ibunya. Tuhan tidak meninggalkan bayi pada keadaan itu tetapi akan membuatnya semakin maju ketahap makan roti dan bermain. Dari sana Dia melanjutkan ketahap nalar. Didalam hubungan dengan dunia lain kita berada ditahap bayi. Dunia ini sekedar buah dada ibu yang lain. Dia tidak akan meninggalkan engkau sampai membawamu pada tahap engkau sadar bahwa ini adalah keadaan bayi dan tidak lebih. “Aku heran ada orang yang telah diseret-seret ke surga dengan rantai belenggu”. Ambillah Dia, dan ikatlah (QS. 69:30). Kemudian bakar dia didalam surga, kemudian bakar dia didalam kesatuan, kemudian bakar dia didalam keindahan, kemudian bakar dia didalam kesempurnaan, bakar dia!
Pemancing tidak menarik-narik ikan sekaligus. Ketika kail tertangkap mulut ikan, mereka menarik itu perlahan hingga berdarah dan kehilangan kekuatan. Lantas mereka tetap membiarkan demikian dan menariknya sampai kekuatannya benar-benar lenyap. Ketika kail cinta tertangkap didalam mulut manusia, Tuhan menarik itu secara bertahap hingga seluruh kekuatan dan “darah” berlebih yang ada dalam dirinya hilang sedikit demi sedikit. Tuhan menarik dan menaikkannya (QS. 2 : 245).
Tiada Tuhan selain Tuhan adalah iman orang-orang biasa. Iman orang terpilih ialah tiada “dia” selain “Dia”. Itu seperti orang yang bermimpi dirinya menjadi raja yang duduk pada singgsana dan disekelilingnya berdiri budaknya, bendaharawan dan jendral. Dia berkata, “Aku tentu seorang raja. Tidak ada raja selain aku”. Ini yang diaktakan didalam mimpinya. Tetapi ketika terbangun dan melihat tidak ada seorangpun didalam rumah kecilnya kecuali dia, kemudian dia berkata, “Aku disini dan tidak ada seorangpun disini selain aku”. Sekarang, orang membutuhkan mata terbuka, mata terkantuk tidak dapat melihat ini. Ini bukanlah kewajibannya untuk melihat ini.
Setiap sekte menolak sekte yang lain dan mengatakan, “Kami benar. Pewahyuan milik kami. Yang lain salah”. Dan yang lain mengatakan sama persis tentang mereka. Ini menjadikan “tujuh puluh dua (golongan) iman” yang menolak satu sama lain. Pada satu kesempatan, mereka sepakat mengatakan tidak ada orang lain memiliki pewahyuan. Lantas mereka semua sepakat tidak ada pihak lain yag memiliki pewahyuan, hanya satu yang memilikinya. Sekarang orang beriman mesti cerdas dan bijak mengetahui manakah yang satu itu”. Orang beriman ialah orang yang bijaksana, mampu membedakan, memahami dan cerdas”. Iman adalah kekuatan pembedaan dan pemahaman yang nyata.
Seseorang berkata, “Mereka yang tidak mengetahui sangat banyak dan mereka yang mengetahui sangat sedikit. Apabila kita menyibukkan diri dengan membedakan antara yang tidak mengetahui dan tidak memiliki hakikat dan yang memang memiliki hakikat, itu akan memakan waktu lama”.
Meskipun yang tidak tahu sangat banyak, ketika mengetahui yang sedikit, engkau mengetahui seluruhnya. Sama halnya, ketika tahu segenggam gandum, engkau mengetahui seluruh lumbung biji-bijian didunia. Apabila mencicipi sedikit gula, tidak peduli betapapun banyaknya ribuan perbedaan jenis permen, semuanya bisa terbuat dari itu, engkau tahu dari gula yang telah engkau cicipi bahwa permen-permen itu mengandung gula. Seseorang yang telah makan permen dan tidak mengetahui hal itu pada akhirnya tentu dia bodoh.
Apabila kata-kata ini tampak berulang untukmu, itu karena masih belum mempelajari pelajaran pertama, kami mesti mengatakan hal yang sama setiap hari.
Suatu ketika ada seorang guru yang memiliki murid baru selama tiga bulan. Tetapi si anak belum memiliki kemajuan melampaui “yang tidak memiliki apapun”. Ayah si anak muncul dan mengatakan, “Kami tidak pernah absen memberikan gaji, tetapi jika kami telah mengatakan hal itu, kami mampu membayarmu lebih”.
“Tidak,” kata sang guru, “engkau tidak bersalah. Itu sekadar bahwa anak ini memang belum berkembang”. Dia memanggil anak itu dan berkata, “Katakan, yang tidak memiliki apapun!”
“Tidak punya apapun,” kata anak itu, tidak mampu mengatakan “seseorang”.
“Engkau lihat,” kata guru itu, “karena dia belum beranjak melampaui ini dan belum mempelajari bahkan sebanyak ini, bagaimana mungkin aku memberi dia pelajaran baru?”
Kami mengatakan, “Terpujilah Tuhan sekalian Alam”. Bukan karena terdapat kekurangan roti atau makanan, karena jumlahnya sangat tidak terbatas, melainkan tamu sudah terlalu kenyang dan tidak mampu makan lagi. Sekarang, “roti dan makanan” itu tidak mirip makanan didunia ini karena makanan dunia ini dapat dimakan dengan melakukan tekanan, betapapun banyaknya yang engkau inginkan, tanpa mesti memiliki nafsu makan untuk itu. Karena makanan dunia ini tidak hidup, mereka akan pergi kemanapun engkau bawa mereka. Mereka tidak memiliki ruh untuk menjaga diri mereka dari ketidaklayakan. Tidak seperti makanan Ilahi, yang adalah hikmah dan adalah kebaikan hidup yang muncul kepadamu dan memberimu makan selama engkau memiliki nafsu dan menunjukkan kecenderungan, karena tidak dapat dimakan dengan paksaan, ditolak dibawah penutup dan dilenyapkan darimu.
Berbicara tentang keajaiban orang suci, orang dapat pergi dari sini ke “Ka’bah dalam satu hari atau dalam sekejap. Tidak ada yang aneh atau ajaib tentang itu. Angin padang pasir mampu melakukan “keajaiban” serupa karena didalam satu hari atau sekejap dia mampu pergi kemanapun yang dia inginkan. Keajaiban adalah yang membawamu dari keadaan rendah pada yang terpuji. Ini yang memindahkan engkau dari sana kesini, dari kebodohan kekecerdasan, dari kematian kekehidupan. Pada awalnya engkau adalah debu, mati dan dibawa kedalam dunia kehidupan tanaman. Dari sana engkau berjalan kedalam dunia binatang dan kemudian kedalam dunia manusia. Semua itu keajaiban. Tuhan memberi engkau berjalan melampaui berbagai jenjang dan rute ini dari tempat engkau muncul. Engkau tidak memiliki syak akan muncul atau engkau tengah dibimbing, maka engkau lihat dengan jelas dirimu telah datang. Sama halnya engkau akan dipindahkan keribuan macam dunia lain. Janganlah menolak itu. Bahkan meskipun engkau tidak tahu apapun tentang itu, terima saja.
Satu ember yang berisi racun dihidangkan kepada Umar. “Untuk apakah ini baiknya?” Umar bertanya.
“Apabila dipertimbangkan, tidak bijak membunuh seseorang secara terbuka”, kata mereka, “dia boleh diberi sedikit dari ini dan dia akan meninggal perlahan. Apabila engkau memiliki musuh yang tidak dapat dibunuh dengan pedang, dia dapat dibunuh secara tersembunyi dengan sedikit dari ini”.
“Ini hal yang menakjubkan yang engkau bawa,” dia mengatakan. “Berikan kepadaku untuk kuminum, karena didalam diriku terdapat musuh yang amat berkuasa yang tidak dapat dicapai pedang. Diseluruh dunia tidak ada seorangpun yang lebih memusuhi aku”.
“Memang tidak perlu bagimu meminum semua itu,” mereka berkata. “Sekedar sedikit sudah cukup. Seluruhnya akan membunuh ratusan ribu manusia”.
“Musuh ini bukanlah orang biasa,” jawab Umar. “Dia musuh yang sama persis dengan ratusan ribu musuh berbentuk dan telah menghancurkan ratusan ribu manusia”. Lalu dia mengambil cangkir dan meneguk seluruhnya dalam sekejap.
Mereka yang hadir serta merta seluruhnya menjadi Muslim dan berkata, “Agamamu memang benar”.
“Engkau semua telah jadi Muslim,” kata Umar, “Tetapi’ orang kafir ini belum menjadi Muslim”.
Sekarang, yang Umar maksudkan dengan iman itu bukanlah iman massa. Jenis iman yang dia miliki dan selanjutnya, karena dia memiliki iman yang benar-benar taat. Yang dia maksudkan adalah iman para nabi dan yang terpilih, “mata kepastian”. Inilah yang dia harapkan.
Kemasyhuran singa tertentu telah menyebar keseluruh dunia. Orang tertentu demikian heran pada singa ini sampai merencanakan sejak jauh hari memasuki hutan hanya untuk melihatnya. Ketika dia mencapai hutan, menahan kekerasan selama satu tahun dan telah melewati bermeter-meter jauhnya, dia melihat singa dikejauhan dan berhenti, tidak mampu pergi lebih jauh kemanapun. “Engkau telah datang demikian jauh untuk mencinta singa ini,” dia berkta, “dan singa ini memiliki ciri khas unik tidak membahayakan siapapun yang mendekati dia secara berani dan yang memeliharanya dengan penuh kecintaan. Singa hanya jadi marah kepada mereka yang takut kepada dirinya. Dia menyerang mereka yang dianggap menyembunyikan anggapan jahat terhadap dirinya. Sekarang bahwa engkau telah berjalan selama satu tahun dan datang demikian dekat pada singa, kenapa engkau berhenti? Maju lebih dekat!”
Tetapi orang itu tidak memiliki keberanian bahkan untuk melaju satu langkah kedepan. “Seluruh langkah yang telah aku tempuh,” kata dia, sangat mudah. Tetapi satu langkah ini tidak dapat aku lakukan”.
Yang dimaksudkan Umar dengan iman ialah bahwa satu langkah kedepan menuju singa didalam kehadiran singa sendiri. Langkah satu itu sangat jarang, itu menyinggung hanya kepada sedikit yang terpilih dan terangkat. Iman seperti itu datang hanya kepada Nabi, yang telah membersihkan tangan dari hidup mereka.
Kekasih adalah kebaikan, karena seorang pencinta memperoleh kekuatan dan kehidupan dari citra kekasihnya. Kenapa ini mesti jadi aneh? Ciri Layla memberikan Majnun kekuatan dan hakikat. Ketika kekasih “metaforik” memiliki kekuatan dan kemakmuran seperti itu untuk menguatkan pencinta, kenapa engkau mesti berpikir aneh bahwa citra kekasih sejati memberikan kekuatan baik terlihat maupun tidak? Kenapa membicarakan citra? Ini adalah jiwa dari kenyataan. Semestinya tidak disebut citra? Dunia terdiri dari dan melalui citra. Engkau menyebut dunia ini kenyataan hanya karena dunia ini dapat dilihat dan nyata dan gagasan hakiki yang adalah cabang dunia engkau namakan citra. Kenyataannya adalah justru lawannya, dunia inilah citra. Gagasan hakiki dapat menghasilkan ribuan dunia seperti yang ini, yang dapat membusuk, terhancurkan dan lenyap kedalam ketiadaan. Dia kemudian dapat menghasilkan dunia yang baru dan lebih baik tanpa menjadikan dirinya sendiri tua. Dia melampaui kebaruan dan ketuaan. Hanya cabangnya dapat disifati dengan ketuaan dan kebaruan.
Arsitek merumuskan rumah didalam pikirannya, membuat citra lebar tertentu, panjang tertentu, dengan serambi bertiang dan pekarangan dengan matra tertentu. Ini tidak dinamakan citra, karena itu adalah kenyataan lahir. Apabila orang bukan arsitek juga memikirkan bentuk seperti itu, itu tentu akan dinamakan khayalan. Seorang manusia yang bukanlah pembangun dan tidak mengetahui cara membangun sangat umum dikatakan memiliki khayalan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajara...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar