Senin, 03 Juni 2019

MATAHARI AKAN TETAP BERSINAR DAN MENYINARI

Setiap perbaikan dibangun untuk tujuan tertentu. Sebagian dibangun demi mempertunjukkan kemurahan hatinya, sebagian untuk memperoleh kemasyhuran dan sebagian untuk ganjaran surga. Tetapi tujuan benar didalam perbuatan memujakan orang suci, mengagungkan kuburan dan nisan mereka tentulah Tuhan. Orang Suci sendiri tidak membutuhkan pengagungan. Mereka diagungkan didalam dan atas nama mereka sendiri. Apabila satu lampu ingin ditempatkan pada ketinggain, dia ingin begitu karena keinginan yang lain, lampu memancarkan sinar. Tidak peduli tinggi atau rendah, tidak untuk dirinya sendiri. Dia hanya ingin cahayanya menyinari yang lain. Apabila matahari yang diatas langit berada dibawah, ia akan tetap jadi matahari, tetapi dunia akan tetap didalam kegelapan. Dia kemudian ditempatkan diatas, bukan untuk kepentingannya, tetapi untuk kepentingan orang lain. Mudahnya, orang suci lebih penting dari pada kategori “atas” “bawah” dan pengagungan dari orang-orang.

Ketika setitik kebahagian atau cahaya rahmat dari dunia lain memanifestasikan dirinya kepadamu, pada saat itu engkau benar-benar tidak peduli kepada kategori “atas” dan “bawah” tidak peduli kepada “tingkat ketuhanan” atau “kepemimpinan,” bahkan kepada dirimu sendiri, yang merupakan sesuatu paling dekat dari segala hal lain kepada dirimu. Bagaimana mungkin kemudian orang suci, yang adalah sumber asal cahaya dan kebahagiaan itu, dapat diikat oleh kategori “atas” dan “bawah”? Keagungan berada ditangan Tuhan dan Dia merdeka dari kategori “atas” dan “bawah”. Kategori “atas” dan “bawah” hanyalah untuk kita yang berwujud fisik material.

Nabi Muhammad bersabda : “Jangan memberi aku pilihan diatas Yunus, anak Matius, semata-mata karena ‘kenaikannya’ didalam perut ikan paus dan kenaikanku pada Singgsana Tuhan”. Dengan ini dia memaknakan bahwa apabila kalian lebih menginginkan dia, jangan memberi dia pilihan diatas Yunus, hanya karena perwujudan sempurna Yunus tidaklah diatas dan dibawah. Pengejawantahan Tuhan sama saja diatas dan dibawah, sama saja bahkan di dalam perut ikan paus. Dia lebih penting daripada kategori “atas” atau “bawah”. Mereka sama semua dihadapan-Nya.

Banyak orang yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan maksud Tuhan. Tuhan menginginkan agar Risalah Muhammad diagungkan dan dibuktikan serta dipertahankan selama-lamanya. Tetapi lihatlah, betapa banyak penafsiran berbeda yang telah dibuat dari ber-jilid-jilid Al-Qur’an sepuluh persepuluh, delapan perdelapan dan empat perempat. Maksud pengarang adalah memperlihatkan keterpelajaran mereka. Zamakhshari didalam bukunya, Al-Kasyyyaf menjelaskan demikian banyak rincian tata bahasa, leksikografi dan penjelasan retorikal demi menunjukkan betapa terpelajar dirinya. Meski demikian, tujuan nyatanya adalah ketuntasan dan itu adalah pengagungan Risalah Muhammad.

Semua orang kemudian membuat karya Tuhan. Betapapun mereka tampaknya bodoh dari maksud Tuhan dan bahkan apabila didalam pikirannya memiliki tujuan yang seluruhnya berbeda. Tuhan menginginkan dunia ini terus berlanjut, orang menyibukkan dirinya dengan hasrat dan memuaskan syahwat dengan perempuan untuk makanan lezatnya. Tetapi dari sana muncul anak-anak. Didalam perilaku ini mereka seakan melakukan sesuatu untuk kesenangannya sendiri, padahal sebenarnya untuk pemeliharaan dunia. Maka mereka kemudian melayani Tuhan, meskipun tidak memiliki perhatian seperti itu. Sama saja, orang yang membangun masjid yang menggunakan demikian banyak pintu, dinding, juga atap. Meski demikian, penghargaannya adalah menuju kiblat, sasaran pengagungan yang lebih dihargai, bahkan andaikan pemberi bantuan tidak memiliki perhatian seperti itu. Keagungan orang suci tidak terdapat pada bentuk luar. Ketinggian dan keagungan yang mereka miliki tidak memiliki sifat. Betapapun, satu dirham tentu saja “di atas” satu pul, tetapi apa artinya berada “di atas” satu pul? Ketinggian tidak berada pada bentuk luar, karena apabila engkau meletakkan satu dirham pada langit-langit dan selempeng emas dibawah tangga, lempeng emas pasti tetap berada “diatas” dirham, seperti halnya rubi dan permata “diatas” emas, tidak perduli meskipun mereka secara fisikal “diatas” atau “dibawah” Sama saja, sekam berada diatas biji pepadian yang akan digiling, sementara tepung jatuh kebawah. Apabila tepung tetap berada diatas, bagaimana mungkin akan menjadi tepung? Keunggulan tepung tidak karena bentuk fisiknya. Didalam dunia makna sejati, karena itu memiliki “hakikat”, dia “diatas” didalam keadaan apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...