Sebuah pertanyaan dilontarkan berkenaan dengan penafsiran baris puisi ini, “Ketika hasrat mencapai akhirnya, persahabatan berbalik jadi permusuhan sepenuhnya”.
Dibandingkan dengan dunia persahabatan, dunia permusuhan adalah dunia yang sangat sulit dan orang-orang kabur dari dunia permusuhan untuk mencapai dunia persahabatan. Walaupun dunia persahabatan terkait dengan suatu dunia dimana dunia persahabatan dan dunia permusuhan memperoleh keberadaan mereka. Persahabatan dan permusuhan, iman dan kafir, merupakan penyebab adanya dualitas karena kekafiran adalah penolakan dan karena jika satu hal yang ditolak pasti ada seseorang yang menolaknya. Sama halnya, jika ada satu hal diakui, pasti ada seseorang yang mengakuinya. Maka, jelaslah bagi kita bahwa persetujuan dan pertentangan adalah penyebab adanya dualitas. Sementara itu, dunia lain, melampaui kategori iman dan kafir, persahabatan dan permusuhan. Karena persahabatan adalah penyebab dualitas dan karena ada suatu dunia dimana tak ada tempat untuk dualitas, dan karena ada suatu dunia dimana tak ada tempat untuk dualitas dan yang ada hanyalah persetujuan murni, maka ketika seseorang mencapai dunia itu, dia akan melepaskan kategorisasi persahabatan dan permusuhan karena dua hal itu tak ada disana. Ketika seseorang telah mencapai dunia itu, dia terpisahkan dari dualitas. Maka, jika dibandingkan dengan dunia yang telah dicapainya sekarang, dunia yang dia alami sebelumnya, dunia dualitas, cinta dan persahabatan adalah lebih rendah dan rusak. Ketika telah mengetahui hal itu, maka seseorang akan merasa enggan dan tidak lagi berhasrat. Ketika persahabatan Mansur dengan Tuhan telah mencapai batas akhir logika, dia menjadi musuh bagi dirinya dan menghancurkan dirinya. Dia berkata, “Aku adalah yang Nyata,” aku telah meninggal, hanya Tuhan yang tersisa. Untuk mengatakan ini, hanya Tuhan yang ada, benar-benar kerendahhatian dan pembudakan. Adalah congkak dan sombong untuk mengatakan, “Engkau Tuhan, aku pelayan”, karena dengan perkataan ini engkau menyepakati keberadaan dirimu dan dualitas niscaya akan mengikutimu. Ketika engkau berkata, “Dia Tuhan”, dalam ungkapan ini ada pula dualitas. Karena penggunaan orang ketiga “dia”, tidak mungkin kecuali ada orang pertama “aku”. Maka, karena tidak ada hal yang ada selain Tuhan, hanya Dia yang dapat berkata. “Aku adalah Tuhan”, Mansur telah meninggal dunia, maka kata-katanya adalah milik Tuhan.
Jika dibandingkan dengan dunia konsep dan inderawi, dunia imajinasi mental lebih luas karena segala konsep lahir dari imajinasi mental. Tetapi dunia imajinasi mental lebih sempit jika dibandingkan dengan dunia tempat imajinasi mental ditentukan menjadi makhluk. Hal ini dapat dipahami dari kata-kata, tetapi kenyataan dari suatu hakikat mustahil dapat dipahami hanya melalui ungkapan lisan.
“Lalu, dalam hal apa ungkapan lisan digunakan?” seseorang bertanya.
“Kegunaan kata-kata adalah untuk menyebabkan engkau mencari dan merangsang diri, tetapi sasaran atas pencarianmu tidak akan tercapai melalui kata-kata. Apabila memang demikian, tidak ada perlunya berusaha keras dan melakukan pemusnahan diri. Kata-kata bagaikan melihat sesuatu yang bergerak di kejauhan, engkau lari menujunya untuk bisa melihat benda itu sendiri, bukan melihatnya dalam pergerakan. Secara batin ucapan manusia rasionalpun sama. Ia merangsangmu untuk mencari konsep, meskipun engkau tidak dapat melihatnya secara aktual.
Seseorang berkata, “Aku telah belajar begitu banyak cabang pengetahuan dan menguasai demikian banyak konsep, tetapi aku masih tidak mengetahui konsep mana yang akan tinggal abadi dalam diri manusia. Aku masih belum menemukannya”.
Apabila hal itu dapat diketahui makna dari kata-kata, tentu tidak ada perlunya penghancuran diri atau penderitaan diri demikian besar. Engkau harus berusaha keras untuk membebaskan dirimu dari pengindividuan diri sebelum mengetahui hal itu yang akan tetap ada.
Seseorang berkata, “Aku pernah mendengar disana ada Ka’bah, tetapi seberapa seringpun aku mencari aku tidak bisa melihatnya. Biarkan aku pergi keatas atap dan melihatnya”. Maka dia pergi keatas atap dan menjulurkan lehernya. Karena dia tidak bisa melihat Ka’bah, dia menolak keberasaannya. Apabila seseorang tidak dapat melihat Ka’bah dari tempatnya sendiri, dia akan mengarahkan usaha yang lebih banyak untuk bisa melihatnya. Pada musim dingin engkau akan memberikan jiwamu mantel bulu. Ketika musim panas datang engkau mencampakkan mantel bulu itu dan pikiranmu merasa jijik padanya. Sekarang engkau mencari mantel bulu untuk mendapatkan kehangatan yang dia berikan ketika engkau menjadi “pencinta” kehangatan. Karena sejumlah rintangan engkau tidak mampu menemukan kehangatan selama musim dingin dan membutuhkan mantel bulu. Maka ketika rintangan itu tidak lagi ada, engkau melemparkan mantel bulu itu.
Ketika surga akan dipecah dalam pemisahan (QS. 84:1) dan ketika bumi akan diguncang oleh gempa bumi (QS. 99:1). Ayat ini menunjukkan bahwa engaku telah melihat kenikmatan dari kebersamaan, tetapi segera akan datang suatu hari ketika engkau melihat kenikmatan dari berbagai bagian yang terpisah dan ketika engkau menyaksikan betapa luas dunia ini. Sebagai contoh, seorang lelaki telah diikat pada empat tiang. Karena telah melupakan nikmatnya kebebasan, dia menikmati keterikatan itu. Ketika dia dilepaskan dari tiang-tiang itu, dia menyadari penyiksaan macam apa yang dia alami. Sama halnya seorang anak kecil yang dipelihara dan dimanjakan dengan ayunan meski mereka terikat dan dibedong. Jika seorang dewasa diikat dalam ayunan, dia akan sengsara dan merasa di penjara.
Sebagian orang menyukai bunga ketika kuncupnya mekar penuh, sebagian yang lain menyukai saat bagian-bagian bunga telah terjatuh dan bersatu dengan asal mereka. Sekarang sejumlah orang ingin agar disana tak ada lagi persahabatan, cinta dan kasih sayang, kafir dan iman hingga mereka dapat bergabung dengan asal mereka, karena seluruh hal tersebut adalah “dinding” yang menyebabkan keterdesakan dan dualitas, sementara dunia lain menyebabkan keluasan dan kesatuan mutlak.
Kata-kata ini tidaklah demikian agung. Tidak juga begitu kuat. Bagaimana kata-kata mampu menjadi demikian agung? Semuanya hanyalah kata-kata. Meski demikian, sungguh, kata-kata sendiri adalah penyebab munculnya kelemahan, tetapi juga perangsang yang merangsang orang mencari Tuhan. Meski demikian, perangsang itu tidak tampak jelas. Bagaimana mungkin gabungan pasangan kata menyebabkan kegairahan dan semangat? Sebagai contoh, satu orang datang melihatmu dan engkau menerimanya dengan ramah dan mengucapkan selamat datang kepadanya. Dia senang karena hal itu dan memunculkan rasa kasih sayang. Orang lain engkau sebut pasangan nama yang jelek. Dua atau tiga kata itu menyebabkan kemarahan dan kesakitan. Lalu, apakah hubungan antara gabungan dua atau tiga kata dengan peningkatan kasih sayang dan kenikmatan pada satu sisi atau dengan naiknya kemarahan dan rasa terhina pada sisi lain? Tuhan telah membuat hal ini sebagai penyebab kedua dan “hijab” hingga tidak setiap tatapan orang jatuh pada keindahan dan kesempurnaan-Nya dengan lemahnya hijab, pandangan pun menjadi lemah. Kemudian Dia memberikan penguasaan pada hijab sebagai penyebab kedua. Didalam kenyataan, roti bukanlah penyebab kehidupan, tetapi Tuhan telah membuatnya sebagai penyebab kehidupan dan kekuatan. Meski demikian, roti tidak bernyawa. Maka, dari titik pandang dirinya sendiri, ia tidak memiliki semangat manusia, bagaimana mungkin ia dapat menyebabkan peningkatan kekuatan? Apabila memiliki hidup, ia akan menjaga dirinya sendiri agar tetap hidup.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
KATA PENGANTAR Petunjuk latihan ini dibuat dengan tujuan memberikan kesempatan pada orang-orang yang berminat untuk menguasai bioenergi (qi/...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar