Tuhan Yang Mahaterpuja berkehendak atas kebaikan dan kejahatan, tetapi Dia hanya merasa senang oleh kebaikan. Karena Dia mengatakan, “Aku adalah harta yang tersembunyi dan Aku ingin diketahui”. Tidak diragukan lagi bahwa Tuhan berkehendak terhadap perintah positif dan perintah negatif (injungsi). Tetapi perintah positif hanya berlaku ketika orang yang diperintah terhalang secara alamiah terhadap sesuatu yang terlarang baginya untuk mendapatkannya. Orang yang lapar tidak perlu diberitahu lagi untuk memakan manisan dan gul, apabila dia diberi tahu, itu tidak dapat dinamakan perintah, tetapi lebih sebagai perbuatan baik. Perintah negatif (injungsi) juga tidak sah dengan melarang hal yang tidak dihasrati seseorang. Bukanlah perintah yang sah untuk mengatakan, “Jangan memakan batu” atau “Jangan memakan duri”. Apabila hal-hal semacam itu dikatakan, itu tidak dapat dikatakan perintah negatif (injungsi). Maka, agar perintah positif untuk kebaikan dan perintah negatif melawan kejahatan sah, mesti ada jiwa yang menghasrati kejahatan. Menghendaki keberadaan jiwa semacam itu tentu akan menghendaki kejahatan, tetapi Tuhan tidak senang kejahatan. Apabila demikian, Dia tidak akan memerintahkan kebaikan.
Ini seperti orang yang ingin mengajar. Dia menginginkan bahwa murid-muridnya tidak tahu apa-apa karena tidak mungkin mengajar kecuali murid tidak tahu apa-apa. Menginginkan sesuatu adalah menginginkan yang sesuai dengan hal itu. Meski demikian, seorang guru tidak senang apabila muridnya tetap tidak tahu apa-apa. Jika demikian, dia tidak akan mengajarinya. Demikian pula dokter ingin agar orang mesti sakit apabila dia ingin mempraktikkan pengobatan karena akan mustahil baginya mempertunjukkan seni penyembuhan kecuali ada orang yang sakit. Meski demikian, dia tidak senang apabila orang tetap sakit. Sebab jika demikian, dia tidak akan mengobati mereka. Demikian pula pembuat roti ingin agar orang semestinya lapar agar hidupnya terus berlangsung. Tetapi dia tidak akan suka apabila mereka harus tetap lapar karena jika demikian, dia tidak akan menjual roti.
Untuk alasan serupa para jenderal pasukan kavaleri ingin agar penguasan mereka memiliki musuh. Kalau tidak, mereka tidak akan bisa memperlihatkan kejantanan dan rasa cinta mereka pada pengausa, tidak pula penguasa mengumpulkan mereka karena tidak dibutuhkan. Pada sisi lain, mereka tidak puas bila lawan mesti tetap bertahan atau kalau tidak mereka tidak akan berperang. Sama halnya, Tuhan ingin ada motivasi untuk melakukan kajahatan didalam jiwa manusia karena Dia mencintai rasa syukur, ketaatan, hamba yang saleh dan ini tidak mungkin tanpa keberadaan motivasi seperti itu didalam jiwa manusia. Menginginkan suatu hal adalah menginginkan segalanya yang sesuai dengan hal itu, tetapi seseorang mungkin tidak akan menyenangi hal-hal pelengkap itu, karena seseorang dapat berusaha untuk menghapus dari jiwanya.
Maka dapat dipahami kenapa Tuhan menghendaki kejahatan pada satu hal tetapi tidak menginginkannya dalam hal lain.
Seorang lawan barangkali berkata bahwa Tuhan tidak menginginkan kejahatan didalam keadaan apapun, tetapi itu mustahil bagi Dia menghendaki satu hal dan tidak menghendaki hal yang mengiringinya. Kesesuaian antara perintah positif dan negatif adalah jiwa penuh keinginan ini, yang sifatnya adalah menghasrati kejahatan dan menghindari kebaikan. Satu dari yang seiring dengan jiwa ini adalah seluruh kejahatan di dunia. Apabila tidak menginginkan kejahatan ini, Dia tidak akan menghendaki jiwa. Dan apabila tidak menghendaki jiwa, Dia tidak menghendaki perintah positif dan negatif yang diterapkan pada jiwa itu. Apabila puas dengan jiwa, Dia tentu tidak akan memerintah kepadanya untuk melakukan hal tertentu dan tidak melakukan hal yang lainnya. Maka kejahatan dikehendaki karena hal lain dari kejahatan itu sendiri.
Lantas lawanmu bisa jadi berkata, apabila Tuhan menghendaki setiap kebaikan dan kebaikan adalah menjijikkan atas kejahatan, maka Dia menghendaki kejijikan pada kejahatan dan kejahatan tidak dapat ditolak kecuali kejijikan ada. Atau dia dapat mengatakan bahwa Tuhan menghendaki iman, tetapi iman hanya mungkin setelah kekafiran, maka membuat kekafiran berarti sesuai dengan iman.
Singkatnya, menghendaki kejahatan adalah sesuatu yang mengerikan, ketika yang dikehendaki adalah kejahatan itu sendiri. Meski demikian, apabila dikehendaki demi kebaikan, maka kejahatan tidak lagi mengerikan. Tuhan berfirman, “Didalam hukum pembalasan ini engkau mesti hidup”. (QS. 2:179). Tidak ada keraguan bahwa pembalasan dendam adalah kejahatan dan penghancuran atas bangunan Tuhan adalah suatu kejahatan total. Sebuah contoh, seorang ibu tentu yang tidak ingin menghukum anaknya karena dia melihat sebagian kejahatan, sedangkan seorang ayah yang melihat kebaikan totol, merasa puas untuk menghukum anaknya agar bisa menghentikan masalah pada perkembangan awal anaknya.
Tuhan mengampuni segala hal, memaafkan segala hal dan keras didalam penghukuman. Apakah Dia menginingkan julukan itu benar bagi-Nya atau tidak? Jawabnya mesti “ya” karena Dia tidak dapat memaafkan dan mengampuni tanpa keberadaan dosa. Menghendaki satu hal berarti menghendaki apa yang sesuai dengan hal itu. Maka Dia memerintahkan memaafkan kepada kita sebagaimana Dia memerintahkan kita untuk berbuat damai. Tetapi perintah untuk berdamai tidak memiliki arti tanpa adanya permusuhan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajara...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar