Duryudana, salah satu tokoh antagonis dalam Mahabharata dianggap memiliki perangai buruk. Sebenarnya, untuk memahami Duryodana seharusnya kita mempelajari situasi yang dialaminya pada saat itu. Drestarasta, ayahnya adalah putra tertua dari Sang Raja yang secara tradisi memiliki ha katas tahta Kerajaan. Namun karena kondisi matanya yang buta maka hak tahta diserahkan kepada adik tirinya yang bernama Pandu.
Pada saat Pandu berburu di hutan, tanpa sengaja membunuh seorang pertapa yang sedang bersama istrinya. Sebelum meninggal, sang pertapa mengutuk Pandu tidak dapat berhubungan dengan istrinya, apabila berhubungan maka kematian akan menjemputnya. Pandu kembali ke Hastina setelah mendapatkan kutukan dan menceritakan segalanya kepada pembesar kerajaan.
Pandu memutuskan untuk meninggalkan istana, memberikan tahta kepada sang kakak, Drestarasta dan menjalani kehidupan sebagai pertapa untuk menebus kesalahannya. Kedua istrinya, Kunti dan Madrim menemaninya menjalani kehidupan di hutan. Semua tahu akan peristiwa ini, semua tahu bahwa Pandu telah melepaskan tahtanya dan Pandu tidak dapat mempnyai keturunan karena kutukan yang didapatnya. Namun yang terjadi berbeda, Kunti melahirkan tiga putra, Yudistira, Bhima dan Arjuna, sedangkan Madrim melahirkan dua putra, Nakula dan Sadewa. Yudistira merupakan anugerah dari Dewa Dharma, Bhima merupakan anugerah dari Dewa Bayu, Arjuna merupakan anugerah dari Dewa Indra, Nakula dan Sadewa merupakan anugerah dari Dewa Aswin. Jadi dari kelima Pandawa sesungguhnya tidak ada yang benar-benar putra Pandu.
Sebagai putra tertua Drestarasta, tentu saja Duryudana merasa berhak atas tahta Hastina. Dia lahir dan berkembang dilingkungan yang tentu saa menganggapnya sebagai pewaris tahta. Ketika Pandu meninggal, usia Yudistira sekitar 16 tahun. Bhisma membawa Pandawa kembali ke kerajaan bersama Kunti sang ibu. Betapa mengejutkan kenyataan tersebut bagi Duryudana, bahwa ternyata posisinya sebagai putra mahkota harus tergeser oleh seseorang yang baru dikenalnya. Mungkinkah dia akan merelakannya, tentu sangat berat bagi Duryudana.
Ditengah kebimbangannya, adik-adiknya seringkali terlibat permasalahan dengan Pandawa hingga menimbulkan kebenciannya kepada Pandawa. Disamping itu pamannya dari pihak ibu, Sengkuni terus memompakan dendam kepadanya. Sengkuni dari awal tinggal di Hastina memiliki tujuan untuk menghancurkan keluarkan Kuru karena dendamnya atas penghinaan yang diberikan kepada adiknya.
Terlepas dari kasus istana kardus yang membakar Pandawa dan perjudian yang mempermalukan Drupadi, ada beberapa sifat baik Duryodana. Dia tidak percaya pada sistem kasta dan tidak memiliki keraguan untuk menjadikan Karna sebagai sahabatnya. Dia tidak berpoligami seperti raja-raja lain pada waktu itu dan hanya memiliki satu istri Bhanuwati. Dia adalah seorang prajurit hebat dan pejuang gada terbaik pada masanya. Bhima tidak pernah bisa mengalahkannya dalam pertarungan.
Senin, 04 Maret 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
-
Ketika seseorang memutuskan untuk berjalan kesebuah tempat, dia memiliki pikiran rasional, misalnya, “Apabila aku pergi kesana, kepergianku ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar