Bambang Ekalaya terkenal dengan kisah yang dipotong sebagai pemberian kepada Druna yang dianggap sebagai gurunya. Guru Druna banyak diceritakan sebagai sosok yang sadis karena meminta ibu jari Ekalaya.
Ekalaya sering digambarkan sebagai korban kecintaan Guru Druna kepada murid kesayangannya, Arjuna. Ekalaya seharusnya belajar sendiri dan tidak perlu menganggap Druna sebagai gurunya. Dia seringkali dianggap sebagai korban ketidakadilan dari Druna karena dia memiliki kasta yang rendah sebagaimana perlakuan Druna terhadap Karna.
Sesungguhnya Ekalaya bukan berasal dari kasta yang lebih rendah, Dia adalah pangeran Nishada. Ekalaya pergi menghadap ke Drona untuk belajar Vidya. Ekalaya memiliki kebencian yang mendalam pada Krishna. Ekalaya adalah penjelmaan iblis Mamimanta. Demi mengalahkan Khrisna dia menghadap Druna agar bisa mempelajari astra yang sakti.
Drona tahu bahwa Ekalaya sangat membenci Krishna, sementara Druna bagaimanapun termasuk seorang yang menganggap Khrisna sebagai seorang suci meski tidak mengikutinya. Dismaping alasan tersebut, Drona menolak menerima Ekalaya sebagai murid karena pada saat itu Druna sedang melaksanakan tugas mengajar Pangeran dari Hastinapura, Kurawa dan Pandawa. Sekolah tempat belajar Pangeran tidak dibuka untuk warga biasa, hanya Pangeran dan kaum Brahmana yang diperenankan untuk mengikuti pelajaran guru Druna, begitulah peraturannya. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa Karna juga ditolak untuk memasuki sekolah tersebut. Ketentuan yang berlaku pada saat itu memang mendasarkan pada kasta, karenanya tidak mungkin bagi seorang Brahmana seperti Druna untuk melanggar aturan. Ekalaya bukan dari kasta rendah namun sekolah yang dipimpin DRuna dikhususkan bagi kasta yang lebih tinggi.
Ekalaya yang kecewa karena tidak diijinkan mengikuti sekolah Druna kemudian pergi ke hutan. Dia membuat patung Druna dan dengan tekun belajar memanah hingga memiliki kemampuan yang luar biasa. Hal ini bukan semata-mata kehebatan Bambang Ekalaya namun merupakan suatu keagungan Druna dimana dengan perwujudan yang mirip dengannya bisa memberikan kekuatan kepada Ekalaya. Jika tanpa perwujudan Druna, Ekalaya bisa memperoleh kemampuan itu maka tentunya dia tidak perlu membuat perwujudan Sang Guru. Namun tentu juga Ekalaya berhasil mendapatkan kesaktian karena tekad yang membara dalam diri untuk membunuh Khrisna.
Ketika Bambang Ekalaya memberikan satu jarinya kepada Druna sebagai pemberian kepada gurunya, juga bukan semata-mata karena kepatuhan dan wujud baktinya kepada Sang Guru, namun dia menyadari bahwa dengan menolak permintaan Sang Guru akan menghilangkan kesaktiannya dan juga akan beresiko mendapatkan kutukan sebagaimana diterima Karna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar