Senin, 24 Desember 2018

SUNGAI KEDAMAIAN

“Kenapa mengalir sangat ditekankan baik dalamhidup maupun meditasi?”. Itu pertanyaan banyak sekali sahabat di sesi-sesi meditasi. Belajar dari banyak sahabat yang sakit begini sakit begitu, semua penyakit dan rasa sakit ditandai oleh energi di dalam yang gagal mengalir.

Protes, tidak puas, tidak pernah merasa cukup adalah sebagian contoh dari energi yang gagal mengalir di dalam. Mirip dengan air yang gagal mengalir, persoalan waktu ia akan berbau busuk. Bau busuk inilah bibit berbagai macam penyakit.

Coba perhatikan apa-apa yang disebut manusia sebagai sang diri. Semuanya mengalir. Tubuh manusia mengalir dari lahir, dewasa, tua, mati. Pikiran manusia mengalir. Apa yang disebut orang benar di suatu waktu bisa jadi salah di waktu lain. Perasaan manusia juga serupa. Sedih, senang, duka, suka adalah sebagian aliran sungai perasaan.

Dan siapa saja yang mau pulang ke rumah kedamaian, tidak ada pilihan lain selain belajar mengalir. Maksudnya mengalir sederhana, mirip dengan aliran air di sungai, semuanya (sedih-senang, duka-suka, salah-benar) didekap dengan kelembutan yang sama.

Di meditasi ada pengandaian yang layak diendapkan. Penderitaan serupa es beku yang membatu. Ajaran meditasi serupa matahari yang memancar. Dan bakti kepada Guru adalah kaca pembesar yang diletakkan diantara es beku dan matahari.

Meditasi diandaikan matahari yang menyinari es beku penderitaan. Terutama melalui kegiatan menyaksikan yang penuh dengan kasih saying (compassionate witnessing), rasa sakit itu terus menerus diterangi. Sampai suatu hari seseorang mengalami pandangan terang, ternyata rasa sakit berakar pada pikiran yang gagal mengalir.

Proses meditasi menerangi es beku penderitaan di dalam berjalan secara pelan dan alami. Serta cenderung berjalan lama. Ia sealami es beku di kutub sana. Sejalan dengan semakin tekun dan tulusnya seseorang berjalan di jalan meditasi, es batunya mencair.

Di Tantra ada jalan yang lebih cepat tapi berbahaya yakni bakti kepada Guru. Disebut jalan cepat, karena memang proses mencairnya lebih cepat. Disebut berbahaya karena jika melakukan kesalahan, seseorang meluncur turun ke alam bawah.

Itu sebabnya bakti kepada Guru diandaikan seperti kaca pembesar yang diletakkan diantara matahari meditasi dan es beku penderitaan. Proses mencairnya berjalan jauh lebih cepat.


Apa pun jalan yang diambil, entah meditasi atau bakti kepada Guru, keduanya ditujukan untuk membuat energi di dalam menjadi sepenuhnyamengalir. Begitu semua energi di dalam sepenuhnya mengalir, kehidupan berubah wajah menjadi sungai kedamaian.

-Gede Prama, Menemukan Tirtha di Dalam Diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...