Menanggapi pertanyaan seorang anak muda yang pintar sekaligus kritis, seorang Guru meminta dua sendok garam. Sendok garam pertama dimasukkan ke dalam cangkir kecil. Sendok garam ke dua dimasukkan ke dalam kolam yang besar. Sebagai hasilnya, di cangkir kecil tadi airnya terasa asin. Di kolam yang besar, satu sendok garam tadi tidak menyebabkan air jadi asin.
Pesan spiritualnya sederhana, manusia mudah menderita (baca: pikirannya terasa asin) karena pikiran dan hatinya sempit dan kecil. Namun begitu pikiran dan hati bisa dibikin luas dan lebar, maka seseorang bisa mengalami kedamaian selama-lamanya.
Tapi begitu bayi ini bertumbuh, aura kepolosan itu menghilang. Ia digantikan dengan aura manusia yang penuh dengan penghakiman. Sekaligus, itulah asal muasal dari pikiran dan hati yang kecil dan kerdil. Lingkungan yang miskin keteladanan, pendidikanyang penuh hukuman, orang tua yang memiliki sedikit kedewasaan hanyalah sebagian faktor di balik menyempitnya pikiran dan hati manusia yang bertumbuh dewasa.
Berita baiknya, selalu ada jalan keluar di balik setiap masalah yang muncul. Kesabaran dan toleransi sebagai bibit-bibit subur pikiran dan hati yang luas mirip dengan karet gelang. Asal sering ditarik secara pelan perlahan, lama-lama karet gelang ini semakin longgar dan semakin longgar. Musuh-musuh yang menyakiti, anak-anak yang bermasalah, tetangga yang penuh curiga, atasan yang banyak maunya, pasangan hidup yang pemarah adalah sebagian kekuatan yang ada di alam yang membuat karet gelang kesabaranmelonggar dari hari ke hari.
Asal tekun, tulus, jujur, pemaaf, melalui proses waktu karet gelang kesabaran di dalam akan melonggar. Pengertian adalah modal pertama dalam hal ini. Terutama mengerti kalau kita semua sama-sama tidak mau menderita, sama-sama mau bahagia. Lebih dalam lagi kalau seseorang bisa mengerti jejaring rumit di balik orang-orang menyakiti.
Di balik orang-orang yang menyakiti, ada jejaring rumit masa lalu kelabu, luka jiwa di masa kecil, putus cinta yang berkepanjangan. Bila jejaring rumit ini terbuka, pengertian muncul, karet kesabaran melonggar. Dari pohon pengertian seperti ini, tidak saja bunga kesabaran muncul, tapi juga mekar bunga belas kasih.
Orang-orang yang menyakiti dan melukai, mereka tidak lahir untuk mengganggu, mereka lahir untuk menyempurnakan belas kasih kita. Makanya di jalan belas kasih (compassion) sering dikemukakan, musuh adalah permata spiritual yang langka, yang ada di sini untuk membuat hati dan pikiran jadi luas dan lebar. Lebih dari itu, musuhlah yang membimbing manusia berjumpakehidupan sebagai samudra belas kasih.
-Gede Prama, Menemukan Tirtha di Dalam Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar