Senin, 02 Januari 2017

JIKA BUDHA YANG MENJADI KUSIR KERETA PERANG ARJUNA

Saat sudah berada dimedan peperangan, munculah krisis mental Arjuna tepat sebelum dimulainya laga besar di Kurusetra. Arjuna berseru kepada kusir keretanya, Budha.

“Wahai Buddha, saya melihat keluarga saya sendiri dihadapan saya, anggota badan saya menjadi lemah, mulut kering, tubuh saya bergetar dan bulu kuduk merinding, kulit seperti terbakar hingga busur Gandiva rasanya hendak lepas dari tangan saya, pikiran saya sangat kacau".


Buddha menjawab, “Kebenaran pertama adalah bahwa tidak ada yang hilang di alam semesta. Materi berubah menjadi energi, energi berubah menjadi materi. Sebuah daun jatuh berubah menjadi tanah. Sebuah benih menjadi kecambah dan tumbuh pohon baru. Sistem dalam alam semesta sama seperti tanaman, seperti pohon, seperti orang lain, seperti hujan yang jatuh. Kita terdiri dari apa yang ada di sekitar kita, kita adalah sama seperti segala sesuatu. Jika kita menghancurkan sesuatu di sekitar kita sama dengan kita menghancurkan diri kita sendiri. Jika kita menipu orang lain, kita menipu diri kita sendiri.

Arjuna: Bagaimana saya bisa bertarung dengan keluarga sendiri.

Buddha: Hukum sebab dan akibat dikenal sebagai karma. Tidak pernah terjadi kepada kita kecuali kita layak untuk mendapatkannya. Kita menerima apa yang kita peroleh, apakah itu baik atau buruk. Kita sekarang ini adalah hasil dari apa yang telah kita lakukan di masa lalu. Pikiran dan tindakan kita menentukan jenis kehidupan yang akan kita miliki. Jika kita melakukan hal-hal yang baik, di masa depan hal-hal baik akan terjadi pada kita. Jika kita melakukan hal-hal yang buruk, di masa depan hal-hal buruk akan terjadi pada kita. Setiap saat kita membuat karma baru dengan apa yang kita katakan, lakukan, dan pikirkan.

Arjuna: Keraguan saya adalah apakah saya harus berperang .....

Buddha: Arjuna, apakah Anda tahu delapan jari pada roda tersebut merupakan delapan bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Sama seperti setiap jeruji diperlukan roda untuk menjaga keseimbangan, kita perlu mengikuti setiap langkah dari jalan berikut:

1. Pandangan Benar.
2. Pikiran Benar.
3. Ucapan Benar.
4. Melakukan Kebaikan.
5. Penghidupan Benar. Ini berarti memilih pekerjaan yang tidak menyakiti orang lain. Jangan mencari nafkah dengan merugikan orang lain. Jangan mencari kebahagiaan dengan mengorbankan orang lain.
6. Usaha Benar. Sebuah kehidupan yang berharga berarti melakukan yang terbaik setiap saat dan memiliki niat baik terhadap orang lain. Ini juga berarti tidak menyia-nyiakan upaya pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
7. Perhatian Benar. Ini berarti menyadari pikiran kita, kata-kata, dan perbuatan.
8. Pikiran Benar.

Arjuna: Mereka adalah keluarga saya ... keraguan saya…. apakah saya harus bertarung dengan mereka atau tidak, O Buddha...

Pengajaran Bhuddha dan Krishna memiliki akar yang sama. Jadi tidak peduli siapa yang menjadi kusir Arjuna, Mereka akan memberikan pencerahanya. Inilah yang dilakukan Khrisna dan ini pula yang pasti dilakukan Bhuddha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...