Selasa, 01 September 2020

MINDFULNESS PARA SUFI ADALAH DZIKIR

Diri, Diri Sejati, Diri Tertinggi, melampaui manusia, melampaui identifikasi, melampaui bentuk, proses, melampaui posisi. Tapi semua fenomena itu muncul di dalamnya dan larut di dalamnya - Diri sejati adalah lautan. Diri sejati adalah ruang di mana segala sesuatu muncul dan menghilang. Ruang itu ada di dalam dirimu sendiri. Jangan mengidentifikasi diri sebagai apapun, jika engkau melakukannya egomu akan muncul.

Misalnya, ada kesedihan di sekitarmu. Engkau segera teridentifikasi, engkau berkata, 'Aku sedih.' Itu bodoh, tidak cerdas, engkau tidak sadar, Engkau tidak tahu apa yang kau katakan. Engkau bukanlah kesedihan, engkau adalah saksinya. Kesedihan ada di sana, tetapi engkau terpisah dari kesedihan itu: engkau adalah yang menyaksikannya.

Katakan, 'Aku melihat kesedihan mengelilingiku,' tetapi jangan katakan, 'Aku sedih.' Kemarahan memang ada, tapi jangan katakan, 'Aku sedang marah,' atau 'Aku marah.' , 'Ada kemarahan, aku bisa melihatnya ada di sana.' Kemarahan adalah isi dari kesadaranmu, kemarahan bukanlah kesadaran itu sendiri. Kesadaran adalah ruang, ruang luas yang menyaksikan.

Jika engkau bisa melupakan isinya dan mengingat kesadaran, akan terjadi revolusi. Dua hal terus menerus terjadi dalam dirimu: isi dan kesadaran. Sebuah pikiran datang lalu engkau segera teridentifikasi dengannya dan berkata, 'Aku adalah....'. Jika engkau lapar, engkau berkata, 'Aku lapar.' Berhati-hatilah dalam berkata: katakan, 'Aku terjaga, aku adalah saksi, bahwa tubuh merasa lapar.'

Ketika engkau sudah makan dengan baik dan engkau merasa kenyang, jangan katakan, 'Aku kenyang.' Sekali lagi, ingatlah bahwa engkau adalah kesadaran. Karena ketidakpahaman kita, kita telah menciptakan bahasa yang salah. Kita berkata, 'Aku kenyang.' Engkau tidak pernah lapar dan engkau tidak pernah kenyang. Kelaparan adalah salah satu isi dari kesadaran, begitu pula kepuasan. Kesedihan adalah salah satu isi kesadaran, begitu pula kebahagiaan.

Mindfulness para sufi ini disebut dzikir, mengingat. Buddha menyebutnya 'mindfulness, kesadaran benar."

Teruslah berusaha memisahkan dirimu dari isi. Perlahan, jembatannya akan rusak. Pada hari engkau menyadari fakta bahwa engkau bukan isi tetapi kesadaran, engkau telah tiba di rumah.

-OSHO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...