Minggu, 06 September 2020

DOSA DAN KESADARAN BAGIAN 1

Konsep dosa dalam Kristen berbeda dengan konsep dosa di Hindu dan Buddha. Konsep dosa dalam agama Kristen, dalam Alkitab, terkait dengan tindakanmu - dengan apa yang engkau lakukan. Apa yang engkau lakukan mungkin dosa, atau mungkin bukan dosa; mungkin suatu kebajikan, tetapi konsep dosa itu terkait dengan perbuatanmu. Bagi Upanishad, dosa tidak terkait dengan perbuatan. Apa yang engkau lakukan tidak relevan. Siapa dirimu, itulah yang relevan. Yang penting bukanlah perbuatannya tetapi keberadaannya.

Jadi siapa yang disebut orang berdosa? Yaitu orang yang bodoh, yang tidak menyadari dirinya sendiri. Karena ketidaktahuan ini, perbuatannya menjadi dosa. Perbuatan tersebut bisa menjadi dosa hanya karena pelakunya cuek, tidak sadar, tidak terjaga, sedang hidup dalam keadaan tidur. Ketidaktahuan adalah dosa dan kesadaran adalah kebajikan. Tindakanmu tidak relevan karena tidak penting; pusatnya adalah kesadaranmu. Jika ada yang salah dengan kesadaran, tindakanmu akan salah. Jika kesadaran sudah benar, tindakanmu akan mengikuti.

Jadi terus berusaha mengubah tindakanmu tidak akan membawamu ke mana pun. Engkau dapat melakukan dosa, engkau dapat bertobat, engkau dapat mengganti dosa dengan kebajikan, dengan tindakan yang bajik - tetapi itu tidak berarti apa-apa bagi Upanishad jika dirimu tetap sama. Rubahlah kesadaranmu, capailah taraf kesadaran diri yang baru, keberlimpahan baru. Hanya mengubah tindakanmu tidak akan berguna.

Jadi Upanishad tidak berpikir dalam kerangka tindakan; mereka berpikir dalam kerangka keberadaanmu. Waspada, sadar, terjaga, maka engkau baik. Mengapa? - Karena semakin engkau waspada dan sadar dan terjaga, semakin kecil kemungkinan untukmu melakukan dosa. Syarat dasar untuk melakukan dosa adalah tidak sadar.

Misalnya, engkau baru bisa marah hanya jika engkau lupa diri. Jika engkau menyadari dirimu sendiri, terjaga, kemarahan itu tidak mungkin terjadi. Kemarahan tidak bisa terjadi kalau ada kesadaran. Tidak ada sarana yang memungkinkan itu terjadi. Engkau sadar, bukan karena engkau mengendalikan amarahmu, menahan amarahmu, menekan amarahmu - tidak! Kemarahan itu tidak mungkin ada di sana. Di dalam diri orang yang sadar sepenuhnya, kemarahan tidak mungkin ada; sama seperti di ruangan yang terang benderang, kegelapan tidak mungkin ada. Keduanya tidak mungkin hidup bersama.

Saat engkau membawa lampu ke dalam ruangan gelap, kegelapan tidak akan ada lagi. Kalau ada terang, kegelapan tidak mungkin ada. Dan Upanishad mengatakan, sia-sia dan bodoh kalau bertarung dengan kegelapan karena engkau tidak bisa bertarung dengan kegelapan. Jika engkau melawan engkau akan dikalahkan. Betapapun kuatnya dirimu, engkau tidak akan dapat melawan kegelapan karena kegelapan hanyalah ketiadaan cahaya. Dengan menghadirkan terang, kegelapan menghilang.

Upanishad mengatakan dosa adalah kegelapan. Bawalah cahaya kesadaran dan dosa akan lenyap. Jangan melawan dosa; jangan peduli pada dosa; jangan berpikir akan istilah dosa. Jika tidak, engkau akan merasa bersalah dan itu tidak akan menjadi pertumbuhan spiritual; sebaliknya, engkau akan jatuh.

Agama telah membuat orang merasa sangat bersalah karena apapun yang engkau lakukan adalah dosa dan engkau harus melawannya. Dan tidak ada yang bisa keluar darinya. Semakin kuat engkau melawan dosa, semakin dalam akarnya masuk ke dalam dirimu. Semakin kuat engkau bertarung dengannya, semakin kuat dosa itu. Semakin banyak engkau berkelahi dengannya, semakin engkau menjadi korbannya. Mengapa? - Karena pertarungannya dengan kegelapan. Engkau tidak akan bisa menang; tidak ada kemungkinan menang. Dan ketika engkau kalah terus, engkau merasa bersalah, merasa rendah diri.

Seluruh upaya memerangi dosa, dengan cara yang salah, akan membuatmu merasa makin bersalah dan rendah diri. Engkau mulai merasa bahwa engkau benar-benar tidak berharga, bahwa engkau tidak dapat melakukan apa pun. Semangatmu tidak terintegrasi melalui pertarungan ini; sebaliknya, engkau menjadi sakit penuh perasaan rendah diri, penuh rasa bersalah.

Upanishad mengatakan dosa tidak penting. Apa yang engkau lakukan tidak penting, engkaulah pusatnya. Jika engkau melakukan dosa, itu hanya menunjukkan satu hal: bahwa engkau tertidur lelap, tidak sadar. Jadi jangan melawan dosa; sebaliknya, bergeraklah ke dalam dan menjadi lebih dan lebih waspada. Saat kewaspadaan tumbuh di dalam, dosa menghilang tanpa upaya apapun. Saat engkau hanya menjadi cahaya yang menyala di dalam dirimu, waspada terhadap apa pun yang engkau lakukan, waspada terhadap apa pun yang bergerak dalam pikiranmu, waspada terhadap apa pun yang terjadi dalam dirimu. Maka tidak ada dosa.

Dan ini mungkin terjadi; kemenangan ini ada di tanganmu. Maka engkau tidak akan pernah merasa bersalah dan rendah diri; engkau tidak akan pernah merasa bahwa engkau tidak berharga. Semakin engkau berusaha untuk sadar, semakin engkau merasa dirimu diterima, dirimu layak, kehadiranmu disambut dengan baik - maka engkau akan semakin merasa bahwa di dalam dirimu, Tuhan mempunyai beberapa takdir yang harus dipenuhi.

Aku menyebut pendekatan ini lebih ilmiah, lebih religius, karena memberi manusia martabat. Jika engkau memikirkan dosa sebagai suatu tindakan, itu akan memberimu rasa bersalah, dan rasa bersalah tidak bisa membuatmu religius. Dan karena engkau merasa bersalah, engkau tidak dapat merasakan yang ilahi, karena kesalahanmu sendiri menjadi penghalang. Jika engkau merasa sangat bersalah, engkau tidak bisa merasa bersyukur kepada Tuhan. Rasa syukur tidak akan ada di sana.

Ketika engkau merasa diterima, ketika engkau merasa layak, ketika engkau merasakan tempatmu dalam keilahian, ketika engkau merasa bahwa ada sebuah pusat di dalam dirimu yang melampaui semua tindakan, ketika engkau semakin dekat dengan nyala api batinmu, engkau menjadi lebih dan lebih berterimakasih. Syukur adalah wewangian yang terjadi pada pikiran religius. Rasa bersalah hanyalah bau tak sedap, hanya bau tak sedap. Jika engkau merasa bersalah, di sekitarmu ada bau tak sedap, bau busuk. -OSHO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...