Sabtu, 28 September 2019

DILUAR SEMUA PENGALAMAN

Untuk memahami diri dibutuhkan kecerdasan yang kuat, keawasan, kewaspadaan yang kuat, mengamati tanpa henti, sehingga diri itu tidak lolos.

Saya, yang amat bersungguh-sungguh, ingin melenyapkan diri. Bila saya mengatakan itu, saya tahu adalah mungkin untuk melenyapkan diri. Harap sabar. Pada saat saya berkata, “Saya ingin melenyapkan ini,” dan di dalam proses yang saya ikuti untuk melenyapkannya terdapat pengalaman tentang diri, dan dengan demikian diri itu diperkuat. Jadi, bagaimana mungkin bagi diri untuk tidak mengalami?

Kita dapat melihat bahwa penciptaan sama sekali bukan pengalaman tentang diri. Penciptaan ada bila diri tidak ada, oleh karena penciptaan bukanlah intelektual, bukan berasal dari pikiran, bukan diproyeksikan oleh diri, merupakan sesuatu yang berada diluar semua pengalaman seperti yang kita kenal.

Mungkinkah bagi batin untuk sungguh hening, berada dalam keadaan tak mengenal, yang berarti tak mengalami, berada dalam keadaan yang disitu penciptaan dapat berlangsung, yang berarti, bila diri tidak ada, bila diri absen?

Apakah pertanyaan saya ini jelas, atau tidak? Masalahnya adalah ini, bukan? Setiap gerak dari batin, positif atau negatif, adalah pengalaman yang sesungguhnya memperkuat sang “aku”. Mungkinkah bagi batin untuk tak mengenal? Itu hanya dapat terjadi bila terdapat keheningan sempurna, tetapi bukan keheningan yang merupakan pengalaman dari diri dan yang dengan demikian memperkuat diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...