Setiap orang sedang membawa banyak sampah didalam perutnya, karena itulah satu-satunya ruang dalam tubuh dimana engkau bisa menekan berbagai hal. Tidak ada ruang lain. Jika engkau ingin menekan apapun, itu harus ditekan didalam perut. Jika engkau ingin menangis, istrimu telah meninggal, kekasihmu telah meninggal, temanmu telah meninggal, tetapi menangis tidak terlihat baik, kelihatannya engkau adalah seorang yang lemah, menangis untuk seorang wanita, engkau menekannya, dimana engkau akan menaruh tangisan itu? Secara alami, engkau harus menekannya didalam perut. Itulah satu-satunya ruang yang tersedia didalam tubuh, satu-satunya tempat kosong, tempat engkau bisa memaksa.
Jika engkau menekan didalam perut, dan semua orang telah menekan berbagai macam emosi, cinta, seksualitas, kemarahan, kesedihan, tangisan, bahkan tawa. Engkau tidak bisa tertawa terbahak-bahak. Hal itu terlihat kasar, terlihat vulgar, maka engkau tidak beradab. Engkau telah menekan segala sesuatunya. Karena penindasan ini, engkau tidak bisa bernapas dalam-dalam, engkau harus bernapas dengan dangkal. Karena jika engkau bernapas dalam-dalam maka luka-luka penindasan itu, mereka akan melepaskan energi mereka. Engkau takut. Setiap orang takut untuk bergerak didalam perut.
Setiap anak, ketika lahir, bernapas melalui perut. Lihatlah seorang anak yang sedang tidur, perutnya naik turun, tidak pernah dadanya. Tidak ada anak yang bernapas dari dada, mereka bernapas dari perut. Mereka benar-benar bebas saat ini, tidak ada yang ditekan. Perut mereka kosong dan kekosongan itu memiliki keindahan didalam tubuh.
Begitu perut memiliki terlalu banyak penekanan didalamnya, tubuh terbagi menjadi dua bagian, yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Maka engkau bukan satu, engkau menjadi dua. Bagian bawah adalah bagian yang terbuang. Persatuannya hilang, sebuah dualitas telah memasuki keberadaanmu. Sekarang engkau tidak bisa menjadi indah, engkau tidak bisa menjadi anggun. Engkau sedang membawa dua tubuh bukannya satu dan akan selalu ada celah diantara keduanya. Engkau tidak bisa berjalan dengan indahnya. Entah bagaimana engkau harus membawa kaki-kakimu. Sesungguhnya jika tubuh itu satu, kaki-kakimu akan membawamu. Jika tubuh terbagi dua maka engkau harus membawa kaki-kakimu.
Engkau harus menyeret tubuhmu. Itu seperti beban. Engkau tidak bisa menikmatinya. Engkau tidak bisa menikmati jalan yang asyik, engkau tidak bisa menikmati berenang yang asyik, engkau tidak bisa menikmati lari cepat karena tubuhmu bukan satu. Untuk semua gerakan ini, dan untuk menikmatinya, tubuh perlu dipersatukan kembali. Satu kekompakan harus diciptakan lagi, perutnya akan harus dibersihkan sepenuhnya.
Untuk membersihkan perut, pernapasan yang sangat dalam diperlukan, karena ketika engkau menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan napas dalam-dalam, perut akan membuang semua yang dibawanya. Dalam napas keluar, perut membebaskan dirinya sendiri. Karenanya pentingnya pranayama, pernapasan berirama yang dalam.
Penekanannya harus pada napas keluar sehingga segala sesuatu yang tidak perlu yang telah terus dibawa oleh perut dikeluarkan.
Dan ketika perut tidak membawa emosi didalam, jika engkau mengalami sembelit (sulit buang air besar) maka sembelit itu tiba-tiba akan hilang. Ketika engkau menekan emosi di perut akan ada sembelit karena perut tidak bebas untuk memiliki gerakannya. Engkau sangat mengendalikannya, engkau tidak bisa membiarkannya bebas. Jadi jika emosi ditekan, akan ada sembelit. Sembelit itu lebih merupakan penyakit mental daripada penyakit fisik. Sembelit itu milik pikiran lebih daripada milik tubuh.
Tapi ingat, aku tidak sedang membagi pikiran dan tubuh menjadi dua. Mereka adalah dua aspek dari fenomena yang sama. Pikiran dan tubuh bukanlah dua hal. Sesungguhnya untuk mengatakan "pikiran dan tubuh" itu tidak baik, "pikiran-tubuh" akan menjadi ungkapan yang tepat. Tubuhmu adalah fenomena psikosomatik (berkaitan dengan jiwa dan raga). Pikiran adalah bagian tubuh yang paling halus, dan tubuh adalah bagian pikiran yang paling kasar. Dan keduanya saling mempengaruhi, mereka berjalan paralel. Jika engkau menekan sesuatu dalam pikiran, tubuh akan memulai perjalanan penindasan. Jika pikiran melepaskan segalanya, tubuh juga melepaskan segalanya. Itulah mengapa aku sangat menekankan katarsis (peluruhan). Katarsis adalah proses pembersihan.
Ini semua adalah laku tapa, puasa, makan secara alami, pernapasan yang dalam dan berirama, latihan yoga, menjalani kehidupan yang lebih alami, fleksibel dan luwes, menciptakan sikap yang semakin lama semakin tidak tertekan, membiarkan tubuh memiliki ucapannya sendiri, mengikuti kebijaksanaan dari tubuh. "Laku tapa menghancurkan ketidakmurnian" Inilah yang aku sebut sebagai laku tapa. "Laku tapa" tidak berarti untuk menyiksa tubuh. Ini berarti menciptakan api yang hidup didalam tubuh sehingga tubuh dibersihkan. Seolah-olah engkau telah melemparkan emas kedalam api, semua yang bukan emas terbakar. Hanya emas murni yang keluar darinya.
-Osho
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajara...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar