Jumat, 05 Juli 2019

BIJAK DALAM KEBODOHAN, BODOH DALAM KEBIJAKSANAAN

Ego selalu berusaha menjadi lebih dan semakin sempurna dan ketika engkau ingin menjadi sempurna engkau harus memilih, engkau tidak bisa total. Jika engkau ingin menjadi bijak, engkau harus memilih, engkau harus meninggalkan kebodohan, engkau harus berjuang melawan kebodohan. Dan jika engkau ingin menjadi sangat bijak, engkau harus memotong segala kemungkinan dari ketidaktahuan, kebodohan, kegilaan.

Tetapi manusia seutuhnya benar-benar berbeda. Ia bijak dalam kebodohannya, dia bodoh dalam kebijaksanaannya. Dia tahu bahwa dia bodoh, itu adalah kebijaksanaannya. Dalam dirinya yang berlawanan saling bertemu. Lao Tzu berkata: Semua orang tampaknya bijaksana kecuali diriku. Aku tampaknya bodoh. Semua orang berusaha menjadi bijak, berusaha menjadi berpengetahuan, mencoba menjadi cerdas, memotong, menyembunyikan, menekan kebodohan. Tetapi kebodohan memiliki keindahannya sendiri, jika ia bisa digabungkan dengan kebijaksanaan. Maka kebijaksanaan adalah total. Dan orang bijak terbesar dalam dimensi totalitas juga selalu bodoh. Mereka sangat sederhana dan polos sehingga mereka terlihat bodoh. Lao Tzu pasti terlihat bodoh bagi banyak orang. Dia terlihat bodoh, dia adalah keduanya. Dan itulah kesulitannya, pikiran mencari kesempurnaan. Siapa yang akan pergi kepada Lao Tzu? Tidak ada yang ingin menjadi bodoh dan bijaksana. Dan engkau bahkan tidak bisa memahami bagaimana seseorang bisa menjadi keduanya. Bagaimana orang bisa menjadi keduanya?

Diceritakan bahwa seorang Sufi mistikus sedang bepergian dan datang ke sebuah kota. Dan namanya telah sampai kesana sebelum dirinya, ketenarannya sudah dikenal. Maka orang-orang berkumpul dan berkata, "Ajarkanlah sesuatu kepada kami".

Mistikus itu berkata, "Aku bukan orang yang bijak, karena aku juga bodoh. Engkau akan bingung dengan ajaranku, jadi lebih baik biarkanlah aku diam". Tetapi semakin dia berusaha menghindarinya, semakin mereka bersikeras, semakin mereka tertarik dengan kepribadiannya.

Akhirnya dia menyerah dan berkata, "Baiklah. Jumat yang akan datang ini aku akan datang ke masjid. Itu adalah desa muslim dan apa yang engkau ingin aku bicarakan?"

Mereka berkata, "Tentu saja, tentang Tuhan".

Jadi dia dating, seluruh desa berkumpul, dia telah menciptakan sensasi yang sedemikian. Dia berdiri di mimbar dan mengajukan pertanyaan, "Apakah engkau tahu apapun tentang apa yang akan aku katakan tentang Tuhan?"

Penduduk desa tentu saja menjawab, "Tidak, kami tidak tahu apa yang akan engkau katakan".

"Kalau begitu," katanya, "tidak ada gunanya, karena jika engkau tidak tahu sama sekali, engkau tidak akan bisa mengerti. Sedikit persiapan diperlukan dan engkau benar-benar tidak siap. Itu akan sia-sia dan aku tidak akan bicara". Dia meninggalkan masjid.

Penduduk desa bingung: apa yang harus dilakukan? Mereka membujuknya lagi pada hari Jumat berikutnya. Jumat berikutnya dia datang lagi. Dia mengajukan pertanyaan yang sama, semua penduduk desa sudah siap. Dia bertanya, "Apakah engkau tahu apa yang akan aku bicarakan denganmu?"

Mereka berkata, "Ya, tentu saja."

Jadi dia berkata, "Maka tidak perlu berbicara. Jika engkau sudah tahu, selesai. Mengapa tanpa perlu menggangguku dan membuang waktumu?" Dia meninggalkan masjid. Penduduk desa benar-benar bingung, apa yang harus dilakukan dengan pria ini? Tapi sekarang minat mereka menjadi gila. Dia pasti menyembunyikan sesuatu! Jadi mereka kembali membujuknya.

Dia datang, dan sekali lagi dia menanyakan pertanyaan yang sama, "Apakah engkau tahu apa yang akan aku bicarakan?"

Sekarang penduduk desa menjadi sedikit lebih bijaksana. Mereka berkata, "Setengah dari kami tahu dan setengah dari kami tidak tahu".

Mistikus itu berkata, "Maka itu tidak perlu. Mereka yang tahu dapat memberi tahu mereka yang tidak tahu".

Inilah orang yang bijak dan bodoh, dia terlihat bodoh tetapi dia sangat bijaksana dalam kebodohannya, dia terlihat sangat bijak tetapi berperilaku seperti orang bodoh. Jika engkau memahami kehidupan, semakin dalam engkau melangkah, semakin dalam engkau akan memahami bahwa keseluruhannya pantas untuk dipilih. Itu berarti tidak perlu memilih. Pilihan akan memotong-motong keseluruhannya dan apapun yang engkau dapatkan akan terpisah-pisah dan mati. Kebijaksanaan dan kebodohan ada bersama dalam kehidupan, jika engkau memotongnya maka kebijaksanaan akan terpisah dan kebodohan akan terpisah, tetapi keduanya akan mati. Seni kehidupan terbesar adalah membiarkan mereka tumbuh bersama dalam keseimbangan sehingga kebijaksanaanmu membawa sifat kebodohan tertentu dan kebodohanmu membawa sifat kebijaksanaan tertentu. Maka engkau menjadi sepenuhnya.

-Osho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...