Sirajuddin berkata, “Saya menjelaskan sebuah masalah dengan terperinci, tetapi didalam diri, saya menderita luka”.
Luka itu dirasakan karena seorang penjaga tidak akan membiarkan engkau berbicara. Meskipun tidak dapat melihatnya, secara inderawi, tapi ketika engkau merasa rindu, merasa kasih atau sedang terluka, engkau akan tahu bahwa penjaga yang selalu menjagamu. Sebagai contoh, engkau pergi kedalam air. Engkau merasakan kelembutan, bunga dan tanaman bawah air, tetapi ketika engkau pergi ke sisi lain dikedalaman air, tiba-tiba engkau tergores duri. Maka engkau tahu meskipun tidak melihatnya bahwa sisi yang lain dari kolam itu adalah tempat bunga tumbuh, tempat kenyamanan. Ini dinamakan intuisi dan intuisi lebih nyata dibandingkan dengan pengalaman inderawi. Sebagai contoh, rasa lapar, haus, marah dan kesenangan tidak ada satupun dari hal-hal tersebut yang berwujud, tapi semuanya terasa lebih nyata dibandingkan dengan hal-hal yang berwujud dan terindera. Apabila menutup mata, engkau tidak mampu lagi melihat hal berwujud. Meski demikian, engkau tidak dapat menghalau lapar dari dirimu sendiri dengan tipu muslihat apapun. Sama halnya, panas dan dingin, rasa manis dan rasa pahit pada makanan, semuanya tidak berwujud, tetapi lebih nyata dari pada yang berwujud.
Kenapa engkau menghargai tubuh sedemikian tinggi? Hubungan apa yang engkau miliki dengannya? Engkau mendapatkan makanan tanpanya, terus hidup tanpanya. Saat malam hari, engkau tak memperdulikannya dan pada siang hari engkau disibukkan dengan perhatian pada yang lain. Karena tidak memperhatikannya sesaatpun dan lebih memperhatikan yang lain, mengapa engkau merasa gemetar ketakutan terhadap tubuh? Apa yang menjadi dasar perbandingan antara engkau dan tubuhmu? Engkau berada di lembah dan aku berada ditempat lain”. Tubuh ini adalah penipuan besar, dia berpikir bahwa dirinya mati. Ia memang mati. Katakan, hubungan apa yang engkau miliki dengan tubuh? Ia adalah sihir yang besar. Ketika para penyihir Fir’aun menjadi sadar akan dirinya, mereka mengorbankan tubuhnya. Mereka melihat dirinya memperoleh kehidupan tanpa tubuh ini dan tubuh ini tidak memiliki hubungan dengan mereka. Maka, demikian juga, ketika Ibrahim, Ismail, Nabi dan orang suci menyadari diri, mereka menghentikan perhatian pada tubuh, mereka tak lagi mempedulikan apakah tubuh itu ada atau tidak.
Hallaj, setelah mengambil halusinogen, (semacam zat kimia yang mengakibatkan penggunanya berada antara realitas dan khayalan). Meletakkan kepalanya pada pintu dan menjerit, “Jangan pindahkan pintu! Apabila engkau lakukan, kepalaku akan terjatuh”. Dia berpikir kepalanya terpisah dari tubuhnya dan sedang ditahan pintu. Keadaan kita juga seperti itu, juga keadaan setiap orang. Kita menganggap bahwa kita memiliki hubungan dengan tubuh atau segala hal yang ditopang tubuh kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajara...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar