Minggu, 02 Juni 2019

MANUSIA ANTARA NASUT DAN LAHUT

Raja muda berkata, “Pada jaman dahulu kaum kafir pernah menyembah berhala. Dan kini melakukan hal yang sama. Mengapa kita menganggap diri kita Muslim sedangkan kita membungkukkan diri dan tunduk keapda bangsa Mongol? Mengapa kita juga memiliki demikian banyak ‘berhala’ lain didalam diri, berhala rakus, nafsu, dendam dan iri? Karena sebagaimana kita taat kepada itu semua, baik pada berhala yang diluar ataupun berhala yang didalam diri, maka kita sama saja seperti orang kafir. Bagaimana mungkin kita menganggap diri kita Muslim?”

Masih ada hal lain yang akan aku ungkapkan. Ketika engkau beranggapan bahwa semua hal yang engkau lihat buruk, pasti mata hatimu telah melihat sesuatu yang agung dan tidak terbandingkan, hingga membuat yang lain tampak buruk dan rendah. Air payau tampak demikian jelek untuk orang yang pernah merasakan air manis. “Dan kebaikannya setiap hal diwujudkan”. Maka Tuhan telah menampakkan cahaya iman kedalam jiwamu sehingga melihat semua hal lain tampak buruk. Hanya jika dipertentangkan dengan keindahanlah sesuatu akan tampak buruk. Orang lain, yang tidak mengalami ‘penderitaan” ini, mereka akan merasa berbahagia dan berkata pada diri mereka, “itulah yang semestinya terjadi”. Tuhan, berharap menganugerahkan kepadamu apa-apa yang engkau cari. Engkau akan diberi sesuai dengan keinginanmu. Seperti bunyi peribahasa, “Burung terbang karena sayap mereka tetapi orang beriman karena cita-citanya”.

Ada tiga jenis makhluk. Yang pertama adalah Malaikat, yang merupakan intelek sejati. Taat, meyembah dan konsisten berzikir pada Tuhan adalah sifat mereka dan perangkat makanannya. Ketaatannya pada Tuhan adalah makanan yang mereka makan, makanan yang menghidupinya. Seperti ikan didalam air, hidupnya didalam air, ranjang dan bantalnya adalah air. Malaikat tidak harus melakukan apa yang mereka (ingin) lakukan. Mereka murni dan terbebas dari nafsu. Kebaikan apa yang mereka dapat karena tidak memiliki nafsu. Kebaikan apa yang mereka dapat karena tidak memiliki nafsu atau tidak memiliki hasrat badainiah? Karena murni, mereka tidak perlu berjuang melawan godaan. Ketaatan yang dilakukan malaikat tidak berarti apa-apa, sebab hal itu sudah menjadi sifatnya dan mereka tidak mampu untuk melakukan hal-hal yang sebaliknya.

Jenis kedua adalah binatang, yang murni hanya memiliki nafsu dan tidak memiliki intelek sama sekali. Mereka juga berada dibawah aturan tanpa moral seperti seorang lelaki malang, yang merupakan gabungan antara intelek dan nafsu. Sebagian dirinya adalah malaikat dan sebagiannya binatang. Sebagian naga dan sebagian ikan. Keikanannya meranik dia kedalam air dan kenagaannya menariknya kedaratan. Mereka terus menerus tarik-menarik. “Orang yang inteleknya melampaui nafsunya, dia mencapai derajat yang lebih tinggi dari malaikat dan orang yang nafsunya mengalahkan inteleknya, dia akan terjatuh pada derajat yang lebih rendah dari binatang”.

Malaikat bebas karena pengetahuannya,

Binatang bebas karena kebodohannya,

Diantara keduanya, manusia yang tetap berjuang.

Lalu ada sejumlah manusia mengikuti intelek hingga mereka seluruhnya mirip malaikat dan memiliki cahaya sejati. Mereka ini nabi dan orang suci yang terbebas dari ketakutan dan pengharapan, orang yang tidak merasa takut dan tidak akan bersedih hati (QS. 10:62). Ada lagi jenis yang lain, jenis ketiga, yakni orang yang inteleknya telah demikian dikuasai nafsu hingga mereka benar-benar bagaikan binatang. Dan sekelompok lainnya masih tetap berjuang. Mereka adalah sekelompok orang yang mengalami penderitaan dan kemarahan tertentu dalam dirinya dan merasa tidak puas dengan hidup mereka. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keimanan. Orang suci berdiri menanti untuk membawa mereka menuju derajat yang lebih tinggi hingga sampai pada derajat orang suci. Iblis juga selalu menunggu untuk menarik mereka ke jurang kehancuran yang paling dalam.

Kami ingin meeka, juga yang lainnya.

Siapa yang ingin menang? Siapa yang lebih mereka inginkan?

Ketika pertolongan Tuhan pasti datang, dan kemenangan ....... (QS. 110 : 1). Penafsir eksoterik telah menafsirkan pernyataan ini untuk mengartikan bahwa ambisi nabi adalah menciptakan Dunia Muslim dan membawa seluruh manusia pada jalan Tuhan. Ketika tahu kematiannya telah dekat, dia bersabda, “Ya Tuhan, Aku belum hidup cukup lebih lama untuk menyeru manusia”. Jangan berputus asa”. Jawab Tuhan, “Karena beberapa saat lagi begitu engkau meninggal, Aku akan membuat negeri dan kota, yang engkau taklukkan dengan pasukan dan pedang, menjadi kaum yang taat dan beriman. Dan tanda itu telah pasti, pada akhir sisa waktumu engkau akan melihat orang berduyun-duyun datang menjadi Muslim. Ketika engkau lihat itu, ketahuilah bahwa saatmu untuk berpisah telah datang. Sekarang memujilah dan meminta pengampunan, karena engkau akan melewati tahap itu”.

Ahli-ahli mistik, pada sisi lain, berkata bahwa maknanya adalah sebagai berikut. Manusia membayangkan bahwa dia mampu untuk membersihkan diri dari ciri khas dasarnya dengan perbuatan dan usaha keras. Ketika dia berusaha keras dengan mengeluarkan lebih banyak energi, mereka mendapatkan kekecewaan. Tuhan berfirman kepadanya, “Engkau pikir hal itu akan tercapai dengan energi, perbuatan dan amalmu sendiri. Itu tentu saja sebuah berkah yang telah Aku tetapkan. Apa-apa yang telah engkau miliki mesti dibelanjakan atas nama Kami. Hanya dengan cara itu rahmat Kami akan datang. Kami berkata kepada kalian, “Lakoni jalan tanpa akhir ini dengan kaki lemahmu”. Kami tahu bahwa dengan kaki lemahmu kalian tidak akan pernah menyelesaikan jalan ini pada ratusan ribu tahun engkau tidak akan pernah menyelesaikan bahkan satu jenjang jalan ini”. Hanya ketika engkau berupaya dan datang ke jalan lalu akhirnya jatuh, tidak mempu pergi selangkahpun lagi, maka kemudian engkau akan diangkat karena kebaikan Tuhan.

Seorang anak kecil diambil dan dibawa ketika sedang dirawat. Namun. Ketika tumbuh dewasa dia dibiarkan pergi atas kemauannya sendiri. Maka sekarang, ketika engkau tidak lagi memiliki kekuatan yang tersisa, engkau akan dibawa oleh kebaikan Tuhan. Ketika memiliki kekuatan dan mampu menghabiskan energimu, dari waktu kewaktu pada keadaan antara tidur dan jaga, Kami membekalkan kalian rahmat untuk memperoleh kekuatan didalam pencarian dan menyemangatimu. Sekarang, ketika engkau tidak lagi memiliki kekuatan untuk melanjutkan perjalanan, carilah pada rahmat dan cinta Kami dan lihatlah betapa rahmat mengelilingimu. Sekarang pujilah Tuhanmu, dan mintalah ampunan kepada Dia (QS. 110 : 3). Carilah ampunan untuk pikiranmu dan sadarilah bahwa engkau sekedar membayangkan semua ini dapat muncul dari prakarsamu sendiri. Engkau tidak melihat itu semua datang dari Kami. Sekarang engkau telah melihat semua itu berasal dari Kami, carilah ampunan. Dia cenderung untuk memafkan (QS. 110 : 3).

Kami tidak mencintai pangeran karena kemampuan administrasi, kecendekian atau perbuatannya. Orang lain juga mungkin mencintai dia karena hal-hal itu, tetapi mereka tidak melihat “wajah” dia, mereka hanya melihat “punggung” dia. Dia bagaikan cermin dan sifat-sifatnya bagaikan mutiara berharga dan emas bersepuh pada punggung cermin. Mereka yang mencintai emas dan mencintai mutiara melihat pada punggung cermin. Mereka yang mencintai cermin, meski demikian, tidak melihat pada mutiara ataupun emas, mereka selalu melihat pada cermin itu sendiri. Mereka mencintai cermin karena itu adalah cermin, karena “kecerminannya”. Karena mampu melihat keindahan didalam cermin, mereka tidak pernah merasa lelah untuk menatapnya.

Pada sisi lain, siapapun yang memiliki wajah buruk atau rusak, lalu dia melihat pada cermin dan mendapatkan wajahnya buruk, dia akan cepat-cepat berpaling dari cermin dan melihat permata. Sekarang, apabila mereka membuat ribuan rancangan pada punggung cermin dan menghias punggung cermin itu dengan permata, apakah hal itu akan menurunkan keutamaan bagian depan cermin? Tuhan mencampurkan aspek kebinatangan dan kemanusiaan sedemikian rupa hingga keduanya jelas. “Dengan melihat kebalikanny lah, segala sesuatu akan mengejawantah dengan jelas”, yakni segala sesuatu dapat diidentifikasi melalui lawannya. Meski demikian, Tuhan tidak memiliki lawan. Tuhan berfirman, “Aku adalah harta tersembunyi dan Aku ingin diketahui”. Dia berfirman dan kemudian terciptalah dunia ini, yang pada awalnya gelap, agar cahaya Dia terlihat nyata. Sama halnya Dia menciptakan Nabi dan orang suci dan berfirman, “Muncullah dengan sifat-Ku kepada ummat-Ku”. Mereka adalah pusat cahaya Tuhan yang berfungsi untuk membedakan seorang sahabat dari musuh atau orang asing. Tapi tidak ada lawan untuk suatu hakikat. Lawan hanya ada pada bentuk, seperti Adam yang dipertentangkan dengan iblis, Musa dengan Fir’aun, Ibrahim dengan Namrud, Nabi Muhammad dengan Abu Jahal dan seterusnya. Dan Tuhan mengejawantah melalui orang suci, meskipun dari sisi hakikat Dia tidak memiliki lawan. Semakin permusuhan dan pertentangan tumbuh, semakin mereka berhasil dan memperoleh kemasyhuran. Mereka mencari untuk membedakan cahaya Tuhan dengan mulut mereka, tetapi Tuhan akan menyempurnakana cahaya-Nya meskipun orang kafir menentangnya (QS. 61 : 8).

Rembulan memancarkan cahayanya dan anjing menyalak.

Apakah salah rembulan jika anjing dicipta demikian?

Tiang-tiang surgawi disinari rembulan.

Siapakah anjing itu, berada diantara pepohonan berduri di dunia?

Banyak sekali orang yang disiksa Tuhan dengan berbagai anugerah, harta benda, emas, martabat, bahkan meskipun jiwanya telah bebas dari hal-hal itu.

Seorang lelaki miskin yang melihat seorang pangeran di kerajaan orang Arab dan mendapati cahaya Nabi dan orang suci pada kening pangeran, berkata, “Terpujilah Dia yang menyiksa budak-Nya dengan berbagai anugerah!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...