Minggu, 02 Juni 2019

ISI CANGKIR LEBIH UTAMA DIBANDING BENTUKNYA

“Yang tercinta” akan selalu terlihat indah bagi yang mencintainya. Tapi pernyataan itu tidak bisa dibalikkan, tidak setiap keindahan akan selalu dicintai. Keindahan merupakan bagian dari “yang tercinta”. “Yang tercinta” adalah bagian yang utama. Jika cinta telah melingkupi “Yang tercinta” maka keindahan akan mengikutinya dan menjadi bagian dari “yang tercinta”. Bagian dari suatu hal tidak dapat dipisahkan dari keseluruhannya. Bagian mesti menyinggung keseluruhan. Ketika Majnun mencintai Layla, kala itu ada banyak gadis yang lebih cantik daripada Layla. Tetapi Majnun tak mencintai mereka. Ketika dikatakan padanya, “Ada banyak gadis yang lebih cantik daripada Layla. Dan biarkan kami memperlihatkannya kepadamu”. Dia akan selalu menjawab, “Aku tidak mencintai Layla karena bentuk luarnya. Layla bukan bentuk luar, dia bagaikan piala yang aku genggam dan dari sana aku meminum anggur. Aku mencintai anggur yang aku minum. Engkau hanya melihat piala dan tidak menyadari keberadaan anggur. Apa gunanya piala emas untukku bila piala itu hanya berisi cuka atau yang lain selain anggur? Bagiku, labu tua pecah berisi anggur akan lebih baik daripada ribuan piala seperti itu”. Orang membutuhkan cinta dan kerinduan untuk membedakan anggur dari cangkir.

Sebagai contoh, datangkan orang lapar yang belum makan selama sepuluh hari dan seorang lagi yang sudah makan sebanyak lima kali sehari. Kemudian, suguhkan ke hadapan mereka setangkup roti. Orang yang telah makan banyak akan melihat roti itu hanyalah sebentuk roti. Sedangkan orang yang lapar melihat roti sebagai peenyambung hidupnya. Bagi orang yang sudah kekekanyangan, roti itu tampak seperti cangkir baginya. Dan bagi orang lapar, roti itu bagaikan anggur dalam cangkir. Orang yang memiliki keinginan dan hasrat sajalah yang dapat melihat “anggur”. Maka untuk bisa melihat anggur, engkau harus melihatnya dengan mata simpatik dan penuh hasrat. Engkau tak lagi hanya menjadi pengamat bentuk, namun melihat hal yang nyata dari seorang kekasih. Bentuk luar manusia dan benda yang diciptakan menyerupai cangkir dan hal-hal lain seperti pengetahuan, seni serta ilmu, adalah hiasan cangkir tersebut. Ketika gelas pecah, tidak ada sedikit pun “hiasan” yang tersisa. Hal penting kemudian adalah anggur yang mengikuti bentuk gelas. Siapapun yang melihat dan meminum anggur tahu bahwa pekerjaan baik akan abadi (QS. 18 : 46).

Ada dua hal yang harus dipahami oleh seseorang calon pejalan. Pertama, ketika dia menganggap sesuatu hal adalah hal itu sendiri, maka dia telah salah mempersepsi. Kedua, dia harus memahami kata dan kebajikan lain yang lebih baik dan lebih tinggi daripada apa yang dia ungkapkan, yakni seharusnya dia berkata, “Saya tidak tahu”. Dengan begitu kita telah merealisasikan suatu ungkapan yang berbunyi “Bertanya adalah sebagian pengetahuan”.

Setiap orang meletakkan harapannya kepada orang lain, tetapi yang dicari oleh semuanya adalah Tuhan. Dalam harapan pada-Nya-lah setiap orang menghabiskan hidupnya. Meski demikian dalam pencarian ini, dalam hubungan antara manusia dan Tuhannya, setiap orang harus dibedakan agar diketahui mana yang menonjol dalam usahanya dan mana yang harus dipukul oleh tongkat polo raja agar dia mengakui kesatuan dan keesaan Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan sebagaimana layaknya orang yang tenggelam. Orang yang tenggelam akan dikendalikan oleh air dengan sempurna. Orang yang tenggelam itu sendiri tidak mempunyai kendali terhadap air. Seorang perenang maupun seorang yang tenggelam sama-sama berada didalam air, orang terakhir dikendalikan dan dikontrol oleh air, sementara perenang dikendalikan oleh kekuatan dan kemauannya sendiri.Setiap gerak yang dibuat oleh orang tenggelam itu, tentu saja, setiap perbuatan dan kata yang keluar darinya, berasal dari air, bukan darinya. Ia hanya seonggok “mesin”. Ketika engkau mendengar kata yang keluar dari dinding, engkau tahu bahwa itu bukanlah dinding, ada seseorang yang membuat dinding tampak berbicara. Orang suci bisanya begitu. Mereka telah mati sebelum mati dan menjadi seperti dinding, tanpa sedikitpun diri yang tertinggal pada mereka.

Mereka seperti perisai ditangan seorang yang amat berkuasa. Gerakan perisai tidak berasal dari perisai (dan inilah dimaksudkan dengan “AKU ADALAH AL-HAQ” itu). Perisai berkata, “Aku tidak berada disini sama sekali , gerakanku berasal dari tangan yang Nyata“. Ketika engkau mampu melihat perisai sebagai Tuhan, jangan berjuang menentang-Nya. Karena yang berjuang melawan perisai itu berarti berperang melawan Tuhan dan menempatkan dirinya melawan Dia. Sejak Jaman Adam hingga kini engkau telah mendengar apa yang terjadi kepada orang seperti Fir’aun, Shaddad, Namrud, Suku “ad, Ummat Luth, Tsamud dan seterusnya. Perisai itu akan ada sampai Hari Kebangkitan, zaman demi zaman. Kadang-kadang berbentuk nabi dan kadang-kadang berbentuk orang suci. Semuanya terjdi agar orang saleh dapat dibedakan dari yang tidak saleh, musuh dari sahabat. Maka setiap orang suci adalah “bukti” bagi orang-orang yang lainnya. Dengan melakukan hubungan dengan orang-orang suci itulah seseorang akan memperoleh bagian dan ketinggian mereka. Apabila mereka memusuhi orang-orang suci, mereka bermusuhan dengan Tuhan. Apabila mereka mencintainya, mereka mencintai Tuhan, “Siapapun yang melihatnya, berarti dia melihat-Ku dan siapapun yang mencarinya, berarti dia mencari-Ku”. Hamba Tuhan akan mengetahui rahasia tempat suci-Nya. Seluruh jejak diri, hasrat dan seluruh akar penghianatan telah dipangkas dan dibersihkan dari orang yang melayani Dia. Mereka akan memperoleh persembahan dari dunia karena telah mengetahui rahasia misteri. Karena, tidak seorangpun akan mendapatkan bagian yang sama, kecuali orang-orang yang suci (QS. 56 : 70).

Bukan merupakan suatu penolakan atau ketidakpedulian jika seseorang menghadapkan punggungnya pada kuburan orang suci. Dan bukan pula suatu kesalahan jika seseorang menghadapkan wajahnya pada jiwa mereka. Sebab, kata yang keluar dari mulut kita adalah jiwa-jiwa mereka. Bukan suatu kesalahan untuk menghadapkan punggung pada tubuh dan menghadapkan wajah pada jiwa.

Aku sangat menginginkan agar tak ada seorangpun yang menderita karena cintaku. Aku tidak senang ketika sahabatku menghalangi sejumlah orang yang ingin melemparkan dirinya kepadaku selama sama. Aku telah mengatakan ratusan kali agar tidak seorangpun berhasrat untuk berbicara denganku. Hanya dengan demikianlah aku menggubah syair untuk menjamu mereka. Kalau tidak, mereka jadi bosan. Kalau tidak, apakah untuk bumi aku akan menyemburkan syair? Aku dikesalkan syair. Aku tidak berpikir ada sesuatu yang lebih buruk dari syair. Itu seperti seseorang yang mengambil babat kemudian dia mencucinya untuk disuguhkan pada tamu yang menginginkan babat itu. Karena hal itulah aku menggubah syair. Manusia mesti melihat ke kota untuk memperhatikan barang yang dibutuhkannya meskipun barang itu adalah dagangan paling buruk mutunya.

Aku telah mempeljari berbagai cabang pengetahuan dan memperoleh luka yang dalam agar para terpelajar, mistikus, orang pandai, serta pemikir datang kepadaku untuk memperluas sesuatu yang berharga, ajaib dan tepat. Tuhanpun menginginkan hal ini. Karena itu Dia mengumpulkan seluruh studi disini dan memposisikanku dengan segenap penderitaan ini hingga aku mesti menyibukkan diri dengan tugas ini. Apa yang mesti aku lakukan? Di negeri kami dan diantara orang kami tidak ada yang lebih tidak dihormati daripada pekerjaan menjadi penyair. Sudahkah kita kembali ke negeri asal kita? Kami akan hidup dalam keselarasan dengan selera mereka dan melakukan apa yang mereka inginkan, misalnya pengajaran, menulis buku, berkhutbah, melakukan kezuhudan dan mengerjakan perbuatan saleh.

Pangeran Parwana berkata kepadaku bahwa dasar segala sesuatu adalah perbuatan. Aku menanyainya, dimanakah posisi orang-orang yang berbuat? Dimanakah posisi para pencari perbuatan hingga aku mampu memperlihatkan kepada mereka sejumlah perbuatan? Kalian adalah pencari kata-kata. Engkau memiliki seperangkat pendengaran untuk mendengar sesuatu. Apabila kami tidak berkata apa-apa engkau akan bosan. Jadilah pencari perbuatan dan kami dapat memperlihatkan sesuatu kepadamu. Kami mencari ke seluruh dunia manusia yang dapat kami perlihatkan perbuatan kepadanya. Karena tidak menemukan pembeli perbuatan dan hanya menemukan pembeli kata-kata, maka kami menyibukkan diri dengan pembicaraan. Karena engkau bukan pelaku, bagaimana mungkin engkau mengetahui apakah perbuatan itu? Perbuatan hanya dapat diketahui melalui perbuatan, kecendekiaan diketahui melalui studi. Bentuk diketahui dari bentuk. Isi diketahui dari isi.

Karena tidak ada seorangpun lagi menjelajahi jalan sepi ini, maka apabila kami disini dan sibuk dengan perbuatan, bagaimana mungkin seseorang pernah melihatnya? Apa yang kumaksud “perbuatan” disini bukanlah perbuatan seperti puasa atau shalat. Semua itu hanyalah bentuk dari perbuatan. “Perbuatan” adalah isi batin. Sejak jaman Adam hingga jaman Nabi Muhammad, shalat dan puasa tidak pernah berbentuk seperti sekarang. Ia selalu berubah. Tetapi perbuatan akan tetap demikian. Apa-apa yang lain hanyalah bentuk dari perbuatan, perbuatan adalah makna dalam diri manusia. Ketika engkau berkata bahwa obat telah “bekerja”, tidak ada bentuk pekerjaan yang bisa dilihat darinya, hanya “makna” yang didapatkan. Ketika seseorang berkata bahwa orang tertentu adalah perantara di kota, orang tidak melihat “bentuk” apapun. Maka perbuatan bukanlah yang secara umum telah dipahami istilahnya, seperti yang dibayangkan oleh sebagian besar orang. Mereka menginginkan agar “perbuatan” itu menjadi sesuatu yang tampak. Apabila seorang munafik mengerjakan perbuatan kewajiban agama, apa yang dilakukannya tidak menguntungkan dirinya sedikitpun karena dia tidak memiliki “makna” ikhlas dan iman. Dasar segala sesuatu adalah pembicaraan dan ucapan. Sekarang engkau tidak tahu apa-apa tentang “pembicaraan dan ucapan” ini. Engkau meremehkan hal itu. Padahal pembicaraan adalah buah dari pohon perbuatan, karena ucapan dilahirkan dari perbuatan. Tuhan menciptakan dunia melalui sabdanya, Jadi! Dan jadilah dia (QS. 36 : 82). Iman berada didalam hati. Tetapi apabila engkau tidak mengatakannya terus terang, tidak ada gunanya. Beribadah, yang merupakan serangkaian perbuatan, tidak benar jika tanpa berdasarkan Al-Qur’an. Sekarang engkau berkata bahwa di jaman kita kini kata-kata tidak dapat dihargai. Karena kata tidak berharga, mengapa kami mau mendengarkan engkau berbicara, apakah itu juga tak berharga? Perihal ini juga engkau ungkapkan dengan kata-kata.

Disini seseorang bertanya, “Apakah berbahaya untuk meletakkan harapan seseorang pada Tuhan dan berharap ganjaran baik karena telah melakukan perbuatan dan amal baik?”

Ya. Orang mesti memiliki harapan dan iman atau yang diungkapkan dalam cara lain. Rasa takut dan pengharapan. Seseorang menanyai aku, karena harapan adalah hal yang baik, apakah takut itu? “Tunjukkan kepadaku rasa takut tanpa harap!” Aku menjawab, “Atau harap tanpa takut, karena itu dua hal yang tak terpisahkan”. Karena engkau bertanya, aku akan beri sebuah contoh. Ketika seseorang menanam gandum, dia tentu berharap itu akan tumbuh. Meski begitu, pada saat bersamaan, dia sangat takut apabila hama atau bencana dapat menimpa tanaman itu. Tidak ada hal yang mengandung harap tanpa mengandung takut. Tidak juga takut tanpa harap. Sekarang, apabila ada seseorang yang mengharapkan balasan baik, orang pasti akan lebih cerdas didalam tugasnya. Pengharapan adalah “sayap” seseorang dan semakin kuat sayap, semakin tinggi terbangnya. Ketika orang remuk redam, dia jadi acuh tak acuh dan tak melayani dirinya dengan baik. Orang sakit mengambil obat pahit dan mengacuhkan sepuluh makanan manis yang dia sukai. Apabila bukan karena harapan atas kesembuhan kesehatannya, bagaimana mungkin dia mampu melakukan hal-hal seperti itu?

“Manusia adalah binatang rasional”. Manusia adalah gabungan kebinatangan dan rasionalitas. Kebinatangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan darinya, begitu pula rasionalnya. Bahkan apabila dia tidak dapat dipisahkan darinya, begitu pula rasionalnya. Bahkan apabila dia tidak berkata terus terang, batinnya sedang berbicara, dia akan selalu berbicara. Dia bagaikan semburan tempat lumpur yang diaduk. Air bersih adalah rasionya dan lumpur adalah kebinatangannya. Lumpur hanya aksiden (bentuk yang melekat). Tidakkah engkau lihat ketika lumpur beserta bentuknya yang telah jadi lenyap dan hancur, daya nalar dan pengetahuannya tentang kebaikan dan kejahatan tetap ada?

“Manusia hati” (man of heart) adalah segalanya. Apabila telah melihat dia, engkau telah melihat segalanya. Inti perburuan adalah perut keledai liar, sebagaimana diistilahkan. Seluruh orang di dunia adalah bagian dari dia dan dia adalah keseluruhannya.

Kebaikan dan keburukan adalah bagian dari darwisy.

Jika tidak, dia bukanlah darwisy.

Ketika engkau telah melihat darwisy, berarti engkau telah melihat seluruh dunia. Siapapun yang mencarinya pasti mendapat sesuatu yang berlebih. Kata-kata darwisy adalah keseluruhan kata-kata. Ketika engkau telah mendengar perkataan mereka, dimanapun engkau mungkin mendengarnya, katakata lain hanyalah pengulangan.

Apabila engkau melihat dia di panggung manapun, bagaikan

Engkau telah melihat semua orang dan semua tempat.

Wahai engkau, salinan Kitab Ilahi.

Wahai engkau, cermin keindahan agung

Tak ada dunia diluar dirimu

Carilah dalam dirimu apapun yang engkau inginkan,

Itulah engkau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...