Sabtu, 23 Maret 2019

PENCERAHAN 5

Aku tertawa, tertawa terbahak-bahak yang nyata, melihat seluruh kemustahilan mencoba untuk menjadi tercerahkan. Seluruhnya adalah konyol karena kita dilahirkan tercerahkan, dan untuk mencoba sesuatu yang sudah terjadi adalah hal yang paling tidak masuk akal. Jika engkau sudah memilikinya, engkau tidak dapat mencapainya, hanya hal-hal yang bisa dicapai yang engkau tidak punya, yang bukan bagian hakiki dari keberadaanmu. Tapi pencerahan adalah sifat alamimu.

Aku telah berjuang untuk itu selama banyak kehidupan, itu adalah satu-satunya tujuan untuk begitu banyak kehidupan. Dan aku telah melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk dilakukan untuk mencapai hal itu, tapi aku selalu gagal. Itu pasti akan demikian karena itu tidak bisa dicapai. Itu adalah sifat alamimu, jadi bagaimana itu bisa menjadi pencapaianmu? Itu tidak bisa dibuat menjadi satu ambisi.

Pikiran adalah ambisius, ambisius untuk uang, kekuasaan, gengsi. Dan kemudian suatu hari, ketika ia menjadi muak dengan semua kegiatan ekstrovert ini, ia menjadi ambisius untuk pencerahan, untuk pembebasan, untuk nirwana, untuk Tuhan. Tapi ambisi yang sama telah kembali, hanya objeknya ia ubah. Pertama objeknya ada diluar, sekarang objeknya ada didalam. Tapi sikapmu, pendekatanmu tidak berubah, engkau adalah orang yang sama dalam kebiasaan yang sama, dalam rutinitas yang sama.

"Hari aku menjadi tercerahkan" hanya berarti hari aku menyadari bahwa tidak ada yang perlu dicapai, tidak ada tempat untuk pergi, tidak ada yang bisa dilakukan. Kita sudah ilahi dan kita sudah sempurna, seperti kita adanya. Tidak ada perbaikan yang dibutuhkan, tidak ada perbaikan sama sekali. Tuhan tidak pernah menciptakan siapapun yang tidak sempurna. Bahkan jika engkau menemukan seorang pria yang tidak sempurna, engkau akan melihat bahwa ketidaksempurnaannya adalah sempurna.

Tuhan tidak pernah menciptakan apapun yang tidak sempurna.

Aku telah mendengar tentang Master Zen Bokuju yang mengatakan kebenaran ini kepada murid-muridnya, bahwa semuanya sempurna.

Seorang pria berdiri, sangat tua, punggungnya bungkuk dan dia berkata, "Bagaimana denganku? Aku bungkuk. Apa yang engkau katakan tentang aku?" Bokuju berkata, "Aku belum pernah melihat punggung bungkuk yang begitu sempurna dalam hidupku".

Ketika aku mengatakan "hari aku mencapai pencerahan," aku menggunakan bahasa yang salah karena tidak ada bahasa lain, karena bahasa kita diciptakan oleh kita. Itu terdiri dari kata-kata "prestasi," "pencapaian," "tujuan," "perbaikan" "kemajuan," "evolusi". Bahasa kita tidak diciptakan oleh orang-orang yang tercerahkan dan pada kenyataannya mereka tidak dapat membuatnya bahkan jika mereka mau karena pencerahan terjadi dalam keheningan. Bagaimana engkau dapat membawa keheningan itu kedalam kata-kata? Dan apapun yang engkau lakukan, kata-kata akan menghancurkan sesuatu dari keheningan itu.

Lao Tzu berkata: Di saat kebenaran ditegaskan itu menjadi palsu. Tidak ada cara untuk mengkomunikasikan kebenaran. Tapi bahasa harus digunakan, tidak ada cara lain. Jadi kita harus selalu menggunakan bahasa dengan kondisi bahwa itu tidak bisa memadai untuk pengalaman. Oleh karena itu aku katakan "hari aku mencapai pencerahanku". Ini bukan merupakan prestasi juga bukan milikku.

Pada titik ini lampu mati: tidak ada cahaya, tidak ada suara. Ya, itu terjadi seperti itu! Entah dari mana tiba-tiba kegelapan, tiba-tiba cahaya, dan engkau tidak dapat melakukan apa-apa. Engkau hanya bisa menonton.

Aku tertawa hari itu karena semua upaya konyol dan bodoh dariku untuk mencapai itu. Aku tertawa pada hari itu pada diriku sendiri, dan aku tertawa pada hari itu pada seluruh manusia, karena semua orang sedang mencoba untuk mencapai, semua orang mencoba untuk menggapai, semua orang sedang mencoba untuk memperbaiki.

Bagiku hal itu terjadi dalam keadaan relaksasi total, hal itu selalu terjadi dalam kondisi itu. Aku telah mencoba segalanya. Dan kemudian, melihat kesia-siaan semua usaha, aku menjatuhkannya, aku menjatuhkan seluruh proyek, aku melupakan semua tentang hal itu. Selama tujuh hari aku hidup sebiasa mungkin.

Orang-orang yang dulu aku tinggal bersama menjadi sangat heran, karena ini adalah pertama kalinya mereka telah melihatku hidup seperti hidup biasa. Karena sebelumnya seluruh hidupku adalah disiplin yang sempurna.

Selama dua tahun aku tinggal bersama keluarga itu, dan mereka tahu bahwa aku akan bangun pada pukul tiga pagi, lalu aku akan pergi berjalan atau berlari sepanjang enam sampai delapan kilometer, dan kemudian aku akan mandi disungai. Segalanya yang benar-benar rutin. Bahkan jika aku demam atau aku sakit, tidak ada bedanya, aku akan meneruskan dengan cara yang sama.

Mereka sudah tahu aku akan duduk dalam meditasi selama berjam-jam. Sampai hari itu aku tidak makan banyak. Aku tidak akan minum teh, kopi, aku punya disiplin ketat tentang apa yang harus dimakan, apa yang tidak boleh dimakan. Dan tepat pada pukul sembilan aku akan pergi tidur. Bahkan jika seseorang sedang duduk disana, aku hanya akan mengatakan "selamat tinggal" dan aku akan pergi ketempat tidur. Keluarga, dengan siapa aku dulu tinggal, mereka akan menginformasikan kepada tamu "Sekarang engkau bisa pergi. Dia telah pergi tidur". Aku bahkan tidak akan menyia-nyiakan waktu dengan berkata, "Sekarang saatnya bagiku untuk pergi tidur".

Ketika aku santai selama tujuh hari, ketika aku menjatuhkan semuanya dan ketika pada hari pertama aku minum teh dipagi hari dan bangun pada pukul sembilan pagi, keluarga itu bingung. Mereka berkata, "Apa yang telah terjadi? Apakah engkau gagal?" Mereka menganggapku sebagai seorang yogi besar.

Satu foto dari hari-hari itu masih ada. Aku dulu hanya mengenakan satu potong kain dan hanya itu saja. Di siang hari aku akan menutupi tubuhku dengan itu, dimalam hari aku akan menggunakannya sebagai selimut untuk menutupi diri. Aku tidur diatas tikar bambu. Itu adalah seluruh kenyamananku, selimut itu, tikar bambu itu. Aku tidak punya apa-apa, tidak ada harta benda lainnya.

Mereka bingung ketika aku bangun pukul sembilan. Mereka berkata, "Ada sesuatu yang salah. Apakah engkau benar-benar sakit, sakit parah?"

Aku berkata, "Tidak, aku tidak sakit parah. Aku telah sakit selama bertahun-tahun, sekarang aku sangat sehat. Sekarang aku akan bangun hanya ketika tidur meninggalkanku, dan aku akan pergi tidur hanya ketika tidur datang kepadaku. Aku tidak lagi akan menjadi budak waktu. Aku akan makan apapun yang tubuhku rasa ingin makan, dan aku akan minum apapun yang kurasa ingin minum".

Mereka tidak bisa percaya. Mereka mengatakan, "Bisakah engkau juga minum bir?" Aku berkata, "Bawa itu!"

Itu adalah hari pertama aku mencicipi bir. Mereka tidak mempercayai mata mereka. Mereka berkata, "Engkau telah benar-benar sudah jatuh. Engkau telah menjadi benar-benar tidak spiritual. Apa yang kau lakukan?"

Aku berkata, "Cukup sudah." Dan dalam tujuh hari aku benar-benar melupakan seluruh proyek, dan aku melupakannya selamanya.

Dan pada hari ketujuh itu terjadi, itu terjadi tiba-tiba saja. Tiba-tiba semua menjadi cahaya, dan aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya duduk dibawah pohon beristirahat, menikmati. Dan ketika aku tertawa, tukang kebun mendengar tawaku. Ia selalu berpikir bahwa aku sedikit gila, tapi dia tidak pernah melihatku tertawa dengan cara seperti itu. Dia datang berlari. Dia berkata, "Apa yang terjadi?"

Aku berkata, "Jangan khawatir. Kau tahu aku gila, sekarang aku sudah benar-benar gila! Aku menertawakan diriku sendiri. Jangan merasa tersinggung. Pergi saja tidur".

Engkau bertanya kepadaku, Ashu, apa hal pertama yang engkau lakukan setelah engkau menjadi tercerahkan?

Tertawa. Dan itu hal yang telah aku lakukan sejak saat itu. Aku tidak bisa tertawa didepanmu saat menceritakan lelucon karena itu akan menghancurkan lelucon itu, tapi aku tertawa melaluimu.

-Osho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...