Sabtu, 23 Maret 2019

PENCERAHAN 4

Setelah pencerahanku, untuk tepatnya seribu tiga ratus lima belas hari, aku mencoba untuk tetap diam, sepanjang itu mungkin dalam kondisi itu. Untuk beberapa hal aku harus berbicara, tapi pembicaraanku seperti telegraf. Ayahku sangat marah denganku. Ia sangat mencintaiku sehingga ia punya hak untuk marah. Pada hari ia mengirimku ke universitas ia telah mengambil janji dariku bahwa aku akan menulis satu surat setiap minggu setidaknya. Ketika aku menjadi diam aku menulis kepadanya surat terakhirku dan mengatakan kepadanya, "Aku senang, sangat senang, sangat teramat senang, dan aku tahu dari diriku yang terdalam bahwa aku akan tetap seperti ini sekarang sampai selamanya, entah didalam tubuh atau tidak dalam tubuh. Kebahagiaan ini adalah sesuatu yang kekal. Jadi sekarang setiap minggu, jika engkau bersikeras, aku bisa menulis yang sama lagi dan lagi. Itu tidak akan terlihat baik, tapi aku telah berjanji, jadi aku akan mengirimkan kartu setiap minggu dengan tanda "idem"(sama). Maafkan aku, dan ketika engkau menerima suratku dengan tanda "idem," engkau membaca surat ini".

Dia pikir aku sudah benar-benar gila. Dia segera bergegas dari desa, datang ke universitas dan bertanya, "Apa yang telah terjadi padamu? Melihat suratmu dan ide engkau ini 'idem’," aku pikir engkau gila. Tapi melihatmu, tampaknya aku yang gila, seluruh dunia itu gila. Aku menarik kembali janji dan kata yang telah engkau berikan kepadaku. Tidak perlu lagi sekarang untuk menulis setiap minggu. Aku akan terus membaca surat terakhirmu". Dan dia menyimpannya sampai terakhir dihari ia meninggal, surat itu ada dibawah bantalnya.

Orang yang memaksaku untuk berbicara, untuk seribu tiga ratus lima belas hari aku telah diam, juga adalah orang yang sangat aneh. Dia sendiri telah diam sepanjang hidupnya. Tidak ada yang pernah mendengar tentang dirinya, tak ada yang tahu tentang dia. Dan dia adalah orang yang paling berharga yang pernah aku temukan dalam hal ini, atau dalam kehidupanku dimasa lalu. Namanya adalah Magga Baba.

Sesekali, terutama dimalam-malam yang dingin, aku sering mendapatkannya sedang sendirian, maka ia akan mengatakan sesuatu kepadaku.

Dia memaksaku untuk berbicara. Ia berkata, "Lihat, aku telah diam sepanjang seluruh hidupku, tetapi mereka tidak mendengar, mereka tidak memperhatikan. Mereka tidak bisa mengerti, itu berada diluar jangkauan mereka. Aku telah gagal. Aku belum bisa menyampaikan apa yang aku bawa dalam diriku, dan sekarang tidak ada banyak waktu yang tersisa untukku. Engkau begitu muda, engkau memiliki hidup yang panjang didepanmu, tolong jangan berhenti berbicara. Mulailah!" Itu sulit, pekerjaan yang hampir mustahil untuk menyampaikan hal-hal itu dalam kata-kata, karena mereka dialami dalam keadaan kesadaran tanpa kata-kata. Bagaimana mengubah diam itu menjadi suara? Tampaknya tidak ada cara. Dan memang tidak ada.

Tapi aku mengerti maksud Magga Baba. Dia sangat tua, dan dia berkata kepadaku, "Engkau akan berada dalam posisi yang sama. Jika engkau tidak segera mulai, kesunyian batin, kekosongan, nol yang terdalam, akan terus menarikmu kedalam. Dan kemudian akan datang satu saat ketika engkau tidak bisa keluar. Engkau tenggelam didalamnya. Engkau benar-benar bahagia, tetapi seluruh dunia ini penuh dengan penderitaan. Engkau mungkin telah menunjukkan jalannya.

Mungkin seseorang sudah bisa mendengar, mungkin seseorang sudah bisa berjalan dijalan itu. Paling tidak engkau tidak akan merasa bahwa engkau belum melakukan apa yang diharapkan darimu oleh alam semesta itu sendiri. Ya, itu adalah satu tanggung jawab".

Aku berjanji kepadanya, "Aku akan melakukan yang terbaik." Dan selama tiga puluh tahun terus-menerus aku terus dan terus berbicara tentang setiap hal dibawah bintang-bintang.

-Osho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...