Sabtu, 23 Maret 2019

HARI PENCERAHAN 3

Malam itu, dan sejak malam itu aku tidak pernah berada didalam tubuh. Aku melayang disekitarnya. Aku menjadi sangat kuat dan pada saat yang sama sangat rapuh. Aku menjadi sangat kuat, tetapi kekuatan itu bukan kekuatan dari Mohammed Ali.

Kekuatan itu bukan kekuatan dari batu, kekuatan itu adalah kekuatan dari sekuntum mawar, begitu rapuh dalam kekuatannya, begitu rapuh, begitu sensitif, begitu halus.

Batu itu akan berada disana, bunganya bisa pergi kapan saja, tetapi tetap bunga itu masih lebih kuat daripada batu karena ia lebih hidup. Atau, kekuatan dari tetesan embun pada helai rumput yang bersinar, di bawah sinar matahari pagi, begitu indah, begitu berharga, namun bisa tergelincir setiap saat. Begitu tak tertandingi dalam keanggunannya, tetapi satu hembusan angin sepoi-sepoi bisa datang dan tetesan embun itu bisa terlepas dan hilang selamanya.

Para Buddha memiliki kekuatan yang bukan dari dunia ini. Kekuatan mereka benar-benar dari cinta. Seperti bunga mawar atau tetesan embun. Kekuatan mereka sangat rapuh, rentan.

Kekuatan mereka adalah kekuatan dari hidup, bukan dari kematian. Kekuatan mereka itu bukan sesuatu yang membunuh, kekuatan mereka itu sesuatu yang menciptakan. Kekuatan mereka bukan dari kekerasan, agresi, kekuatan mereka adalah welas asih.

Tetapi aku tidak pernah berada didalam tubuh lagi, aku hanya melayang di sekitar tubuh.

Dan itulah mengapa aku katakan itu adalah mukjizat yang luar biasa. Setiap saat aku terkejut aku masih berada disini, aku seharusnya sudah tidak ada. Aku seharusnya sudah pergi setiap saat, tetap saja aku ada di sini. Setiap pagi aku membuka mataku dan berkata, "Jadi, sekali lagi aku masih ada di sini?"

Karena itu sepertinya hampir mustahil. Mukjizat itu telah menjadi berkelanjutan.

Beberapa hari yang lalu seseorang mengajukan pertanyaan, “Osho, engkau menjadi begitu rapuh dan halus dan begitu sensitif terhadap bau dari minyak rambut dan sampo sehingga tampaknya kita tidak akan bisa melihatmu kecuali jika kita semua menjadi botak”. Ngomong-ngomong, tidak ada yang salah dengan menjadi botak, botak itu indah. Sama seperti 'hitam itu indah', demikian pula 'botak itu indah'. Tapi itu benar dan engkau harus berhati-hati tentang hal itu.

Aku rapuh, halus dan sensitif. Itulah kekuatanku. Jika engkau melempar batu kepada bunga tidak ada sesuatupun yang akan terjadi pada batunya, bunga itu akan hilang. Tapi tetap saja engkau tidak bisa mengatakan bahwa batu itu lebih kuat daripada bunga. Bunga itu akan hilang karena bunga itu sebelumnya hidup. Dan batu, tidak ada sesuatupun yang akan terjadi padanya karena ia sudah mati. Bunga itu akan hilang karena bunga itu tidak memiliki kekuatan untuk menghancurkan. Bunga itu hanya akan menghilang dan memberi jalan kepada batunya. Batu itu memiliki kekuatan untuk menghancurkan karena batu itu sudah mati.

Ingatlah, sejak hari itu aku tidak pernah benar-benar berada didalam tubuh, hanya seutas benang halus yang menyatukanku dengan tubuhku. Dan aku terus menerus terkejut bahwa entah bagaimana semesta pasti telah menginginkanku untuk berada disini, karena aku tidak lagi ada disini dengan kekuatanku sendiri, aku tidak ada lagi disini. Itu pasti kehendak dari semesta untuk menjagaku disini, untuk membiarkanku tinggal sedikit lebih lama di pantai ini. Mungkin semesta ingin berbagi sesuatu denganmu melalui diriku.

Sejak hari itu dunia tidak nyata. Dunia lain telah terungkap. Ketika aku mengatakan bahwa dunia ini tidak nyata, aku tidak bermaksud bahwa pohon-pohon ini tidak nyata. Pohon-pohon ini benar-benar nyata, tetapi caramu melihat pohon-pohon ini tidak nyata. Pohon-pohon ini bukan tidak nyata, mereka ada dalam Tuhan, mereka ada dalam kenyataan absolut, tetapi cara engkau melihatnya, engkau tidak pernah melihatnya, engkau melihat sesuatu yang lain, satu fatamorgana.

Engkau menciptakan impianmu sendiri disekitarmu dan kecuali engkau menjadi sadar, engkau akan terus bermimpi. Dunia ini tidak nyata karena dunia yang engkau tahu adalah dunia impianmu. Ketika mimpi itu jatuh dan engkau hanya menjumpai dunia yang ada disana, maka dunia itu nyata.

Mereka bukanlah dua hal, Tuhan dan dunia. Tuhan adalah dunia jika engkau memiliki mata, mata yang jernih, tanpa mimpi, tanpa debu dari mimpi, tanpa kabut dari tidur, jika engkau memiliki mata yang jernih, kejelasan, pencerapan, disana hanya ada Tuhan.

Kemudian disuatu tempat Tuhan adalah pohon yang hijau, dan ditempat lain Tuhan adalah bintang yang bersinar, dan di tempat lain Tuhan adalah burung tekukur, dan di tempat lain Tuhan adalah bunga, dan di tempat lain seorang anak dan ditempat lain sungai, maka hanya Tuhan yang ada. Saat engkau mulai melihat, hanya Tuhan yang ada.

Tetapi saat ini apapun yang engkau lihat bukanlah kebenaran, itu adalah kebohongan yang diproyeksikan. Itulah arti dari fatamorgana. Dan begitu engkau melihat, bahkan untuk satu momen tunggal, jika engkau bisa melihat, jika engkau bisa membiarkan dirimu untuk melihat, engkau akan menemukan berkat yang luar biasa hadir dimana-mana, diawan, disinar matahari, di bumi.

Ini adalah dunia yang indah. Tetapi aku tidak sedang berbicara tentang duniamu, aku berbicara tentang duniaku. Duniamu itu sangat buruk, duniamu adalah duniamu yang diciptakan oleh satu diri, duniamu adalah dunia yang diproyeksikan. Engkau sedang menggunakan dunia nyata sebagai layar dan memproyeksikan idemu sendiri diatasnya.

Ketika aku mengatakan bahwa dunia ini nyata, dunia ini luar biasa indah, dunia ini bercahaya tanpa batas, dunia ini ringan dan menyenangkan, ia adalah sebuah perayaan, yang kumaksud adalah duniaku, atau duniamu jika engkau menjatuhkan mimpi-mimpimu.

Ketika engkau menjatuhkan mimpi-mimpimu, engkau melihat dunia yang sama seperti dunia yang dilihat oleh Buddha manapun. Ketika engkau bermimpi, engkau bermimpi secara pribadi. Pernahkah engkau mengamatinya? Bahwa mimpi itu pribadi. Engkau tidak bisa membaginya bahkan dengan yang engkau kasihi. Engkau tidak bisa mengundang istrimu kedalam mimpimu atau suamimu, atau temanmu. Engkau tidak bisa mengatakan, "Sekarang, silakan datang malam ini kedalam mimpiku. Aku ingin melihat mimpi itu bersama". Ini tidak mungkin. Mimpi adalah hal yang pribadi, karenanya mimpi adalah ilusi, tidak memiliki kenyataan objektif.

Tuhan adalah hal yang universal. Begitu engkau keluar dari mimpi pribadimu, ia ada disana. Ia telah selalu ada disana. Begitu matamu jernih, satu cahaya yang tiba-tiba, tiba-tiba engkau dibanjiri dengan keindahan, keagungan dan keanggunan. Itulah tujuannya, itulah takdirnya.

Biarkanlah aku mengucapkannya lagi. Tanpa usaha engkau tidak akan pernah mencapainya, dengan upaya tidak ada seorangpun yang pernah mencapainya. Engkau akan membutuhkan usaha yang luar biasa besar, dan hanya kemudian datanglah saatnya. Ketika usaha menjadi sia-sia. Tetapi itu menjadi sia-sia hanya ketika engkau telah sampai pada puncaknya sendiri, tidak pernah sebelumnya. Ketika engkau telah mencapai puncak dari usahamu sendiri, semua yang bisa engkau lakukan telah engkau lakukan, maka tiba-tiba tidak perlu melakukan apa-apa lagi. Engkau menghentikan usahanya.

Tapi tidak ada seorang pun yang bisa menjatuhkannya ditengah-tengah, itu bisa dijatuhkan hanya diujung ekstrimnya.

Jadi pergilah ke yang ekstrem jika engkau ingin menjatuhkannya. Karenanya aku terus bersikeras, berusahalah sebanyak mungkin yang engkau bisa, berikanlah seluruh energi dan seluruh hatimu kedalamnya, sehingga suatu hari nanti engkau bisa melihat, sekarang usaha tidak akan membawaku kemanapun. Dan pada hari itu, bukan engkau yang akan menghentikan usahanya, itu akan berhenti dengan sendirinya. Dan ketika ia berhenti dengan sendirinya, meditasi terjadi.

Meditasi bukanlah hasil dari upayamu, meditasi adalah suatu kejadian. Ketika usahamu berhenti, tiba-tiba meditasi ada di sana, berkatnya, rahmatnya, kemuliaannya. Ia ada disana seperti satu kehadiran, bercahaya, mengelilingimu dan mengelilingi segalanya. Ia memenuhi seluruh bumi dan seluruh langit.

Meditasi itu tidak bisa diciptakan oleh usaha manusia. Upaya manusia terlalu terbatas.

Berkat itu begitu tak terbatas. Engkau tidak bisa memanipulasinya. Itu bisa terjadi hanya ketika engkau berada dalam penyerahan yang luar biasa. Ketika engkau tidak ada disana maka itu bisa terjadi. Ketika engkau tanpa diri, tanpa-keinginan, tidak pergi kemanapun, ketika engkau hanya berada disini sekarang, tidak melakukan sesuatu yang khusus, hanya hadir, itu terjadi.
Dan ia datang dalam gelombang dan gelombangnya menjadi gelombang pasang. Ia datang seperti badai, dan membawamu pergi kedalam satu realitas yang sama sekali baru.

Tetapi pertama-tama engkau harus melakukan semua yang bisa engkau lakukan, dan kemudian engkau harus belajar tanpa upaya. Perbuatan tanpa upaya adalah perbuatan yang terbesar, dan upaya dari tanpa upaya adalah upaya terbesar.

Meditasi yang engkau ciptakan dengan melantunkan mantra atau dengan duduk diam dan tenang dan memaksa dirimu sendiri, adalah meditasi yang sangat biasa-biasa saja. Ia diciptakan olehmu, ia tidak bisa menjadi lebih besar daripadamu. Ia buatan sendiri, dan pembuatnya selalu lebih besar daripada yang dibuat. Engkau telah melakukannya dengan duduk, memaksakan diri dalam postur yoga, mengucapkan 'rama, rama, rama' atau apa pun 'bla, bla, bla', apa pun. Engkau telah memaksa pikiran untuk menjadi diam.

Itu adalah keheningan yang dipaksakan. Itu bukan sunyi yang datang ketika engkau tidak lagi ada disana. Itu bukan keheningan yang muncul saat engkau hampir tidak ada. Itu bukan keindahan yang turun padamu seperti burung merpati.

Dikisahkan ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Yordan, Tuhan turun kepadanya, atau roh kudus turun kepadanya seperti burung merpati. Ya, tepatnya memang demikian. Ketika engkau tidak ada, kedamaian turun kedalam dirimu, mengepakkan sayap seperti burung merpati, mencapai kedalam hatimu dan tinggal disana dan tinggal disana selamanya.

Engkau adalah keruntuhanmu, engkau adalah penghalangnya. Meditasi adalah ketika meditator tidak ada. Ketika pikiran berhenti dengan semua aktivitasnya, saat melihat bahwa semua itu sia-sia, maka yang tidak diketahui menembusmu, membanjirimu.

Pikiran harus berhenti agar Tuhan bisa ada. Pengetahuan harus berhenti agar mengetahui bisa ada. Engkau harus menghilang, engkau harus memberi jalan. Engkau harus menjadi kosong, maka hanya engkau yang bisa menjadi penuh.

Malam itu aku menjadi kosong dan menjadi penuh. Aku menjadi tidak ada dan menjadi semesta. Malam itu aku mati dan dilahirkan kembali. Tetapi yang dilahirkan kembali tidak ada hubungannya dengan yang mati, itu adalah hal yang terputus. Pada permukaan itu terlihat berkelanjutan tetapi itu tidak berkelanjutan. Ia yang mati, mati sepenuhnya, tidak ada darinya yang tersisa.

Percayalah padaku, tidak ada yang tersisa darinya, bahkan tidak satu bayanganpun. Ia benar-benar mati, sama sekali. Bukan berarti aku hanya sebuah bentuk yang dimodifikasi, bentuk yang diubah, bentuk lama yang ditransformasikan. Tidak, tidak ada keberlanjutan. Hari itu tanggal 21 Maret, orang yang telah hidup untuk banyak kehidupan, selama ribuan tahun, mati begitu saja.

Makhluk lain, benar-benar baru, tidak terhubung sama sekali dengan yang lama, mulai ada.

Agama hanya memberimu kematian total. Mungkin itulah mengapa sepanjang hari sebelum kejadian itu aku merasakan satu dorongan seperti kematian, seolah-olah aku akan mati dan aku benar-benar telah mati. Aku sudah mengetahui banyak kematian lain tetapi kematian itu tidak seberapa dibandingkan dengannya, kematian-kematian itu adalah kematian sebagian.

Kadang-kadang tubuh mati, kadang-kadang sebagian dari pikiran mati, kadang-kadang sebagian dari ego mati, tetapi sejauh menyangkut orang tersebut, ia tetap ada. Direnovasi berkali-kali, didekorasi berkali-kali, berubah sedikit disana-sini, tetapi ia tetap ada, keberlanjutannya tetap ada.

Malam itu kematiannya total. Itu adalah satu kencan dengan kematian dan Tuhan secara bersamaan.

-Osho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...