Lapar akan perhatian, haus untuk didengarkan, itulah ciri banyak sahabat yang badan dan jiwanya sedang sakit parah. Tatkala ada yang menyediakan dirinya untuk mendengarkan dan memperhatikan, terlihat sekali kalau wajah mereka lebih segar dan lebih bercahaya.
Idealnya yang melakukan tugas ini adalah keluarga. Sedihnya, banyak keluarga di zaman ini sudah terlalu sibuk dengan kegiatan mengejar uang. Kepada sahabat- sahabat yang sedang sakit parah sering dititipkan pesan seperti ini: “tatkala tidak ada yang memberikan Anda bunga perhatian, coba belajar memberi diri Anda bunga penerimaan”.
Seorang wanita yang tidak saja sembuh tapi juga utuh jiwanya menulis pesan indah seperti ini: “tatkala saya menerima dan mencintai diri saya apa adanya, kehidupan kemudian berubah wajah menjadi bunga yang indah”. Ini tidak saja dialami oleh wanita ini, juga dialami oleh banyak sekali pejalan kaki ke dalam diri.
Merawat taman, memelihara binatang, bernyanyi atau bermain bersama anak-anak adalah sebagian cara yang disarankan. Sahabat-sahabat yang jiwanya sudah mekar mengerti, saat kita merawat orang atau mahluk lain, kita tidak saja sedang berbagi, kita juga sedang menghidupkan energy kebaikan yang ada di dalam diri. Dalam bahasa yang indah: “berkah cinta adalah cinta itu sendiri”.
Di Tantra pernah ditulis pesan seperti ini: “begitu nafas masuk dan nafas keluar seimbang, di sana seseorang memiliki energi berkelimpahandi dalam”. Ciri utama sahabat yang sedang sakit, nafas keluarnya lebih panjang dari nafasmasuk. Sebagai akibatnya, mereka terus menerus mengalami defisit (kekurangan) energi.
Dan yang bertanggung jawab pada keadaan kekurangan energi ini adalah kecenderungan untuk membuang banyak energi melalui kemarahan, iri, dengki, tersinggung, merasa tidak diperhatikan dan sejenisnya. Di titik inilah meditasi sangat diperlukan.
“Meditasi menyembuhkan Anda dengan cara menerima diri Anda apa adanya”, demikian pesan yang kerap terdengar di sesi-sesi meditasi. Jangankan kebaikan dan kesempurnaan, bahkan kemarahan pun belajar untuk diterima dalam meditasi.
Perhatikan bunga indah yang sedang mekar. Dalam bunga indah yang berbau wangi ada kotoran yang berbau busuk. Tidak bisa kita mengeluarkan kekotoran dari bunga. Jiwa mulai sembuh dan utuh tatkala bisa menerima dan mendekap baik bunga kebaikan sekaligus sampah kemarahan. Ingat jiwa-jiwa yang indah, kemarahan adalah sampah yang sedang berevolusi menjadi bunga”.
Dengan pendekatan seperti ini, jiwa tidak saja sembuh dan utuh, jiwa juga berbagi cahaya kemana-mana. Dalam tatapan mata, senyuman, kata-kata yang terucap di bibir, keteladanan dalam keseharian, semuanya memancarkan cahaya. Dikedalaman yang dalam pernah terdengar pesan indah seperti ini: “Cinta adalah nama lain dari cahaya yang tersenyum”.
-Gede Prama, Menemukan Tirtha di Dalam Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar