“Mencari tempat di mana tidak ada kesedihan dan penderitaan”, itu tema pencarian spiritual banyak sekali orang. Itu juga alasan kuat kenapa industry pariwisata terus bertumbuh tidak mengenal istilah turun. Sejumlah pencari bahkan harus menjual tanah warisan agar bisa pergi sangat jauh untuk menemukan tempat seperti ini.
Dan sebagaimana sudah dialami banyak orang, semua orang harus kecewa pada akhirnya. Ide tentang mencari tempat yang sepenuhnya bebas dari penderitaan, tidak saja naif, tapi juga menjadi penghalang penting pertumbuhan spiritual. Terutama karena tanpa penderitaan, maka cinta dan belas kasih tidak akan pernah tumbuh.
Itu sebabnya di depan ribuan orang tua anak-anak yang berkebutuhan khusus telah diceritakan, penderitaan bukan hukuman, ia adalah ladangladang subur tempat jiwa bisa bertumbuh. Lari dari penderitaan mirip dengan seseorang yang tertusuk panah, kemudian menambahkan panah ke dua di tempat yang sama.
Memiliki anak-anak berkebutuhan khusus, memiliki anggota keluarga yang bermasalah tentu saja menyakitkan. Tapi mengeluh berlebihan, apa lagi menyebut ada orang yang mengirimi Anda black magic, adalah panah ke dua yang Anda tusukkan ke luka jiwa yang sama.
Itu sebabnya, di jalan meditasi peserta diminta memfokuskan seluruh energi untuk menjadi penyembuh bagi diri sendiri. Energi kesembuhan tersedia secara berlimpah di dalam. Dan energi kesembuhan ini mulai bisa diakses tatkala seseorang mulai bisa menerima penderitaan.
Di jalan spiritual mendalam, para pencari tidak saja menerima penderitaan, tetapi juga memperlakukan penderitaan sebagai ibu dari mana bayi-bayi cantik cinta dan belas kasih akan terlahir. Itu sebabnya Bunda Teresa menikmati sekali puluhan tahun hidupnya di tengah penderitaan kota Kalkuta. Hanya di tengah lumpur penderitaanlah maka bunga lotus cinta dan belas kasih bisa mekar. Konkritnya, berhenti mencari tempat yang bebas sepenuhnya dari penderitaan, belajar bertumbuh di tengah lumpur-lumpur penderitaan, izinkan bunga lotus cinta dan belas kasih mekar di sana.
Caranya, gunakan setiap bentuk penderitaan sebagai kesempatan untuk menyempurnakan cinta dan belas kasih. Ia mirip dengan apa yang dilakukan bunga di depan cahaya matahari yang panas. Cahaya matahari memang panas sekali di siang hari, tapi di sana bunga-bunga mekar indah sekali. Dengan pendekatan seperti ini, jiwa berubah wajah menjadi rumah kesembuhan.
Bagi jiwa jenis ini, kesembuhan bukanlah keadaan tanpa penyakit. Melainkan sebuah perasaan keterhubungan yang sangat mendalam. Di tingkat kesembuhan seperti ini, seseorang melihat dirinya di mana-mana. Sebagai akibatnya, jangankan melukai hati orang, bahkan menginjak rumput pun dipikirkan secara berulang-ulang. Terutama karena sudah menyadari dan mengalami, setiap rasa sakit yang dilakukan ke mahluk lain akan balik ke diri kita dalam bentuk rasa sakit. Setiap cinta yang dipancarkan ke mahluk lain akan balik ke diri kita dalam bentuk cinta yang lebih indah.
-Gede Prama, Menemukan Tirtha di Dalam Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar