Selain makanan yang dimakan untuk mempertahankan hidup secara fisik, ada juga makanan lain yang kita butuhkan. Didunia ini kita telah melupakan makanan lain itu dan menyibukkan diri kita dengan makanan dari dunia fisik. Siang dan malam kita menyediakan makanan untuk tubuh.
Tubuh ini ibarat kuda kita dan dunia adalah pelayannya. Makanan kuda tidak sesuai untuk pengendaranya, seekor kuda mempertahankan dirinya menurut kelazimannya sendiri. Karena kita telah diliputi sifat kebinatangan, kita tetap di atas pelana dengan kuda dan tidak memiliki tempat di antara jajaran para raja dan pangeran dari dunia tempat hati kita berada. Karena tubuh menguasai kita, maka kita harus mematuhi perintah tubuh. Kita menjadi tawanan bagi tubuh.
Seperti majnun ketika dia memutuskan berangkat ke tempat Layla. Ketika dia masih dalam keadaan sadar, dia mengendarai unta pada jalan yang benar. Tetapi sekali terserap kedalam Layla, dia melupakan dirinya. Unta yang ditunggangginya memiliki anak yang ditinggalkan di desa, suatu ketika berjalan ke arah desa untuk menumi anaknya. Ketika Majnun sadar, dia tahu bahwa dirinya pergi menuju jalan yang salah selama dua hari. Kemudian begitu seterusnya, dia mondar-mandir selama tiga bulan, hingga akhirnya dia menangis, “Unta ini adalah kutukan bagiku!” Demikianlah diceritakan, dia meloncat dari unta dan membiarkan dirinya berangkat sendirian.
Hasrat untaku berada dibelakangku;
Sedangkan hasrat diriku sendiri berada didepan;
Sungguh dia dan aku amatlah bertentangan.
-Rumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar