Kita bagaikan mangkok yang mengambang dipermukaan air. Bagaimana dan kemana mangkok pergi tidak ditentukan mangkok, tetapi oleh air.
Sampai disini seseorang berkata, “Secara umum ungkapan itu dapat diterima, maka sejumlah orang akan menyadari bahwa mereka berada diatas air sementara yang lainnya tidak.”
Tidak diragukan bahwa seluruh mangkok mengambang diatas air kekuatan dan kehendak Illahi, tetapi akan tidak sopan menganggap Tuhan sebagai sumber segala sesuatu, disebutkan dengan sebutan yang vulgar. Misalnya menyebut Dia pencipta tahi sapi dan kentut. Dia lebih tepat untuk disebut sebagai Pencipta Surga atau Pencipta Intelek. Maka pasti ada alasan untuk setiap bagian-bagian yang terpisah ini meskipun secara umum dapat diterima. Karena perincian sesuatu merupakan penunjukkan atas keterpilihannya. Pada pokoknya, mangkok mengambang diatas air. Air salah membawa sebuah mangkok sedemikian rupa hingga semua mangkok lain melihat padanya. Mangkok yang lain dibawa oleh air dengan cara dan jalan yang berbeda dengan mangkok yang pertama, hingga secara instingtif mereka pergi darinya karena merasa malu. Mereka terinspirasi untuk kabur dari air dan merasa tidak mungkin untuk melakukan hal yang serupa. Mereka berkata, “Ya Tuhan, besarkanlah jarak diantara kami!” Terhadap yang pertama berkata, “Ya Tuhan” bawa kami semakin dekat padanya!”
Sekarang, orang melihat hal ini secara umum dapat diterima akan berkata bahwa, penaklukan keduanya oleh air sama saja. Dengan ungkapan lain, kedua kelompok mangkok itu sama-sama ditaklukkan oleh air, dan berada dibawah kendali air. Untuk menjawab hal ini, orang dapat berkata, “Apabila engkau melihat betapa agung dan indahnya mangkok itu berputar dan bergerak diatas air, engkau tidak akan lagi memperhatikan ungkapan yang mengatakan bahwa, hal tersebut secara umum dapat diterima.”
Sama halnya dengan sepasang kekasih yang memiliki kesamaan dalam perilaku yang buruk, tapi pernahkah terpikir oleh seorang kekasih bahwa orang yang dicintainya memiliki perilaku buruk, sedangkan pendapatnya itu berdasarkan pada pemahaman umum, misalnya karena keduanya merupakan makhluk material yang fana, keduanya merupakan entitas, yang menempati ruang dan keduanya akan mengalami kehancuran atau berdasarkan karakteristik lain yang secara umum dapat diterima? Hal semacam itu tidak akan pernah dipikirkan olehnya. Dia tentu tidak akan berlaku sopan pada seseorang yang mengingatkannya pada asumsi yang “secara umum dapat diterima” tersebut, dia akan menganggap orang itu sebagai setan jahat yang muncul. Maka, sejak engkau memiliki hal itu untuk menghargai sesuatu dari suatu sudut pandang yang umum, berarti engkau tidak akan mampu untuk melihat keindahan secara particular, maka tidak pantas untuk bertengkar denganmu karena pertengkaran telah tercampur dengan keindahan, dan memperlihatkan keindahan kepada orang yang tidak layak atasnya merupakan suatu kesalahan. “Jangan beritahukan hikmah kepada yang tidak layak, mungkin engkau akan menyalahkan hal itu, jangan tahan itu kepada yang layak mungkin engkau berbuat salah pada mereka.”
Pengetahuan ini memang suatu spekulasi, bukan pertengkaran. Mawar, pohon dan buah-buahan tidak berbunga dimusim gugur, karena hal itu akan menimbulkan perselisihan, yakni itu akan jadi pertentangan dengan “lawan” musim gugur dan memang bukan sifat mawar muncul untuk menentang musim gugur. Apabila matahari telah melakukan pekerjaannya, mawar akan mekar berbunga didalam cuaca sedang dan hangat, jika tidak, mawar itu akan kembali kedalam tanah dan kembali keakar. Bisa jadi musim gugur akan berkata kepadanya, “Apabila engkau bukan ranting yang kering, apabila engkau laki-laki sejati, keluar dan hadapi aku!” Tetapi mawar menjawab, “Sebelum engkau muncul, aku adalah satu ranting kering dan seorang pengecut. Katakan, apa yang engkau inginkan.”
-Rumi