Selasa, 31 Januari 2017

MELABEL DIRI

Kehidupan tidak selalu terang benderang atau indah layaknya warna pelangi, sering kali kita mendengar sebagian orang mengeluh mengalami kegagalan, menganggap diri sebagai pecundang. Sesungguhnya kegagalan hanyalah sebuah mitos, kegagalan hanyalah tujuan atau visi yang belum terealisasi. Kita tidak perlu menampar diri sendiri dengan membandingkan dengan orang lain hanya karena belum bisa mewujudkan mimpi kita. Bagaimana kita bisa percaya pada diri sendiri ketika kita melabeli diri dengan kegagalan.

Mengapa kita lebih berfokus pada kegagalan dibanding keberhasilan? Mengapa kita tidak bisa percaya diri? Apakah jika kita berfokus pada kegagalan saja akan membawa kita sebagai manusia sejauh ini? Semua teknologi didunia adalah sebagai akibat dari kegagalan berulang-ulang.


Helen Keller mengatakan, "Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka, namun sering kita melihat begitu lama di pintu yang tertutup sehingga kita tidak melihat satu pintu yang telah dibuka untuk kita".

Orang terkaya di Cina Mr Jack Ma pernah ditanya "Apa rahasia Anda untuk sukses?" Dia mengatakan, "Benar-benar sederhana ... Saya melakukan (tindakan) sementara Anda hanya menonton.

Apa yang bisa kita lakukan ?

Semuanya diawali dari diri sendiri, kita harus percaya pada diri sendiri. Menantang diri untuk menjadi yang kita inginkan, maka kita akan menyadari bahwa hal yang semula tidak mungkin menjadi mungkin. Bagaimana kita mencapai tugas besar ini? Berikut adalah beberapa cara untuk mencapai tujuan:

1. Berpikir positif, ketika kita memiliki keputusan untuk menjadi positif, dan menindaklanjuti keputusan dengan tindakan, kita akan mulai menghadapi berbagai situasi positif dan negative. Meskipun pikiran negatif dan positif akan selalu berjalan di pikiran kita, kunci untuk menjadi positif adalah untuk membatasi jumlah pemikiran negatif.

2. Percaya pada apa pun yang kita lakukan, hal apa pun yang kita lakukan, lakukan dengan cara yang terbaik, dengan demikian kita akan menyadari bahwa hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.

3. Singkirkan teman negatif, orang-orang yang menghisap energi kehidupan kita dengan hal negatif, keluhan, gosip dan keegoisan. Teman negative ini adalah racun yang merusak kesehatan kita. Singkirkan teman-teman yang meracuni kesehatan, hanya mengkritik dan mengeluh. Termasuk juga kita tidak perlu segan untuk unfriend atau unfollow teman-teman di media social.

4. Kelilingi diri kita dengan orang-orang yang mendukung dan mendorong kita. Semudah mengidentifikasi teman negatif, maka teman-teman yang positif juga mudh diidentifikasi. Dialah orang-orang yang terus-menerus percaya pada kita, memiliki impian yang sama, tujuan yang sama, visi yang sama, yang indah untuk selalu bersama orang-orang sekaliber itu. Kata Henry Ford, “Datang bersama-sama adalah awal, menjaga bersama-sama adalah kemajuan, bekerja bersama adalah kesuksesan”.





Senin, 02 Januari 2017

JIKA BUDHA YANG MENJADI KUSIR KERETA PERANG ARJUNA

Saat sudah berada dimedan peperangan, munculah krisis mental Arjuna tepat sebelum dimulainya laga besar di Kurusetra. Arjuna berseru kepada kusir keretanya, Budha.

“Wahai Buddha, saya melihat keluarga saya sendiri dihadapan saya, anggota badan saya menjadi lemah, mulut kering, tubuh saya bergetar dan bulu kuduk merinding, kulit seperti terbakar hingga busur Gandiva rasanya hendak lepas dari tangan saya, pikiran saya sangat kacau".


Buddha menjawab, “Kebenaran pertama adalah bahwa tidak ada yang hilang di alam semesta. Materi berubah menjadi energi, energi berubah menjadi materi. Sebuah daun jatuh berubah menjadi tanah. Sebuah benih menjadi kecambah dan tumbuh pohon baru. Sistem dalam alam semesta sama seperti tanaman, seperti pohon, seperti orang lain, seperti hujan yang jatuh. Kita terdiri dari apa yang ada di sekitar kita, kita adalah sama seperti segala sesuatu. Jika kita menghancurkan sesuatu di sekitar kita sama dengan kita menghancurkan diri kita sendiri. Jika kita menipu orang lain, kita menipu diri kita sendiri.

Arjuna: Bagaimana saya bisa bertarung dengan keluarga sendiri.

Buddha: Hukum sebab dan akibat dikenal sebagai karma. Tidak pernah terjadi kepada kita kecuali kita layak untuk mendapatkannya. Kita menerima apa yang kita peroleh, apakah itu baik atau buruk. Kita sekarang ini adalah hasil dari apa yang telah kita lakukan di masa lalu. Pikiran dan tindakan kita menentukan jenis kehidupan yang akan kita miliki. Jika kita melakukan hal-hal yang baik, di masa depan hal-hal baik akan terjadi pada kita. Jika kita melakukan hal-hal yang buruk, di masa depan hal-hal buruk akan terjadi pada kita. Setiap saat kita membuat karma baru dengan apa yang kita katakan, lakukan, dan pikirkan.

Arjuna: Keraguan saya adalah apakah saya harus berperang .....

Buddha: Arjuna, apakah Anda tahu delapan jari pada roda tersebut merupakan delapan bagian dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Sama seperti setiap jeruji diperlukan roda untuk menjaga keseimbangan, kita perlu mengikuti setiap langkah dari jalan berikut:

1. Pandangan Benar.
2. Pikiran Benar.
3. Ucapan Benar.
4. Melakukan Kebaikan.
5. Penghidupan Benar. Ini berarti memilih pekerjaan yang tidak menyakiti orang lain. Jangan mencari nafkah dengan merugikan orang lain. Jangan mencari kebahagiaan dengan mengorbankan orang lain.
6. Usaha Benar. Sebuah kehidupan yang berharga berarti melakukan yang terbaik setiap saat dan memiliki niat baik terhadap orang lain. Ini juga berarti tidak menyia-nyiakan upaya pada hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
7. Perhatian Benar. Ini berarti menyadari pikiran kita, kata-kata, dan perbuatan.
8. Pikiran Benar.

Arjuna: Mereka adalah keluarga saya ... keraguan saya…. apakah saya harus bertarung dengan mereka atau tidak, O Buddha...

Pengajaran Bhuddha dan Krishna memiliki akar yang sama. Jadi tidak peduli siapa yang menjadi kusir Arjuna, Mereka akan memberikan pencerahanya. Inilah yang dilakukan Khrisna dan ini pula yang pasti dilakukan Bhuddha.

PENGETAHUAN ATMA : MENGAPA DIPILIH ARJUNA DAN BUKAN BHISMA ATAUYUDISTIRA

Krishna mengajarkan Gita hanya untuk Arjuna dan tidak diberikan kepada Bisma atau Yudistira karena alasan berikut:

Bisma tahu bahwa keadilan ada di sisi Pandawa dan bahkan telah menyatakan hal ini kepada publik, akan tetapi ia memilih berada di sisi Kurawa dan menjadi pemimpin tentara Kurawa. Tidak ada keselarasan antara pemikiran, kata dan perbuatan. Keselarasan antara pemikiran, ucapan dan perbuatan adalah kebajikan terbesar, dan ketiadaannya adalah kemunafikan.


Adapun Yudistira sebagai pertapa, meskipun memiliki jiwa yang mulia namun lebih banyak menyesali masa lalunya. Dia tidak memiliki pandangan ke depan dan merasa bersalah atas tindakannya dimasa lalu.

Arjuna sendiri adalah orang yang paling siap menerima pengetahuan tentang roh karena ia memiliki perhatian untuk kesejahteraan rakyat. Di tengah medan perang bahkan ketika ia datang siap untuk perang, ia masih memikirkan masa depan "apa yang akan terjadi setelah perang"? Dia sekaligus meminta saran dari Krishna dan bertindak sesuai dengan kata hatinya.

Selain itu, Arjuna memiliki kualifikasi sebagai spiritualis: pasrah, menghilangkan nafsu dan keterikatan sebagaimana terungkap dalam kata-katanya: "Aku tidak peduli bahkan untuk kekuasaan tiga dunia".




Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...