Bagiku, Upanishad menembus lebih dalam karena menjangkau batin makhluk yang paling dalam, ke inti masalah. Sikap Kristen atau Yahudi lebih dangkal karena hanya menyentuh pinggiran. Mereka menyentuh penampilannya, bukan makhluknya. Dan mereka berpikir bahwa dengan mengubah tindakan, makhluk itu akan berubah. Ini tidak mungkin. engkau dapat terus mengubah tindakan tetapi makhluk tidak dapat diubah karena pinggiran tidak dapat mengubah pusat, yang di luar tidak dapat mengubah bagian dalam, bagian yang dangkal tidak dapat mengubah kedalamannya. Tetapi jika engkau mengubah pusatnya, pinggirannya akan berubah secara otomatis; jika engkau mengubah bagian dalamnya, bagian luar mengikutinya.
Jika Aku mengubahmu, bayanganmu akan berubah. Tetapi jika Aku mencoba melukis bayanganmu dan mengubahnya, engkau tidak akan berubah karenanya. Dan seluruh usahaku akan sia-sia karena bayangan bahkan tidak bisa dilukis. Jika engkau bergerak, bayangan akan bergerak bersamamu dan cat-ku akan tetap di bumi dan bayanganmu tidak akan tersentuh. Bekerja dengan merubah tindakan seperti bekerja dengan bayangan. Apa yang engkau lakukan hanya dangkal. Siapa dirimu, apa keberadaanmu, adalah hal yang utama.
Upanishad menyentuh makhluk, mereka menyebut agyan - ketidaktahuan, ketidaksadaran - itulah satu-satunya dosa.
Jadi sutra itu mengatakan bahwa seseorang yang menyadari dirinya akan menghancurkan dosa. Hanya dengan menyadari Brahman, dosa dihancurkan - semua dosa masa lalumu dihancurkan. Engkau mungkin telah melakukan banyak tindakan salah dalam hidup dan kehidupan; kesalahanmu terakumulasi di sana. Dan semua kesalahan itu juga dihancurkan hanya dengan engkau menjangkau dan menyentuh inti terdalam dari keberadaanmu.
Bagaimana semua kesalahan itu dihancurkan? Pikiran kita yang sibuk berhitung akan berpikir, “Aku harus membayar setiap dosa. Untuk setiap dosa aku harus melakukan sesuatu yang baik untuk membatalkannya." Tetapi Upanishad mengatakan bahwa hanya dengan menyadari ITU, hanya dengan menyadari YANG ITU, semua dosa dihancurkan.
Bagaimana dosa-dosa itu bisa dihancurkan? - Engkau tidak melakukan apa pun untuk menghancurkan dosa-dosa itu. Fenomena itu sangat halus. Persis seperti: engkau bermimpi di malam hari telah melakukan perzinahan, engkau melakukan pembunuhan, engkau telah membakar seluruh kota - engkau telah melakukan banyak dosa. Di pagi hari engkau bangun. Mimpi itu tetap ada, engkau mengingatnya tetapi engkau tidak merasa bersalah karenanya - atau apakah engkau masih merasa bersalah? Jika engkau masih merasa bersalah, berarti engkau belum bangun. Engkau masih tertidur dan bermimpi, masih sedikit mabuk; ketidaksadaran itu masih bersamamu. Ketika engkau benar-benar waspada dan terjaga, engkau bisa menertawakan semuanya karena itu adalah mimpi. Sungguh, engkau tidak pernah melakukan apa pun.
Upanishad mengatakan inilah yang terjadi: ketika seseorang terbangun menjadi Brahman, semua kehidupan yang telah dia jalani dan semua yang telah dia lakukan menghilang begitu saja seperti mimpi panjang. Dengan kesadaran baru, semua yang lalu tampak seperti ilusi, seolah-olah tidak pernah terjadi, atau seolah-olah terjadi dalam sebuah cerita - drama-mimpi.
Itulah mengapa Upanishad menyebut dunia ini maya- ilusi. Bukannya dunia ini tidak ada, bukannya dunia tidak nyata, tetapi karena hal inilah yang terjadi, ketika seseorang terbangun ke dalam meditasi mendalam, seluruh dunia yang ia tinggali hingga saat ini tampak seperti mimpi; dunia itu tidak memiliki substansi sekarang.
Karenanya, sutra ini mengatakan ketika seseorang menyadari keberadaannya, menyadari Sang Brahman, semua dosa dihancurkan. Tidak ada yang dilakukan pada dosa-dosa itu. Dosa-dosa itu hanya tidak lagi bersamamu, engkau telah melewati mereka, engkau telah melampaui dosa-dosa itu. Sekarang semua dosa itu termasuk dalam ingatan masa lalu, tanpa substansi di dalamnya. Engkau bisa menganggapnya seolah-olah itu mimpi.
Upanishad mengatakan bahwa kesadaran manusia memiliki empat kondisi. Satu: saat engkau terjaga, kesadaran yang terjaga; kedua: saat engkau sedang bermimpi, kesadaran yang bermimpi; ketiga: saat engkau tertidur lelap sehingga tidak ada mimpi, kesadaran tidur. Dan di luar ketiganya adalah yang keempat. Upanishad tidak memberinya nama. Mereka hanya menyebutnya yang keempat - turiya. Turiya artinya yang keempat. Yang keempat adalah kondisi di mana engkau merealisasikan Brahman. Ketiga kondisi pertama semuanya ilusi jika engkau memasuki yang keempat. Pikirkan seperti ini karena yang keempat itu belum menjadi pengalamanmu. Tetapi engkau telah mengalami yang pertama, kedua dan ketiga; memikirkan tentang ketiganya, engkau dapat menyimpulkan yang keempat.
Kita melakukan semua upaya untuk mencapai yang keempat - melampaui ketiganya. Keadaan keempat itu disebut turiya - kesadaran total. Dalam kesadaran total itu, tiga kesadaran sebelumnya menghilang dan semua yang dimiliki oleh ketiganya lenyap. Yang keempat tidak dapat dilampaui. Tidak ada kondisi kesadaran kelima. Yang keempat adalah yang terakhir. Para Buddha tinggal di dalamnya, Kristus tinggal di dalamnya, Krishna tinggal di dalamnya. Kesadaran ini tidak bisa dilampaui. Karena tidak bisa dilampaui, tidak bisa dibatalkan oleh apapun. Karenanya, Upanishad mengatakan ini adalah realitas tertinggi. Yang lainnya adalah kenyataan relatif. Apa yang tidak bisa dibatalkan oleh apapun adalah yang terakhir, yang ultimate, kebenaran mutlak.
Dosa-dosa, semua yang telah engkau lakukan, hilang begitu saja karena engkau menyadari keberadaanmu yang sama sekali bukan pelaku. Engkau tidak melakukan apapun; engkau hanya diri yang menyaksikan. Dan semua yang terjadi, dilakukan oleh semesta - hukum semesta.
Upanishad mengatakan bahwa ketika engkau sampai pada inti terdalam dari keberadaan dan menjadi waspada, benar-benar waspada tentang apa yang telah terjadi, maka engkau tahu semua itu adalah prakriti - semesta - yang melakukan segalanya. Engkau selalu menjadi saksi - purusha.
Filsafat terdalam di India adalah samkhya, dan samkhya mengatakan semua aktivitas adalah milik semesta; hanya kesadaran yang menjadi milikmu. Semua aktivitas, bajik atau berdosa - semua aktivitas - adalah milik semesta. Milikmu hanya kesadaran. Raihlah kesadaran, menjadi satu dengan kesadaran itu, dan semua dosa akan dihancurkan dan engkau akan berdiri sebagai Brahman.
-OSHO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
KATA PENGANTAR Petunjuk latihan ini dibuat dengan tujuan memberikan kesempatan pada orang-orang yang berminat untuk menguasai bioenergi (qi/...
-
Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajara...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar