Selasa, 01 Oktober 2019

BILA ADA CINTA, DIRI TIDAK ADA

Realitas, kebenaran bukan untuk dikenali. Agar kebenaran bisa muncul, kepercayaan, pengetahuan, pengalaman, kebajikan, pengejaran kebajikan, yang berbeda dari keadaan bajik, semua ini harus pergi.

Orang bajik yang dengan sadar mengejar kebajikan tidak akan pernah menemukan realitas. Ia mungkin orang yang sangat sopan, itu sama sekali lain dari orang yang memiliki kebenaran, dari orang yang paham.

Bagi orang yang memiliki kebenaran, kebenaran telah muncul. Seorang yang bajik adalah orang yang lurus, dan orang yang lurus tidak pernah dapat memahami apa itu kebenaran, oleh karena kebajikan baginya adalah penyelubungan diri, penguatan diri, oleh karena ia mengejar kebajikan. Ketika ia berkata, “Saya harus bebas dari keserakahan,” maka keadaan yang disitu ia tanpa keserakahan dan yang dialaminya akan memperkuat diri. Itu sebabnya mengapa penting sekali untuk menjadi miskin, bukan hanya miskin dalam hal-hal duniawi, melainkan juga miskin dalam kepercayaan dan dalam pengetahuan.

Orang yang kaya dengan kekayaan duniawi, atau orang yang kaya dengan pengetahuan dan kepercayaan, tidak pernah akan tahu apa-apa kecuali kegelapan, dan akan menjadi pusat segala kerusakan dan kesengsaraan. Tetapi jika Anda dan saya, sebagai individu, dapat melihat seluruh sepak terjang diri ini, maka kita akan tahu apa itu cinta.

Percayalah, itu satu-satunya reformasi yang mampu mengubah dunia. Cinta bukanlah diri. Diri tidak dapat mengenal cinta. Anda berkata, “Saya mencinta,” tetapi, ketika berkata itu, ketika mengalami itu, cinta itu tidak ada. Tetapi bila Anda tahu cinta, diri tidak ada. Bila ada cinta, diri tidak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...