Setiap pencinta mengalami sakit hati yang tidak dapat disembuhkan oleh obat manapun, tidak dengan tidur atau mengelana atau makan. Rasa sakitnya hanya bisa diobati dengan melihat kekasihnya. “Menemui teman, menyembuhkan penyakit”. Apabila seorang munafik dihubungkan dengan orang beriman, dia akan segera mempengaruhi mereka untuk menjadi orang beriman, sebagaimana Tuhan mengatakan, “Ketika mereka menemui yang beriman, mereka berkata, Kami memang beriman (QS. 2 : 14). Apabila orang munafik dapat demikian terpengaruh, apakah dampak yang akan terjadi pada orang beriman? Pertimbangkan, betapa kain wol berubah jadi karpet berhias karena berhubungan dengan orang pintar. Lihatlah betapa bumi berubah menjadi istana yang indah karena berhubungan dengan orang pintar. Apabila perkumpulan dengan kepintaran memiliki dampak pada benda tidak hidup seperti itu, pikirkan dampak apa yang akan terjadi ketika orang beriman berhubungan dengan yang lain. Benda tidak hidup diangkat kepada jenjang yang lebih berharga sedemikian rupa melalui hubungannya dengan jiwa dan intelek parsial. Apabila seluruhnya adalah bayang-bayang intelek parsial. Apabila seorang manusia dapat menyimpulkan orang lain dari bayangannya, maka, intelek dan akal macam apa yang menghasilkan surga, matahari, bulan, tujuh lapis bumi dan seluruh yang berada diantaranya. Semua benda itu adalah bayang-bayang dari Intelek Universal. Seperti halnya cahaya intelek parsial sesuai dengan bayang-bayang pada seseorang, bayang-bayang Intelek Universal yang adalah benda nyata, tentu sesuai dengannya.
Orang Suci Tuhan telah menyaksikan surga selain surga-surga dunia ini. Suga itu terlalu hina untuk masuk dalam pandangan mereka. Mereka sudah meletakkan surga dibawah kaki dan melewatinya.
Ada surga dalam kerajaan jiwa.
Ia menguasai surga dunia ini.
Kenapa harus dianggap aneh seseorang yang keluar dari seluruh kemanusiaan dan mengembangkan kemampuan sehingga bisa menempatkan kakinya diatas surga ke tujuh? Bukankah kami bukan dari jenis yang sama dengan bumi? Meski demikian, Tuhan menempatkan didalam diri kita kuasa yang kita telah dinaikkan keatas dan memberikan kendali pada kita untuk melakukan sebagaimana yang diinginkan.
Kadang-kadang kita mengangkatnya tinggi-tinggi, kadang-kadang meletakkannya dibawah. Kadang-kadang kembali kedalam gedung dan kadang-kadang mengembalikan kedalam pot dan kendi. Kadang-kadang memanjangkannya, kadang-kadang memendekkannya. Meskipun kita yang pertama tepat di dunia ini, dari jenis yang sama, Tuhan mengangkat kita melalui kekuatan itu. Sekarang kenapa harus aneh apabila Tuhan menaikkan seseorang dari jenis kita, yang jika dihubungkan dengan orang-orang tersebut ktia hanyalah benda tidak hidup? Dia, memiliki kendali dan sadar pada kita sedangkan kita tidak sadar pada-Nya. Ketika kami mengatakan, “tidak sadar” disini, kami tidak mengartikan ketidaksadaran mutlak karena kesadaran pada satu hal menunjukkan ketidaksadaran pada sesuatu yang lain. Meskipun tidak hidup, bumi sadar pada apa yang telah diberikan pada dirinya. Apabila tidak sadar, bagaimana mungkin dia dapat menyerap air atau memelihara dan menumbuhkan setiap benih? Ketika seseorang pintar dan memperhatikan satu hal, kesadaran dirinya pada tugas itu meniscayakan ketidaksadaran pada hal lain. Dengan itu kita tidak mengartikan ketidakpedulian mutlak.
Sejumlah orang ingin agar dapat menangkap kucing, tetapi mereka tidak mampu. Suatu hari, kucing sibuk dengan burung congkak, jadi tidak peduli dengan orang-orang dan dia tertangkap. Maka, orang harus jangan terlalu sibuk dengan urusan duniawi. Setiap orang harus mengambil urusan itu dengan hati riang dan tidak terikat pada urusan itu. Kalau tidak, ia akan menderita. Harta karun tidak akan menderita. Apabila orang material menderita, orang itu, orang suci, akan mengubah mereka, tetapi apabila orang-orang suci menderita. Demi Tuhan! Siapa yang akan mengubahnya?
Sebagai contoh, apabila engkau memiliki banyak potong baju berbagai jenis, mana yang akan engkau pertahankan apabila kapalmu tersungkur? Meskipun seluruhnya “dibutuhkan”, pasti bahwa dari seluruh bundel pakaian, hanya satu yang paling berharga yang akan engkau ambil karena dari satu mutiara atau satu jenis rubi, seribu hiasan dapat dibuat.
Satu buah manis muncul diatas pohon. Meskipun buah itu adalah bagian dari keseluruhan, Tuhan memilih dan meninggikannya diatas dari keseluruhan ketika Dia mengisinya dengan rasa manis yang sebagian lebih dipilih daripada yang keseluruhan, ia menjadi hal pilihan, maksud terakhir dari pohon, sebagaimana Dia berfirman, “Sungguh mereka heran, ada seorang penyeru yang muncul dari golongan mereka dan datang menyeru kepada mereka” (QS. 50 : 2).
Seseorang berkata, “Aku berada didalam keadaan yang disana tidak ada ruang untuk Muhammad ataupun Malaikat”.
Sungguh keadaan yang menakjubkan untuk pelayan Tuhan, keadaan dimana tidak ada ruang untuk Muhammad! Muhammad tidak memiliki keadaan yang disana tidak ada ruang untuk makhluk menjijikan seperti engkau!
Seorang badut ingin membuat raja merasa baik dan setiap orang berjanji akan membei ganjaran pada dirinya karena saat itu hati raja sedang dalam keadaan jelek. Raja berjalan bolak-balik dengan marah di satu ujung jembatan. Badut berjalan bolak-balik pada sisi ujung lain belawanan dengan raja, tetapi tidak mungkin badut dilihat raja. Dia tetap terus melihat pada air. Akhirnya badut berdiri dan berkata, “Yang mulia, apa yang engkau lihat didalam air hingga membuatmu tetap melihat?”
“Aku melihat lelaki yang istrinya tidak setia”, kata dia.
“Pelayanmu yang rendah hati ini juga tidak buta”, jawab badut.
Sangatlah aneh bagimu memiliki keadaan yang tidak disana tidak ada ruang untuk Muhammad, apabila Muhammad tidak memiliki keadaan, yang disana tidak ada ruang untuk makhluk menjijikan sepertimu! Meski demikian, keadaan yang telah engkau capai adalah karena dia dan engkau dapatkan karena pengaruhnya. Semua berkah dan karunia Tuhan, pertama kali memancar melaluinya dan kemudian didistribusikan kepada seluruh manusia. Begitulah keadaannya. Tuhan berfirman, “Semoga kedamaian selalu menyertaimu, wahai Nabi, juga keselamatan Tuhan. Kami menganugerahimu seluruh berkah”. Nabi menambahkan, “Dan untuk hamba-hamba Tuhan yang saleh”.
Jalan Tuhan sesungguhnya sangat tersembunyi dan ditutupi hamparan salju. Sejak Nabi mempertaruhkan hidupnya pertama kali dengan menunggang kudanya untuk membersihkan jalan, siapapun yang berjalan diatas jalan tersebut, sesungguhnya dia bisa menjalaninya karena bimbingan dan petunjuk Nabi Muhammad. Dialah yang menemukan jalan tersebut pertama kali, meninggalkan rambu-rambu jalan diberbagai tempat sambil bersabda, “Jangan lalui jalan itu, engkau akan menderita seperti kaum Ad dan Kaum Tsamud” dan, “Jika engkau mengikuti jalan ini, engkau akan menemukan kebahagiaan seperti yang dialami orang-orang yang beriman”.
Seluruh isi Al-Qur’an mengungkapkan satu hal ini, didalamnya terdapat tanda-tanda yang mengejawantah (QS. 3 : 97). Begitulah, kita meninggalkan berbagai rambu sepanjang rute tersebut. Jika ada seseorang yang ingin memusnahkan rambu-rambu jalan itu, setiap orang akan murka padanya dan berkata, “Mengapa engkau mengaburkan rute kami? Apakah engkau ingin agar kami terbunuh?” Maka sekarang sadarilah bahwa pemimpin kita adalah Muhammad. Hingga seseorang telah mencapai Muhammad, tidak ada seorangpun bisa mencapai kita. Hal ini seperti engkau ingin pergi kesuatu tempat. Pertama, pikiran akan membimbingmu dengan mengatakan bahwa engkau sedang berada dalam rasa ketertarikan yang kuat untuk pergi ketempat tertentu. Kemudian matamu mengambil alih tugas, kemudian tubuhmu mulai bergerak, pada saat itu, tubuh tak menyadari keberadaan mata, tidak juga mata menyadari keberadaan pikiran.
Meskipun manusia bisa jadi tidak memperdulikan dirinya, orang lain tetaplah memperdulikan dirinya. Apabila engkau betul-betul serius dengan urusan duniawi, engkau tidak akan perduli pada kenyataan setiap hal. Seseorang harus mencari kepuasan Tuhan, bukan kepuasan manusia, karena kepuasan cinta, dan simpati “dipinjamkan” kepada orang-orang, ditempatkan disana oleh Tuhan. Apabila Dia demikian terhasrati, Dia mampu menahan rasa senang dan kenikmatan dan kemudian, meskipun keberadaan kesenangan, makanan dan kemewahan, segala sesuatu menjadi percobaan dan pengadilan.
Seluruh alat ini bagaikan pena di tangan Mahakuasa Tuhan. Penggerak dan penulis adalah Tuhan. Sampai Dia menghendaki, pena tidak akan bergerak. Sekarang engkau lihat pada pena dan berkata, “Pena ini membutuhkan tangan”. Engkau melihat pena, tetapi engkau tidak melihat tangan. Engkau melihat pena dan ingat pada tangan. Sekarang apakah hubungan antara yang engkau lihat dan yang engkau katakan? Orang suci selalu melihat tangan dan mengatakan bahwa tangan, juga membutuhkan pena. Mereka demikian bersungguh-sungguh pada keindahan tangan itu dan meniadakan pena. Mereka berkata tangan seperti itu mesti jangan sampai tanpa pena. Engkau menikmati perenungan pena terlalu banyak dan tak bisa memikirkan tangan. Bagaimana mungkin mereka berpikir tentang pena ketika mereka keenakan dengan merenungkan tangan?
Meskipun engkau lebih menyukai roti gerst dibandingkan roti dari gandum, bagaimana mungkin orang lain akan memikirkan roti gerst ketika mereka punya roti dari gandum?
Apabila telah diberi kenikmatan seperti itu pada dunia hingga engkau tidak menghasratkan surga, yang adalah tempat sejati kenikmatan dan dari sana bumi memperoleh kehidupannya, kenapa mesti penghuni surga berpikir tentang bumi?
Jangan pertimbangkan kenikmatan dan kesenangan yang muncul dari penyebab kedua. Hakikat “dipinjamkan” pada penyebab kedua. Adalah Dia yang menyebabkan keberuntungan dan kehilangan karena semuanya berasal dari Dia. Kenapa engkau mendekap erat penyebab kedua?
“Kata-kata terbaik adalah yang sedikit dan langsung pada pokok permasalahan. Katakan, Tuhan itu, Satu Tuhan (QS. 112 : 1), meskipun kata itu berbentuk sedikit, namun lebih disukai daripada panjangnya surah Al-Baqarah karena langsung pada pokok permasalahan. Nuh berdakwah selama ribuan tahun dan hanya empatpuluh orang yang bergabung bersamanya. Sangat diketahui berapa lama Nabi Muhammad berdakwah dan masih demikian banyak negeri mempercayai dirinya dan demikian banyak orang suci muncul kaena dia. Maka, kebanyakan dan kesedikitan bukanlah syarat, hal yang paling penting adalah menuju pada pokok pesoalan. Sedikit kata dari sejumlah orang bisa lebih banyak pokok, daripada banyak kata orang lain bagaikan sebuah oven. Begitu api pada oven terlampau panas, engkau tidak dapat menggunakannya atau bahkan menutupnya. Maka engkau dapat menggunakan seribu cara lampu lemah. Maka memang nyata hal yang penting adalah menuju pada pokok permasalahan. Untuk sejumlah orang lebih bermanfaat melihat daripada mendengar. Apabila mereka mendengar kata-kata, itu dapat merusak dirinya.
Seorang Syeh dari India merencanakan mengunjungi Mistik Agung. Ketika dia mencapai pintu kamar Syeh di Tabriz, sebuah suara muncul dari dalam kamar, berkata, “Kembalilah! Engkau sungguh beruntung telah mencapai pintu. Apabila engkau melihat Syeh, itu akan merugikan engkau”.
Sedikit kata langsung pada pokok permasalahan adalah bagaikan lampu bercahaya yang mencium lampu tidak bercahaya dan pergi begitu saja. Cukup demikian. Itu telah mencapai tujuannya.
Seorang nabi bukan dilihat dari bentuknya. Bentuk nabi adalah kudanya. Nabi adalah cinta dan kasih sayang, dan itulah yang tetap bertahan selamanya. Seperti halnya bentuk unta. Salih itulah yang unta. Nabi adalah cinta dan kasih sayang abadi.
Seseorang bertanya, mengapa Tuhan sendiri tidak memuji dari menara, yakni, kenapa Muhammad juga disebutkan?
Meski demikian, memuji Muhammad adalah memuji Tuhan. Itu seperti ketika seseorang berkata. “Semoga Tuhan memberikan umur panjang pada raja dan orang yang menunjukkan aku jalan menuju raja dan rupanya”. Pujian pada orang itu tentu betul-betul memuji raja.
Nabi ini bersabda, “Beri aku sesuatu. Aku sedang membutuhkan. Beri aku mantelmu, sejumlah uang atau pakaianmu!”. Apa yang dia lakukan dengan mantel dan uangmu? Dia ingin meringankan pakaianmu hingga kehangatan matahari dapat mencapai dirimu. Pinjamkan kepada Tuhan pinjaman yang dapat diterima (QS.72:20). Dia tidak menginginkan mantel atau uang. Dia telah memberi engkau banyak hal d samping uang, misalnya pembelajaran, gagasan, pengetahuan dan pandangan. Dia maksudkan, “Belanjakan kepada-Ku hormat dan pikiran, perenungan dan kecerdasan sebentar! Meski demikian, engkau telah mencapai kemakmuran dengan peralatan yang telah aku berikan kepadamu. Dia ingin sedekah baik dari burung atau jebakan. Apalagi engkau dapat pergi telanjang bulat pada matahari, memang demikianlah yang lebih baik. Karena matahari akan membalikan engkau tidak dalam keadaan hitam, tetapi putih. Apabila tidak mampu, maka ringankan pakaianmu hingga mampu setidaknya menikmati matahari. Untuk sejumlah waktu, engkau telah tumbuh membiasakan diri pada kemasaman, setidaknya, cobalah sejumlah kemanisan juga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Yoga-Kundalini Upanishad Bab III
1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...
-
Burung Derkuku diam sejenak, kemudian bertanya lagi seperti ini: Perkutut, masih ada satu masalah yang belum begitu paham dalam pikiranku, y...
-
Inti ajaran saya yang esensial adalah: tanpa kepercayaan, tanpa dogma, tanpa iman, tanpa agama, tidak ada yang dipinjam (diambil dari ajara...
-
Sutra 1.1 Penjelasan Yoga. Sutra 1.2 Yoga adalah pengendalian aktifitas mental. Sutra 1.3 Kemudian kesadaran berdiam dalam bentuknya yang es...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar