Senin, 24 Desember 2018

TARIAN KEDAMAIAN

Apa rahasia di balik pernikahan yang berumur panjang? Itu pertanyaan banyak sekali generasi muda yang ingin pernikahannya awet. Ia yang sudah menikah dengan pasangan yang sama lebih dari seperempat abad mengerti, pernikahan adalah leburnya dua tubuh ke dalam sebuah jiwa yang indah. Akan tetapi, proses leburnya dua tubuh menjadi satu jiwa yang indah ini berjalan lama, panjang, banyak cobaan, sekaligus rumit dan sulit.

Pernikahan bukanlah perjumpaan mur dan baut yang sekali ketemu langsung pas selama-lamanya. Pernikahan adalah perjuangan tanpa henti untuk terus menerus saling mencintai. Bila disederhanakan, pertumbuhan pernikahan berjalan seperti ini. Awalnya, semua pasangan tertarik pada lawan jenisnya karena hal-hal luar seperti bentuk muka, postur tubuh, cara bicara, kesamaan hobi, kemiripan pendidikan. Ketertarikan karena hal-hal luar ini biasanya tidak bertahan lama, bahkan rawan mengundang konflik. Ia mirip dg kulit buah yang tidak selalu mencerminkan isi di dalamnya. Ia yang bisa melewati konflik ini di awal, kemudian tertarik dengan pasangan bukan karena hal-hal luar, melainkan karena hal-hal yang ada di dalam. Kesabaran, toleransi, kemampuan memaafkan, pelayanan, penyayang pada keluarga dan anak-anak adalah sebagian kualitas di dalam yang bisa membuat pernikahan bertahan lama.

Godaan terberat di tingkat ini adalah ego dan keakuan. Ia biasanya hadir pada orang-orang yang punya kelebihan seperti kepintaran, kekayaan, keterkenalan. Kegagalan untuk secara bergantian merendah dan mengalah, itu yang membuat banyak keluarga bubar. Lagi-lagi sebab utamanya adalah ego.

Setiap keluarga yang bertahan lama selalu ditandai oleh mengalahnya salah satu pihak disebuah waktu, kemudian mengalahnya pihak lain di waktu lain. Ringkasnya, mengalah secara bergantian. Tanpa keikhlasan untuk mengalah dan merendah, keluarga mana pun pasti bubar. Setelah diamplas dan dihaluskan habis-habisan oleh ketekunan untuk merendah dan mengalah, baru sebuah pasangan pernikahan bertumbuh ke tingkatan ke tiga. Jika tingkatan pertama seseorang tertarik dengan hal-hal luar, tingkatan kedua tertarik dengan hal-hal di dalam, di tingkatan ketiga seseorang mulai melihat pasangannya sebagai belahan jiwa yang sesungguhnya. Di tingkatan ketiga ini, apa yang pernah diwariskan Rumi menjadi sebuah kebenaran yang dialami serta hadir di depan mata. Rumi pernah berpesan: “apa yang Anda cintai dalam waktu lama menyimpan rahasia tentang siapa diri Anda”. Dengan kata lain, begitu seseorang bertumbuh jauh di lembaga pernikahan, ia tidak saja bisa menemukan belahan jiwa, lebih dari itu ia juga bisa menemukan rahasia tentang siapa dirinya yang sesungguhnya. Seorang sahabat yang sudah 37 tahun bersama istrinya bercerita kalau bagian terindah dari pasangannya adalah kelembutan.

Dengan kata lain, kelembutan adalah bagian dari jiwa dia yang mesti disempurnakan di hidup ini. Seorang sahabat lain yang sudah hampir empat puluh tahun hidup bersama pasangannya membuka rahasia, ia menemukan rahasia tentang dirinya di balik nama pasangannya. Di puncak semua ini, setiap jiwa yang bertumbuh jauh di lembaga pernikahan, menemukan belahan jiwa, menemukan rahasia tentang siapa dirinya, kemudian menemukan ternyata kehidupan adalah tarian kedamaian.

-Gede Prama, Menemukan Tirtha di Dalam Diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yoga-Kundalini Upanishad Bab III

1. Melana-Mantra: Hrim, Bham, Sam, Pam, Pham, Sam, Ksham. Kelahiran teratai (Brahma) berkata: “O Shankara, (di antara) bulan baru (hari pert...