Apa praktik spiritual yang mudah, sederhana namun mendalam?, demikian banyak anak muda bertanya. Asal melakukannya secara tulus, ikhlas dan jujur, senyuman adalah sebuah praktik spiritual yang mendalam. Terutama senyuman yang jauh lebih dalam dari sekadar bibir yang melengkung.
Di daerah-daerah tua di mana senyuman masih sangat dimuliakan, seperti di daerah pedalaman Yogyakarta, Bali, Kalimantan, Tengger, Banten, Tibet, Peru, India, dll terlihat sekali kualitas kehidupan yang berbeda. Tidak saja senyumannya berbeda, kualitas persahabatan dengan kehidupan serta orang-orang juga berbeda.
Serangkaian contoh kecil yang bercerita tentang kehidupan yang mulia. Ini bisa terjadi karena manusia rajin tersenyum dalam kehidupan. Tidak saja tersenyum pada orang-orang yang dijumpai, tapi juga tersenyum pada setiap putaran dan berkah kehidupan yang datang.
Sederhananya, ada dua dampak yang ditimbulkan senyuman yakni dampak ke dalam dan dampak ke luar. Senyuman menimbulkan banyak dampak ke dalam. Dari meningkatnya kualitas penerimaan pada kehidupan, semakin dalamnya pengertian seseorang akan kehidupan, sampai dengan semakin indahnya hati seseorang.
Semakin banyak seseorang tersenyum, semakin dalam seseorang belajar menerima hidupnya. Sekaligus semakin banyak cahaya pengertian yang ia pancarkan pada semua luka jiwa yang ada di dalam. Sebagai akibatnya, seseorang tidak saja mudah sembuh jiwanya, tapi juga belajar memasuki gerbang ke-u-Tuhan.
Dari gerbang ke-u-Tuhan inilah kemudian lahir wajah hati yang indah. Sebuah hati yang menyerupai bunga. Ia tidak saja berbagi keindahan, tapi juga merawat kehidupan dengan penuh senyuman. Ini rahasia yang ada di balik banyak jiwa yang bercahaya seperti Nelson Mandela.
Disamping berdampak ke dalam, senyuman juga berdampak ke luar. Suatu hari ada Guru karate tingkat tinggi di pulau Okinawa Jepang yang dicegat dan ditantang berkelahi oleh tantara Amerika yang sedang mabuk oleh alkohol. Dengan tersenyum Guru karate ini membungkuk, serta mohon diri menjauh.
Seorang muridnya yang melihat pemandangan seperti ini kemudian bertanya esok harinya kenapa Gurunya tidak memukul saja pemabuk tadi malam. Dengan tersenyum Guru karate ini menjawab: “belajar karate adalah belajar agar selalu tersenyum di depan kehidupan”.
Itu sebabnya, di dunia pelayanan spiritual khususnya, sudah lama dikenal ungkapan tua sepert ini: “senyuman adalah satu-satunya lengkungan yang bisa meluruskan semua hal yang bengkok dalam kehidupan”. Tidak saja hal-hal bengkok di luar yang bisa diluruskan, hal-hal bengkok di dalam seperti luka jiwa juga bisa diluruskan.
-Gede Prama, Menemukan Tirtha di Dalam Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar