Hari itu adalah hari ketujuh belas pertarungan besar di medan Kurukshetra. Sebuah peristiwa berdarah yang telah menguras energi dan emosi pihak yang terlibat. Meski para jagoan Korawa telah jatuh, termasuk Bisma pada hari kesepuluh dan Drona pada hari kelima belas, Karna masih tegak berdiri.
Karna sekarang adalah komandan tentara Korawa dan kesaktiannya tak terbendung. Tentara Pandawa berhamburan seperti kapas tertiup angin kencang. Karena kondisi yang menbayakan, maka Yudhistira diamankan ke kamp dimana ia menunggu berita kematian Karna ini. Yudhistira sangat yakin Arjuna akan melaksanakan sumpahnya untuk membunuh Karna, apalagi dengan kusir kereta Khrisna sendiri, bagaimana mungkin dia akan gagal?
Sementara Arjuna yang tengah berada dalam pertempuran merasa cemas karena tidak melihat Yudhistira dalam pertempuran. Arjuna meminta Khrisna untuk mencari Yudhistira di kamp.
Ketika Yudhistira melihat Krishna dan Arjuna masuk tendanya, ia berpikir bahwa "anak adirata telah tewas dalam pertempuran," dan berseru, "Dengan membunuh Karna dalam pertempuran, kau telah membawa mengakhiri pertempuran ini."
"Aku telah mencemaskan dia selama tiga belas tahun. Aku tidak bisa tidur di malam hari. Aku tidak bisa bahagia sepanjang hari. ... Ketika aku terjaga dari tidur, Karna selalu didepan mata. Lebih dari Bisma atau Drona, Karna seperti duri bagi Pandawa. Ceritakan padaku bagaimana kau membunuhnya”.
Arjuna mengatakan bahwa ia datang untuk mengundang Yudhistira menyaksikan kematian Karna di tangannya. “Jika engkau ingin melihatnya, akan ada pertempuran sengit saat antara aku dan Karna".
Yudhistira sangat kecewa mendengar perkataan Arjuna. Dia sangat marah Karena Arjuna meninggalkan arena pertempuran sebelum berhasil mengalahkan Karna.
Kekecewaan Yudhishithira ini telah membuatnya mencerca Arjuna, kemarahan dan frustrasi hingga menyebut Arjuna "tidak berguna", menuduhnya menyayangi Duryudana, menjadi takut Karna, dan berakhir dengan ungkapan "ini akan lebih baik jika engkau belum lahir dari dalam rahim Pritha".
Tidak ada prajurit yang mampu menahan rentetan penghinaan, begitu juga Arjuna. Dia marah menggenggam pedang, siap untuk membunuh Yudhistira….
Mengapa Arjuna, sosok paling ideal dari Pandawa, yang baru dua minggu lalu menerima kebijaksanaan abadi Gita dari Krishna, kehilangan kontrol? Bagaimana dua bersaudara ini, lambang cinta bakti, saling melakukan pelanggaran berat?
Mungkin ini yang disebut ego depletion (kelelahan ego), kita lebih cenderung kehilangan kendali saat lelah dan letih.
“Kelelahan ego adalah keadaan yang terjadi karena melemahnya willpower sehingga menyebabkan menurunnya kontrol diri dan kegagalan melakukan regulasi diri pada individu, sehingga diperlukan upaya untuk mengisi kembali energy psikis supaya perilaku individu dapat kembali efektif”. (Baumeister, Vohs, & Tice, 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar